Direktur Deradikalisasi BNPT Beri Kuliah Umum di UNS

Direktur Deradikalisasi BNPT Beri Kuliah Umum di UNS

UNS — Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggelar Kuliah Umum. Tema yang diusung yakni “Merawat Nilai-Nilai Kebangsaan untuk Mencegah Bahaya Terorisme dan Radikalisme”. Kuliah umum bertempat di Gedung Auditorium G.P.H. Haryo Mataram UNS, Kamis (13/10/2022).

Turut hadir dalam kegiatan ini, Wakil Rektor Akademik dan Kemahasiswaan UNS, Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Wakil Rektor Riset dan Inovasi UNS, Prof. Dr. Kuncoro Diharjo, S.T., M.T., Wakil Rektor Perencanaan, Kerja Sama, Bisnis, dan Informasi UNS, Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si., Dekan Fakultas di UNS, sivitas akademika, serta mahasiswa UNS.

Prof. Yunus dalam sambutannya mengingatkan bahwa mendalami ilmu agama bukan untuk memusuhi negara. Perlu diketahui, paparan terorisme berlangsung secara bertahap. Pengaruh paham terorisme disisipkan pada pola pikiran seseorang.

“Oleh karena itu, adik-adik mahasiswa juga harus waspada dalam belajar di UNS agar tidak terkontaminasi oleh ajaran yang memusuhi bangsanya sendiri,” ujar Prof. Yunus.

Kuliah Umum dimoderatori oleh Drs. Hasan Suryono, S.H., M.H., M.Pd., Direktur Deradikalisasi BNPT, Prof. Dr. Irfan Idris, M.A., bertindak sebagai narasumber dalam kesempatan ini.

Prof. Idris dalam kuliah umumnya menjelaskan terorisme sebagai perbuatan yang menggunakan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban massal atau kerusakan terhadap objek vitas strategis.

Beliau menegaskan ada tiga hal yang perlu diwaspadai dari kelompok radikal. Pertama, perekrutan baik secara langsung maupun melalui media sosial. Kedua, pendanaan teroris. Terakhir, pelatihan militer.

Lebih lanjut, Prof. Idris juga mengajak para peserta yang hadir untuk banyak membuka ruang diskusi yang majemuk dan menghimpun beragam pendapat. Diskusi yang homogen dan hanya bersumber pada satu guru berisiko pada terpaparnya paham-paham yang tidak sesuai dengan ideologi bangsa.

“Marilah kita belajar anak-anakku semuanya. Jangan mudah terpapar. Kalau ada yang anda anggap benar (seperti) tokoh, media, tulisan, diskusikan dengan dosen-dosen, diskusikan dengan beberapa orang guru. Kalau hanya satu guru ending-nya anda mengkultuskan orang itu,” tuturnya.

Terdapat tiga tipe berpikir radikal yang perlu diwaspadai menurut Prof. Idris. Pertama radikal ideologis. Tipe ini mendebat sistem ideologi Pancasila tanpa kekerasan. Kedua, radikal aksi. Tipe ini berkaitan dengan demonstrasi dengan ancaman. Terakhir, radikal terorisme. Tipe ini mengubah sistem ideologi dengan kekerasan senjata.

Prof. Idris menutup kuliah umum dengan berpesan agar masyarakat tidak membenturkan antara agama dan Pancasila. Pancasila menjadi bagian terkecil dari agama yang sesuai bagi masyarakat Indonesia.

“Jangan pernah dibenturkan antara agama dan Pancasila. Pancasila adalah bagian terkecil dari nilai-nilai agama yang mengkristal dan cocok untuk masyarakat Indonesia,” pesan Prof. Idris. Humas UNS

Reporter: Rangga Pangestu Adji
Redaktur: Dwi Hastuti

Skip to content