Dokter RS UNS Ingatkan Bahaya Penyakit Jantung pada “Generasi Jompo”

Dokter RS UNS Ingatkan Bahaya Penyakit Jantung pada "Generasi Jompo"

UNS — Dokter spesialis jantung Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Habibie Arifianto, dr.,SpJP (K)., M.Kes., memberi peringatan bahaya penyakit jantung pada “generasi jompo”.

Perlu diketahui bahwa generasi jompo merupakan istilah bagi mereka yang masih berusia muda namun mudah kelelahan, pegal-pegal, bahkan sakit meski tidak “melakukan apa-apa”.

Mereka yang mendapat label tersebut seharusnya masih bugar secara fisik namun sudah lekat dengan koyo, minyak angin, kebanyakan rebahan, dan malas untuk bergerak apalagi olahraga.

Nah, dr. Habibie mengatakan, kebiasaan buruk tersebut tidak baik bagi kesehatan jantung. Khususnya bagi mereka yang kecanduan merokok, nge-vape, dan mengonsumsi makanan tinggi gula, lemak, dan natrium atau garam.

“Di samping itu, juga menurunkan kebugaran dan kapasitas paru serta jantung sehingga lebih mudah ngos-ngosan,” kata dr. Habibie saat dihubungi uns.ac.id, Rabu (29/6/2022).

Ia menerangkan bahwa jarang bergerak turut menyebabkan muscle wasting atau pengecilan masa otot rangka yang berakibat pada frailty atau keringkihan.

“Kalau sudah ringkih biasanya akan mengakibatkan masalah di seluruh organ, bukan hanya jantung,” tandasnya.

Hubungan Generasi Jompo dan Penyakit Jantung

dr. Habibie menjelaskan, kesehatan jantung erat kaitannya dengan kebugaran fisik. Jadi, generasi jompo yang jarang bergerak tentu dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.

Manfaat yang didapat apabila mereka mau bergerak, termasuk olahraga, adalah memperbaiki fungsi pembuluh darah sehingga bisa mencegah penggumpalan darah.

Di samping itu, aktivitas fisik dan olahraga juga bisa menurunkan tekanan darah, gula darah, dan lipoprotein yang semuanya merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular.

“Dengan inaktifitas fisik tentu saja tidak memperoleh benefit dari olahraga yang tadi sudah disebutkan,” imbuh dr. Habibie.

Lebih lanjut alumnus Fakultas Kedokteran (FK) UNS tahun 2008 tersebut mengingatkan bahwa penyakit jantung bukanlah penyakit umur. Jadi, generasi muda bisa masuk ke dalam kelompok risiko.

Generasi jompo yang malas bergerak dikatakan dr. Habibie dapat mengalami tekanan darah tinggi, dislipidemia (kelainan metabolisme lipid), serta diabetes alias penyakit kencing manis.

Faktor-faktor tersebut ia sebut sebagai biang di balik rasa kaku di tengkuk, pegal-pegal di seluruh tubuh, sering kencing, dan sakit-sakitan. Maka dari itu, tidak mengherankan apabila generasi jompo belakangan mengeluhkan hal ini.

dr. Habibie menambahkan, faktor penyakit jantung semakin meningkat bila mereka mulai merasakan nyeri di bagian dada saat beraktifitas dan napas terengah-engah.

Dengan begitu, generasi jompo berisiko mengalami penyakit jantung, seperti penyakit jantung koroner dan gagal jantung. Bahkan tidak menutup kemungkinan mereka terserang stroke dan kegagalan fungsi ginjal.

Jangan Terlalu sering Begadang

Generasi jompo bisa dikatakan sebagai kelompok yang “unik”. Mereka jarang bergerak dan suka rebahan tetapi betah bermain smartphone dalam jangka waktu yang lama di malam hari, entah untuk nge-scroll TikTok atau menonton Netflix dan YouTube.

Kebiasaan sebelum tidur tersebut akhirnya membuat mereka begadang, meski tidak sedikit dari generasi jompo yang memilih bekerja di tengah malam karena pekerjaannya masih work from home atau merasa lebih produktif.

dr. Habibie menjelaskan, begadang sebaiknya tidak dibiasakan karena tidak baik bagi kesehatan jantung. Kebiasaan buruk ini dikhawatirkan mengganggu irama alamiah tubuh atau ritme sirkardian.

“Saat istirahat, tubuh akan didominasi oleh sistem saraf parasimpatis, di mana biasanya jantung akan melambat sehingga kebutuhan oksigen dan nutrisi tidak terlalu banyak,” jelasnya.

Di sisi lain, begadang juga mempercepat laju jantung karena pengaruh dari sistem saraf simpatis. Hal ini yang disebut dr. Habibie meningkatkan faktor risiko independen penyakit kardiovaskular.

Cara Mencegah Penyakit Jantung saat Usia Muda

Teruntuk generasi jompo, ingatlah bahwa penyakit jantung kian hari menyerang orang-orang berusia muda. Padahal, penyakit ini dulunya dialami oleh mereka yang berusia 40-60 tahun.

Maka dari itu, mulailah kebiasaan sehat supaya terhindar dari risiko terkena penyakit jantung di kemudian hari. Tapi, bagaimana ya cara-caranya?

Kebetulan dr. Habibie memiliki saran yang bisa dicoba. Yaitu, memilih jenis olahraga yang tepat menurut prinsip frequency, intensity, time and type (FIIT).

“Frekuensi (olahraga) minimal empat kali per minggu. Intensitas moderat dengan target laju jantung saat olahraga 70-80 persen dari laju jantung maksimal 220 bergantung usia. Waktu 30-40 menit tiap olahraga. Dan, tipe olahraga aerobik lebih diutamakan,” pungkasnya. HUMAS UNS

Skip to content