Dosen UNS, Mercy Bientri Yunindanova Bagikan Pengalamannya Berpuasa di Jepang Saat Musim Semi

Dosen UNS, Mercy Bientri Yunindanova Bagikan Pengalamannya Berpuasa di Jepang Saat Musim Semi

UNS – Mercy Bientri Yunindanova, M.Si. adalah satu di antara sejumlah Dosen Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang tahun ini harus menjalani ibadah puasa ramadan di negeri orang. Mercy diketahui melanjutkan studi jenjang Strata 3 (S3) di Osaka University, Jepang. Kepada uns.ac.id pada Rabu (29/3/2023), Mercy menceritakan bahwa dirinya tinggal di Jepang tepat setahun pada bulan Maret ini. Banyak hal yang terasa berbeda saat menjalani ramadan di Jepang dengan Indonesia. “Disini tentunya tidak semeriah atau kurang terasa dibandingkan dengan bulan puasa di tanah air. Karena kami (muslim) minoritas disini, apalagi Jepang terbiasa dengan suasana yang tenang, jadi kami tidak mendengar azan. Semuanya harus berpatokan pada diri sendiri. Mungkin itu juga yang menjadi challenge atau tantangan beribadah di negara dimana muslim merupakan minoritas,” ungkapnya.

Tak hanya soal Azan, Mercy menyebut bahwa ritme kerja di Jepang juga tidak ada bedanya antara ramadan dan bulan-bulan lainnya. Semua orang beraktivitas seperti biasa. Terlebih ritme kerja di Jepang terkenal disiplin, sehingga tidak ada istilah masuk lebih siang atau pulang lebih awal saat bulan ramadan. Termasuk orang-orang non muslim lainnya yang juga makan dan minum di sekitarnya yang sedang berpuasa dan hal itu tidak menjadi persoalan. Sehingga, ia dan kawan muslim lainnya yang harus beradaptasi dan mengatur energi untuk memastikan tetap bisa produktif meskipun dalam menjalankan ibadah puasa.

“Tapi kami juga cukup bersyukur, orang Jepang saat ini sudah mengenal istilah ramadan. Jadi meskipun mereka masih normal aktivitasnya, saat kami menjelaskan bahwa kami sedang berpuasa, ketika ada acara dengan makan-makan, mereka akan menempatkan acara itu setelah kami berbuka puasa. Jadi biasanya modelnya makan malam. Kalau sebelumnya ketika kami tidak menginformasikan, biasanya ada party ataupun kumpul-kumpul di siang hari. Jadi Alhamdulillah mereka bisa menghormati yang sedang kami jalankan dalam bulan ramadan ini,” lanjut Mercy.

Terkait waktu puasa di Jepang menurut Mercy, tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Karena saat ini sedang memasuki musim semi. “Kami merasa cukup terberkahi karena bulan ramadan tahun ini disambut dengan mekarnya sakura, Alhamdulillah. Dan hal yang kami syukuri di musim semi ini, durasi puasanya relatif sama dengan Indonesia. Jadi waktu subuh itu di sekitar 04.30 waktu Jepang dan kami berbuka sekitar pukul 18.15 waktu Jepang. Di kampus juga ada musala dan juga di sekitar kampus meskipun agak jauh, ada masjid. Dimana muslim dari berbagai negara maupun dari Indonesia itu bisa mengadakan iftar atau buka puasa bersama dan itu menjadikan suasana ramadan lebih terasa”, jelasnya.

Bahkan Mercy dan kawan muslim lainnya juga bergiliran memasak atau menyiapkan menu berbuka puasa. Mereka bisa merasakan menu berbuka puasa dari berbagai negara muslim. Meski demikian, tetap ada suasana ramadan tanah air yang dirindukannya. Seperti suara-suara azan di masjid yang tidak bisa ditemukan di Jepang. Namun, dari sanalah ia bisa memaknai lebih dalam ramadan di tahun ini. “Saat kita tinggal di Indonesia, kita patut bersyukur dengan kemudahan dalam menjalankan ibadah-ibadah di bulan ramadan, karena lingkungannya sangat mendukung. Selain itu, kami merasa bahwa kami diberi kekuatan. Serta menjadi lebih yakin saat tuhan memberikan satu ujian, itu sesuai dengan kemampuan umatnya. Jadi lebih yakin, insyaallah kami pasti bisa menjalani ibadah puasa ini di tengah ritme studi di Jepang,” tutupnya. Humas UNS

Reporter:  Dinda N. Ardilla

Redaktur: Dwi Hastuti

Skip to content