FP UNS Dukung Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia 2045

FP UNS Dukung Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia 2045

UNS – Untuk merealisasikan visi Indonesia menjadi lumbung pangan dunia pada tahun 2045, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (FP UNS) Surakarta yang bekerjasama dengan Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Pertanian (IKATANI) UNS mengadakan Seminar Nasional dan Pra Lokakarya Nasional Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia untuk Badan Kerjasama (FKPTPI BKS) Wilayah Timur pada Rabu (18/4/2018) di Aula FT UNS. Acara ini merupakan rangkaian acara Dies Natalis UNS ke-42 yang jatuh di bulan Maret lalu.

Seminar ini dihadiri oleh civitas akademika dari seluruh Indonesia dengan mendatangkan 107 pemakalah dan empat pembicara kunci yakni Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian Indonesia Agung Hendriadi, Peneliti bidang tanaman dan holikultura Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Titin Handayani, Dekan FP UNS Bambang Pujiasmanto, dan pemilik Uncle John Coffee Roaster sekaligus anggota IKATANI UNS Johny Rahadi. Hadir pula Ketua FKTPI BKS Wilayah Timur Nyoman Rai, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Darsono, Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan Mohammad Jamin, dan jajaran dekan UNS.

Seminar dengan tema “Peran Keanekaragaman Hayati Untuk Mendukung Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia” ini menjadi langkah nyata peran Indonesia dalam menyejahterakan pangan dunia mengingat Indonesia dikenal sebagai surga keanekaragaman hayati.

“Indonesia yang menjadi lumbung pangan tahun 2015 ini sangat potensial dan bisa dilihat dari beberapa faktor, salah satunya ekosistem biologis Indonesia yang memiliki banyak variasi genetik tumbuhan dimana Indonesia dikenal sebagai surga keanekaragaman hayati,” ungkap Dwiningtyas Padmaningrum selaku ketua panitia.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Darsono bahwa dengan segala kekayaan yang dimiliki, Indonesia sangat mampu untuk bisa menjadi lumbung pangan dunia.

“Dengan berbagai kekayaan yang kita miliki, apabila kita bersyukur tidak akan ada kelangkaan beras, tidak akan ada kelangkaan pangan dan kita bisa menjadi lumbung pangan dunia apabila kita bisa mensyukurinya,” jelas Darsono.

Agung Hendriadi bersama Bambang Pujiasmanto (kanan) dan Nyoman Rai (kiri)
Agung Hendriadi bersama Bambang Pujiasmanto (kanan) dan Nyoman Rai (kiri)

Seminar yang mengangkat topik utama masalah pangan ini menekankan pada kualitas pangan Indonesia yang harus kuat sebelum menjadi lumbung pangan dunia. Nyoman mengatakan bahwa pangan menjadi modal utama dari kelangsungan hidup sebuah bangsa.

“Kalau Indonesia mau tetap eksis seperti sekarang tidak berubah 30 tahun lagi seperti yang disampaikan oleh salah satu pentolan negara kita, maka pangan harus tetap kuat. Karena tanpa pangan maka tidak mungkin kita bisa hidup sebagai bangsa yang besar,” jelas Nyoman.

Menjadi lumbung pangan dunia tahun 2045 menjadi mimpi yang sangat besar. Pada jumpa pers pasca acara, Agung berkesempatan untuk memberikan pemahaman terkait impor beras yang dilakukan oleh pemerintah.

“Berita tentang impor itu betul, kita mengimpor beras kemarin untuk mengisi cadangan beras pemerintah, karena kalau pemerintah tidak mempunyai cadangan, maka pemerintah tidak bisa mengendalikan harga,” jelas Agung

“Tapi 2018 saya yakin cadangan beras kita akan berkembang yaitu 1,2 juta ton cadangan beras. Target panen 42 juta ton beras, jadi gabah kering tinggal dikalikan dua, sehingga kita tidak perlu impor lagi,” pungkas Agung. humas.red-uns/Imr/Dty

Skip to content