Irman Gusman: Kesenjangan Sosial dan Ekonomi Makin Lebar

SOLO – Data Badan Pusat Statisktik (BPS) tahun 2012 menyebutkan jumlah penduduk miskin di Indonesia tercatat 29,13 juta orang (11,96 persen). Jumlah itu berkurang dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 30,02 juta orang (12,49 persen). Sebaliknya, kendati pertumbuhan ekonomi dan jumlah orang kaya Indonesia meningkat, kesenjangan sosial justru makin menganga lebar.

“Fenomena meningkatnya jumlah orang kaya dengan cepat dan lambannya penurunan jumlah penduduk miskin menunjukkan rendahnya kualitas pertumbuhan ekonomi negara kita sehingga disparitas ekonomi semakin besar,” kata Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Irman Gusman, dalam orasinya di hadapan Forum Rektor Indonesia (FRI), Sabtu (11/5/2013), di kampus Universitas Sebelas Maret (UNS), Jawa Tengah.

Irman Menjelaskan, besarnya kesenjangan ini diindikasikan dengan peningkatan Gini Rasio dari 0,31 menjadi 0,41 dalam satu dasa warsa belakangan. “Disparitas demikian dapat memperparah rasa ketidakadilan dengan berbagai dampaknya, karena itu harus segera dicarikan solusinya,” jelasnya.

Selain itu, terang Irman, Indonesia juga bermasalah dengan kedaulatan ekonomi. Produk Domestik Bruto (PDB) nasional negara Indonesia sebagian dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan asing. “Kepemilikan asing semakin mendominasi industri dalam negeri. Di beberapa sektor bahkan sampai 80 persen seperti sektor pertambangan, perminyakan, dan perbankan,” tutur dia.

Ditambahkan oleh Irman, sejumlah industri Indonesia kalah bersaing dengan industri asing bahkan, di pasar dalam negeri sendiri, terutama terhadap produk-produk dari China dan kawasan Asian lainnya. Hal itu tampak dari ketimpangan proporsi tenaga kerja formal dan informal yang mencapai perbandingan 32:68 persen.

“Kita tidak anti modal asing sebab kita tidak menganut nasionalisme sempit, tetapi melemahnya kedaulatan ekonomi Indonesia semakin jelas terlihat dari lemahnya daya saing industri kita dalam berbagai bidang,” ujar Irman Gusman.[]

Skip to content