Dosen UNS Inisiasi Pelatihan Reflective Teaching bagi Guru Bahasa Inggris MA se-Solo Raya

UNS – Guru diharapkan mampu mengajar siswa secara kreatif dan inovatif agar proses pembelajaran menginspirasi (inspiring), menantang (challenging), dan melahirkan hasil yang berkualitas. Apalagi di era disruptive digital technology seperti sekarang ini, guru juga dituntut untuk mampu memanfaatkan perangkat teknologi interaktif yang mungkin sudah dimiliki siswa untuk keperluan pembelajaran.

Berkaitan dengan hal tersebut, Joko Nurkamto dan Teguh Sarosa, Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menginisiasi Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) berupa pelatihan reflective teaching kepada tiga puluh guru mata pelajaran bahasa Inggris Madrasah Aliah (MA) se-Solo Raya. Kegiatan yang telah kali keenam dilaksanakan tersebut telah dimulai sejak bulan Mei hingga November 2018.

Pelatihan ini dikoordinatori oleh Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Inggris Jawa Tengah, Lanjar Utami, dari Madrasah Aliah Negeri (MAN) 1 Karanganyar. Pelatihan dilaksanakan sebanyak tiga kali dan kegiatan refleksi dilakukan sebanyak satu kali. Pelatihan bertempat di MAN 2 Surakarta sebanyak dua kali dan di MAN 1 Karanganyar sekali, sedangkan kegiatan refleksi dilaksanakan di Hotel Lor In Surakarta.

Kegiatan Pelatihan Reflective Teaching yang diikuti 30 guru Madrasah Aliyah Solo Raya

Tujuan dari pelatihan ini adalah diharapkan para guru mampu menguasai dan menerapkan reflective teaching sehingga guru memiliki akses terhadap inovasi dan kreativitas pembelajaran yang dalam kenyataannya bersifat dinamis dan tidak bisa diprediksi. Kemajuan teknologi yang berdampak terhadap dunia pendidikan menciptakan dasar pemikiran bahwa guru bahasa Inggris perlu bernegosiasi dengan siswa terkait dengan apa yang dianggap baik dan kurang baik dalam proses pembelajaran.

“Untuk dapat menerjemahkan PPK dalam praktik pembelajaran, guru perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan reflective teaching, yang memungkinkan guru memaknai praktik pembelajarannya sendiri dalam kaitannya dengan nilai dan dampak yang diakibatkan oleh praktik tersebut terhadap kualitas proses dan hasil belajar siswa,” papar Joko Nurkamto.

Dekan FKIP tersebut juga menambahkan bahwa reflective teaching ini sebaiknya dilatih secara eksplisit kepada para guru. Model reflective teaching yang digunakan dalam pelatihan ini adalah model yang terdiri atas lima tahapan, yaitu mapping, informing, contesting, appraising, dan acting.  

“Manfaat utama yang saya dapatkan setelah mengikuti pelatihan ini adalah bahwa saya bisa mencari tahu kelemahan dan kelebihan tentang cara saya dalam  menyampaikan proses belajar mengajar di kelas yang saya ajar, dan melakukan refleksi atas kelemahan saya kemudian mencoba untuk menemukan perbaikan dengan harapan bisa menjadi guru yang memiliki kompetensi yang profesional,” ungkap salah seorang guru yang ikut dalam pelatihan tersebut. humas.red-uns/Zul/Dty

Skip to content