Dosen FEB UNS Beri Tips Tembus Prosiding Terindeks Scopus

Dosen FEB UNS Beri Tips Tembus Prosiding Terindeks Scopus

UNS — Saat ini publikasi internasional gencar digaungkan oleh Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Tentu saja publikasi internasional tersebut diharapkan bereputasi seperti masuk ke pengindeks Scopus.

Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa hal tersebut cukup sulit untuk dilakukan, terlebih bagi pemula. Terkait dengan hal itu, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNS, Tri Mulyaningsih, S.E., M.Si., Ph.D. membagikan beberapa tips.

Tri menjelaskan bahwa banyak cara agar artikel tembus pada publikasi terindeks Scopus. Salah satu caranya adalah dengan mengirim artikel-artikel ke konferensi-konferensi sehingga artikel tersebut dapat masuk dalam prosiding terindeks Scopus.

“Kelebihan prosiding terindeks Scopus itu, dia biasanya lebih mudah daripada artikel jurnal karena reviewer yang menyeleksi artikel-artikel prosiding biasanya tidak seketat reviewer jurnal,” ujarnya saat memberikan materi dalam acara Pendampingan Penulisan Prosiding Terindeks Scopus di UNS Inn beberapa waktu lalu.

Hal pertama yang harus dipastikan adalah artikel yang dibuat sesuai dengan tema konferensi. Kesesuaian ini meliputi fokus individual, aktivitas ekonomi, dan efisiensi. Artikel yang sesuai dengan tema memiliki peluang diterima lebih tinggi dibanding artikel yang tidak sesuai tema konferensi.

Selain itu, Tri juga mengingatkan agar peserta mengikuti templat yang diberikan oleh penyelenggara. Setiap penyelenggara memiliki gaya selingkung masing-masing. Untuk itu, penting bagi peserta untuk mengetahui templat yang berlaku pada konferensi yang dituju.

Jika artikel sudah dipastikan sesuai dengan tema dan templat penulisan, hal lain yang perlu dipastikan adalah pengecekan plagiarisme. Sebelum mengirimkan artikel ke penyelenggara, peneliti harus mengecek plagiarisme artikelnya. Prosiding-prosiding Scopus biasanya mensyaratkan hal ini. Pengecekan dapat dilakukan pada aplikasi yang ditunjuk oleh penyelenggara seperti Turnitin atau iThenticate. Jamak disyaratkan unsur plagiarisme tidak lebih dari 10 persen.

Kalau semua hal tersebut sudah dilakukan, hal terakhir yang harus dipastikan yakni membaca ulang artikel yang telah dibuat. Peneliti harus mengecek lagi format artikel seperti judul, penulis, abstrak, pias (margin), penulisan tabel dan gambar, serta kutipan dan referensi. Hal tersebut sering menjadi perhatian reviewer.

“Patuhi templat yang ada. Setiap penyelenggara memiliki templat tertentu jadi jangan sampai salah memakai format artikel karena akan berdampak besar,” jelas Tri dalam acara yang diselenggarakan oleh Unit Pelaksana Publikasi Internasional (UPPI) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNS tersebut.

Dengan pendampingan ini, Tri yang juga sebagai Koordinator Bidang Sosial Humaniora UPPI LPPM UNS berharap banyak dosen dan mahasiswa UNS yang tertarik mengirimkan artikelnya ke prosiding Scopus. Meski banyak tantangannya, Tri yakin mereka bisa jika berusaha dan pantang menyerah. Humas UNS

Reporter: Ida Fitriyah
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content