HM Pelita UNS Gelar Webinar Nasional Penyuluhan Kreatif sebagai Penyongsong Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

UNS — Himpunan Mahasiswa Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (HM Pelita) Fakultas Pertanian (FP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar webinar nasional dengan tema Penyuluhan Kreatif sebagai Penyongsong Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Acara ini adalah bagian dari National Agricultural Extension Student Summit (NAESS) 2021. Webinar berlangsung pada Minggu (21/3/2021) melalui aplikasi Zoom Cloud Meeting dan disiarkan secara langsung pada Youtube HM Pelita.

Acara ini menghadirkan 5 pembicara utama yakni Prof. Dr. Ir. Dwi Andreas Santosa, M.S., Dr. Agung Wibowo, S.P., M.Si., Dr. Ir. Lely Nuryati, M.Sc., Alia Bihrajihant, Ph.D., dan Eko Agus Heryanto, S.P. Materi pertama dibawakan oleh Prof. Dwi Andreas dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Ia memaparkan materi dengan tema Penyuluhan Pertanian di Era Revolusi Industri 4.0. Menurutnya, pertanian di era industry 4.0 adalah pertanian dengan konsep masa depan.

“Pertanian di era industri 4.0. merupakan pertanian dengan konsep future farm atau pertanian masa depan. Salah satu contoh yang sudah ada adalah vertical farming, smart farming yakni unsur hara di dalam tanah dapat dideteksi, kita dapat mengetahui apakah ada hama di lahan kita dengan bantuan robot drone, genetically modifiying food, kemudian 3D printed food kita bisa mencetak makanan dengan bahan dasar ganggang dan cultured meats. Untuk itu, kita perlu mempersiapkan diri menghadapi era ini,” jelas Prof. Dwi.

Prof. Dwi juga memaparkan bahwa kondisi pertanian Indonesia saat ini, penyuluhan semakin lama semakin terpinggirkan. Kondisi sektor pertanian dari 2016-2019 dapat dilihat bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian menurun. Ada pun, produksi pertanian di Indonesia, dalam konteks ini padi, tidak mengalami perkembangan relatif yang berarti. Dalam kurun waktu 5 tahun ini,  minus 0,34% per tahunnya.

Selanjutnya, pemaparan kedua disampaikan oleh Dr. Lely Nuryati, seorang Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian yang menyoroti tema Penguatan dan Adaptasi SDM Melalui Penyuluhan Kreatif. Dr. Lely menjelaskan bahwa penyuluhan adalah obor dan seorang penyuluh harus menjadi penerang bagi sekitarnya. Ada pun, filosofi penyuluhan adalah teach, truth, dan trust. Penyuluhan merupakan kegiatan untuk menyampaikan kebenaran-kebenaran yang telah diyakini. Ada pun, fungsi penyuluhan pertanian adalah untuk memfasilitasi proses pembelajaran bagi petani. Juga, memberikan para petani akses baik secara teknologi, maupun ilmu-ilmu mengenai kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan. 

Dr. Lely juga menuturkan solusi dari tantangan yang dihadapi oleh penyuluh pertanian di era 4.0. Para penyuluh pertanian harus adaptif dengan teknologi informasi komunikasi, yakin dapat mengakses informasi teknologi, memanfaatkan informasi untuk kegiatan penyuluhan, dan mengenalkan pemanfaatkan teknologi kepada petani. Menurutnya, penyuluh harus cerdas dan kreatif agar dapat mengembangkan pertanian.

Materi ketiga disampaikan oleh Dr. Agung Wibowo dari UNS. Pada kesempatan ini, Dr. Agung mengusung materi dengan tema Strategi Menumbuhkan Jiwa Kreatif dan Inovatif Generasi Millenial dalam Penyuluhan Kreatif. Menurutnya, penyuluh millennial harus kreatif dan inovatif.

“Penyuluh millenial harus kreatif yakni mampu menciptakan. Juga, inovatif yang bersifat memperkenalkan atau mengembangkan hal baru,” jelas Dr. Agung.

Menurut Dr. Agung, orang-orang kreatif adalah orang-orang yang mampu memecahkan masalah yang fungsional bagi kehidupan dan juga dapat memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan peradaban. Ada pun, yang dapat dilakukan untuk membentuk generasi millenial yang unggul, maka harus melakukan beberapa hal berikut. Generasi millenial harus dapat menyampaikan ide-ide yang kreatif dan inovatif. Selain itu, mereka harus dapat memodifikasi ide-ide. Menghadirkan umpan balik bagi generasi milenial, memberikan alternatif dan arahan yang tidak terbatas.

Dilanjutkan oleh Alia Bihrajihant Raya, Ph.D. dari Universitas Gadjah Mada (UGM), ia memaparkan materi yang berjudul Penerapan Teknologi Informasi Guna Mengembangkan Efektivitas Penyuluhan. Menurutnya, kelompok tani masih banyak yang pemula namun hal ini merupakan sebuah potensi saat petani masih mencari bentuk dan penyuluh yang dapat mengajak dan memberikan inovasi. Tantangan penyuluhan pertanian yakni skala yang masih kecil, mobilitas terbatas, dan transportasi yang masih sulit untuk diakses. Skala yang kecil dapat diatasi dengan pemanfaatan teknologi agar tercipta transparansi berupa database sehingga layanan penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan petani.

Alia menjelaskan, pemanfaatan teknologi dapat mengajarkan kepada para petani dan pelaku usaha untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan juga mengetahui sumber daya yang dimiliki untuk dapat mempertimbangkan sebagai informasi dan etika dalam pemanfaatan informasi. Peluang untuk meningkatkan kapasitas petani, penyuluh, dan masyarakat pertanian semakin besar dalam pemanfaatan media komunikasi. Adanya ragam media interaksi digital, aplikasi pertanian, dan media sosial sangat berguna.

Materi terakhir dibawakan oleh Eko Agus Heryanto, S.P., seorang Pengusaha Agribisnis. Ia memaparkan materi dengan tema Kemitraan Agribisnis sebagai Pendukung Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan. Menurutnya, kepastian dalam dunia pertanian adalah ketidakpastian baik dari segi harga dan musim. Pemerintah diharapkan dapat menyediakan barang dengan harga yang sesuai sehingga petani dapat melaksanakan kegiatan pertanian.

Eko menjelaskan bahwa penyuluh pertanian saat ini tidak hanya mencakup penyuluh PNS tetapi juga pihak-pihak yang bermitra dengan petani dan penyuluh mandiri yang dapat menerapkan teknologi untuk meningkatkan produksi. Ada pun, perusahaan mitra biasanya menyediakan benih induk, sarana produk padi, bimbingan teknis, penguasaan dan peningkatan teknologi, juga pembiayaan. Selain itu, manfaat kemitraan usaha adalah meringankan tugas yang harus dihadapi masing-masing pihak dan menggabungkan sumber daya dari kedua belah pihak untuk pencapaian tujuan yang lebih baik. Prinsip dalam pengembangan kemitraan usaha yaitu saling membutuhkan, saling ketergantungan, saling menguntungkan, keterbukaan, kesetaraan, dan keberlanjutan.

Usai pemaparan dari kelima materi, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Masing-masing pembicara juga menyampaikan closing statement setelah itu. Acara pun berakhir dengan total jumlah peserta sebanyak 350 orang.  Humas UNS

Reporter: Zalfaa Azalia Pursita
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content