Cegah Intoleransi Laktosa, TIM PKM UNS Tawarkan Susu Sapi Ramah Pencernaan

Cegah Intoleransi Laktosa, TIM PKM UNS Tawarkan Susu Sapi Ramah Pencernaan

UNS — Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Riset Eksakta (RE) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta meneliti varian susu sapi perah yang ramah terhadap saluran pencernaan. Hasil riset ini tentu akan membantu penderita intoleransi laktosa agar aman dalam meminum susu.

Mendapat bimbingan Dr. agr. Ir. Muhammad Cahyadi, S.Pt., M.Biotech., IPM, Tim PKM RE ini beranggotakan Mohammad Ilham Dhiaurridho, Firmansyah Tristadika Prakosa, Firna Fauziatul Karimah, Salsabilla Ramadhana, dan Ine Febriantama. Mereka adalah mahasiswa Program Studi (Prodi) Peternakan Fakultas Pertanian (FP) UNS.

Berawal dari banyaknya laporan kasus penderita intoleransi laktosa di Indonesia, Tim PKM RE UNS mencoba mempelajari penyebab intoleransi laktosa tersebut. Menurut penuturan Mohammad Ilham Dhiaurridho selaku ketua tim, salah satu penyebab intoleransi laktosa adalah keberadaan varian susu A1 yang mengandung asam amino proline pada rantai polipeptida beta kasein. Keberadaan varian susu A1 ini mengandung polipeptida BCM-7 yang mempengaruhi produksi dan aktivitas dari enzim laktase. Hal itulah yang menyebabkan adanya gangguan pada sistem pencernaan berupa sakit perut, kembung, buang angin berlebih, dan diare.

“Kekhawatiran kami adalah tidak tercukupinya asupan gizi masyarakat Indonesia karena enggan mengkonsumsi susu dengan alasan diare yang timbul setelah minum susu. Maka dari itu, tim kami melakukan penelitian dan menemukan bahwa terdapat sapi Friesian Holsten (FH) Indonesia yang dapat memproduksi susu varian A2 dan siap untuk dikembangkan sebagai sapi penghasil susu ramah sistem pencernaan,” tutur Ilham, Senin (18/10/2021).

Cegah Intoleransi Laktosa, TIM PKM UNS Tawarkan Susu Sapi Ramah Pencernaan

Tim PKM RE UNS menganalisis gen beta kasein pada 12 ekor sapi perah Friesien Holstein (FH) Indonesia. Mereka menemukan titik mutasi pada ekson 7 gen beta kasein menggunakan teknik DNA sequencing. Mutasi tersebut menyebabkan perubahan adenin menjadi sitosin sehingga merubah susunan asam amino gen beta kasein (CSN2) dari histidin menjadi prolin.

Temuan ini menunjukkan bahwa sebagian besar sapi perah FH Indonesia membawa alel varian A1 sebesar 0,417 (41,7%) sehingga kemungkinan menyebabkan gangguan pencernaan cukup tinggi. Penelitian ini juga menemukan 33% sapi FH Indonesia yang menghasilkan susu varian A2 yang sangat ramah terhadap penderita intoleransi laktosa. Susu varian A2 yang tidak mengandung senyawa BCM-7 sehingga tidak menyebabkan gangguan saluran pencernaan seperti diare.

Temuan penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar faktual untuk perbaikan mutu genetik sapi FH Indonesia yang mampu menghasilkan susu varian A2 ramah saluran pencernaan. Peternak sapi perah, industri, hingga pemerintah juga dapat memanfaatkan hasil riset ini dalam mengembangkan sapi FH guna menghasilkan susu varian A2. Beragam manfaat telah diproyeksikan seperti penekanan kasus intoleransi laktosa, kegemaran masyarakat dalam minum susu yang meningkat, dan asupan gizi tercukupi. Kondisi ini tentu berdampak baik pula dalam mempertahankan imunitas tubuh, terutama di masa pandemi seperti sekarang ini. Humas UNS

Reporter: Rangga Pangestu Adji
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content