International Batik Short Course Periode ke-2, Kenalkan Keindahan Maknawi Batik

Surakarta – Sebagai upaya untuk mendukung program internasionalisasi, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta bekerja sama dengan International Office (IO) menggelar International Batik Short Course Periode ke-2, yang dilaksanakan pada 5-10 September 2016. Kegiatan ini diikuti oleh enam mahasiswa asing, yaitu Nor asal Malaysia, Irene asal Madagaskar, Katrina asal Australia, Laura asal Inggris, Ibrahim asal Sierra Leone, dan Olive asal Rwanda.

batik course
Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Ahmas Adib membuka secara resmi acara International Batik Short Course Periode ke-2di Pendapa Javanologi UNS

“Fakultas Seni Rupa dan Desain yang berada di bawah naungan Universitas Sebelas Maret Surakarta ingin mendukung program internasionalisasi, salah satunya melalui pengenalan batik Indonesia lebih jauh pada masyarakat mancanegara, khususnya mahasiswa asing, agar batik Indonesia lebih dikenal tidak saja pada visual pola hiasnya namun juga pada keindahan maknawinya,” terang Tiwi Bina Affanti, selaku Kaprodi Kriya Tekstil dalam sambutannya.

Kegiatan ini berupa kursus singkat yang dikemas dalam serangkaian teori dan praktik terkait batik di Indonesia yang digelar di Pendopo Javanologi. Selain itu, untuk menambah wawasan tentang batik, peserta kursus diajak mengunjungi Batik Dalem Hardjonegoro, Batik Abstrak Pandono serta membatik bersama masyarakat di pedesaan kelompok Batik Mekar Jaya di Desa Pilang, Sragen. Selama enam hari, mereka dikenalkan dengan batik, batik klasik, batik pedesaan, batik tulis, batik cap, batik lukis, pewarnaan alami, pewarnaan sintesis, dan pelorotan.

batik course 2
Irene, salah satu peserta dari Madagaskar sedang berlatih membuat motif pada batik cap di Pendopo Javanologi UNS.

Irene, salah satu peserta kursus asal Madagaskar yang saat ini sedang menempuh pendidikan pada program studi DKV ini mengaku tertarik dengan budaya Indonesia, salah satunya adalah batik. “Saya sudah bisa berbahasa Indonesia sejak tahun 2014 dan saya ingin mengetahui proses pembuatan batik serta mengetahui lebih banyak informasi tentang batik,” terangnya.

Lain halnya dengan Nor Zana, peserta kursus asal Malaysia yang sedang menempuh pendidikan pada Program Studi Ilmu Sejarah ini menjelaskan bahwa dirinya ingin mengetahui tentang batik lebih dalam karena menurutnya batik mempunyai nilai filosofi yang sangat beragam dan sesuai dengan nilai dalam kehidupan.[](azaria.red.uns.ac.id)

Skip to content