Dosen Arsitektur UNS Bahas Buku Mengenai Batik Lasem Secara Daring

UNS – Dosen Program Studi (Prodi) Arsitektur Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta turut serta sebagai salah satu pembedah buku dalam program bedah buku virtual dengan tajuk “Nilai Tidak Kasat Mata Pada 21 Motif Batik Lasem Bersertifikat HKI” yang diselenggarakan oleh Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha dan Center of Chinese Diaspora Studies (CCDS) – LPPM Universitas Kristen Maranatha. Acara ini diselenggarakan pada Jumat (25/9/2020) sore melalui aplikasi Zoom Meeting.

Pada kesempatan ini, Dr. Eng. Kusumaningdyah, NH, ST., MT selaku Kepala Laboratorium Urban Rural Design and Conservation (URDC Labo) Prodi Arsitektur UNS, membedah buku yang ditulis oleh Dr. Dra. Christine Claudia Lukman, M.Ds., Dr.Yunita Setyoningrum, S.Sn., M.Ds., dan Sandy Rismantojo, S.Sn., M.Sc.

Menurut Dr.Kusumaningdyah, buku ini sangat menarik untuk dikaji dan tidak pernah habis untuk dibahas.
“Sebanyak 21 motif batik yang bersertifikat HKI dan bagaimana pengaruhnya sangat menarik. Juga, nilai tidak kasat mata batik lasem sebagai objek material pembahasan menarik untuk dikaji dan tidak pernah habis untuk dibahas,” terang Dr. Kusumaningdyah.

Adapun, struktur bedah buku yang dilakukan mencakup substansial, layout, dan redaksional dari buku tersebut. Subjek yang tertuang dalam bedah buku tersebut adalah manusia yang memiliki pengetahuan atas objek maupun teks yang dibaca. Suatu objek dapat bermakna ketika memiliki hubungan langsung dengan subjek dan dalam kesadaran subjek. Maka, makna tidak akan pernah tunggal.

Dr.Kusumaningdyah, menyarankan untuk konsep “cultural landscape heritage (pusaka saujana)” dapat dimasukkan sebagai penjelas dalam buku ini. Konsep pusaka saujana Lasem sangat signifikan mempengaruhi pemaknaan akan nilai tak kasat mata pada Batik Lasem. Konsep cultural landscape merupakan fenomena kompleks dengan memiliki nilai pusaka ragawi (tangible) dan tak ragawi (intangible). Nilai keunggulan tersebut dapat terkandung dari sumber daya pusaka, sejarah kawasan, geografi yang khas serta kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Pemaknaan motif batik dipengaruhi dari bentang outstanding value pusaka saujana Lasem.

Dr.Kusumaningdyah sendiri sejak tahun 2016 telah melakukan penelitian berkaitan dengan cluster industri Batik Lasem dan rumah Batik Lasem. Selanjutnya, menginisiasi kegiatan promosi Kesengsem Lasem bersama Yayasan Lasem Heritage. Yayasan Lasem Heritage berkegiatan dalam upaya konservasi pusaka saujana Lasem.

Pemaknaan Batik dipengaruhi oleh lapisan sejarah Lasem di Indonesia. Pada mulanya, daerah Lasem terkenal dengan nama Corong Candu pada abad ke-19, juga Kota Batik, Kota Pelajar Islam, Kota Garam, dan Kota Bahari. Kota ini dibangun oleh beberapa lapisan periode sejarah yakni prasejarah, Budha – Hindu, Tiongkok, Jawa, Kolonial, Jepang dan juga Indonesia. Akulturasi ini yang mempengaruhi pemaknaan makna batik yang tak kasat mata.

Selanjutnya, Dr.Kusumaningdyah, menjelaskan bahwa teknik membatik mulai diperkenalkan pada abad ke – 15. Motif batik Lasem juga mendapatkan pengaruh corak simbolik tradisi masyarakat Tionghoa yang bersanding dengan motif Lasem, Jawa, dan Eropa. Pada masa penjajahan Belanda, Lasem terkenal dengan produksi motif “kembangan” atau bunga yang terinspirasi dari bunga buket tradisi China seperti yang diberitakan dalam artikel berjudul Hetsenuit Oast – Java. Industri Batik di Lasem mengalami penurunan pada tahun 1970an. Selanjutnya, pada tahun 2009 UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). Hingga mempengaruhi bergeliatnya kembali industri batik pada tahun 2018.

Buku ini merupakan hasil desiminasi penelitian yang didanai hibah Kemenristekdikti 2018-2019. Dikemas secara popular dengan tata layout menarik disertai contoh fashion Batik Lasem yang ditujukan untuk anak muda menjadi dokumentasi khasanah Batik Lasem yang ringan untuk dibaca. Usaha konservasi sekaligus promosi Batik Lasem diupayakan disini untuk tetap melestarikan Batik Lasem dan lingkungan industri Batik Lasem. Humas UNS

Reporter: Zalfaa Azalia Pursita
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content