Hadapi Tantangan Otomatisasi, Seminar Karir Mahasiswa CDC UNS Bagikan Tips Menggali Potensi Diri

UNS — Industri 4.0 dan digitalisasi yang terjadi di masa kini menjadi tantangan baru di dunia kerja. Dilansir dari survei yang dilakukan pada tahun 2018, 78% para karyawan menyatakan bahwa digitalisasi menjadi tekanan bagi mereka. Para karyawan harus merubah kebiasaan mereka dalam bekerja.

Selain digitalisasi, generasi saat ini juga dihadapkan oleh pasar kerja yang kompetitif atau dikenal dengan competitive job market. Fresh graduated tidak hanya bersaing dengan sesama fresh graduate lainnya tetapi juga dengan para senior yang telah memiliki pengalaman bekerja. Akibatnya, para fresh graduate mengalami kesulitan untuk tampil berbeda di tengah banyaknya jobseeker dari berbagai kalangan.

“Karena kita ada di competitive job market dengan tempat yang terbatas dan peminat yang banyak, otomatis kita akan mendapatkan tantangan dalam men_-differentiate_ kita sendiri dengan orang lain,” tutur Gilang I Nata Praja saat menjadi pembicara dalam Seminar Karir Mahasiswa CDC UNS pada Jumat (25/06/2021).

Assistant Human Capital Director PT. Pertamina (Persero) tersebut juga memaparkan tantangan lainnya yang akan dihadapi oleh para jobseeker akibat adanya digitalisasi, yakni otomatisasi. Otomatisasi akan menimbulkan beberapa hal, misalnya jobs lost, jobs gain, dan jobs changed. Terutama setelah wabah pandemi Covid-19 melanda hampir seluruh negara di dunia.

Tantangan tersebut selaras dengan hasil survei yang dilakukan oleh Global Work Economic Forum yang menyatakan bahwa otomatisasi tidak akan menghapus pekerjaan melainkan akan menciptakan pekerjaan-pekerjaan baru. Oleh karena itu, penting bagi para jobseeker untuk mengupgrade skill mereka guna beradaptasi dengan lapangan pekerjaan baru.

“Kira-kira 23 juta pekerjaan akan di-displace oleh otomatisasi, 27 – 46 juta pekerjaan kemungkinan besar akan ter-_create oleh otomatisasi. Jadi kalau kita lihat masih surplus, masih terbuka lapangan-lapangan pekerjaan baru,” ujar Gilang saat memaparkan tentang bayangan automation of work di Indonesia.

“Sebanyak 10 juta dari 27 – 46 juta pekerjaan yang tercipta itu merupakan new types of occupations atau jabatan-jabatan baru yang sebelumnya belum pernah ada,” imbuhnya.

Sementara itu, untuk menangkap productivity benefis of automation, pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh mesin justru akan meningkat. Begitu pula dengan data collection dan processing. Oleh karena itu, Gilang menegaskan perlunya keselarasan antara lembaga pendidikan dengan penyedia lapangan pekerjaan.

“Tipe-tipe jabatan yang akan hilang di masa depan, misalnya tipe-tipe jabatan yang berulang atau repetitif. Lalu low efficiency atau boros, dengan resource yang tinggi dan hasil yang terbatas,” jelas Gilang.

Sementara jabatan-jabatan baru yang sebelumnya tidak ada sekarang ada, misalnya officer social media, pekerjaan administratif atau admin, dan freelance.

Untuk menghadapi perubahan yang sedang terjadi, Assistant Human Capital Director PT. Pertamina (Persero) tersebut membagikan beberapa tips kepada para jobseeker, diantaranya mengelola kepercayaan diri, berpikir terbuka, mengevaluasi apa yang diinginkan, mengidentifikasi softskill, mengupgrade kemampuan, membangun networking, personal branding, dan fokus terhadap apa yang diinginkan.

Dengan melaksanakan beberapa tips tersebut, jobseeker akan tampil berbeda sehingga terhindar dari kesulitan diferensiasi diri dengan orang lain. Dengan demikian, jobseeker dapat menggali dan memahami potensi dalam dirinya sendiri. Humas UNS

Reporter: Alinda Hardiantoro
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content