Jangan Buang Baterai Li-ion Sembarangan, Lakukan Ini Saja

Baterai Lithium yang dikembangkan oleh program studi Teknik Kimia UNS.

UNS – Seiring perkembangan teknologi, baterai Lithium semakin banyak digunakan. Baterai yang dikenal dengan sebutan baterai Li-ion ini kerap dipakai untuk mengisi energi alat praktis dan populer seperti laptop, power bank, dan ponsel.

Namun patut diketahui, baterai lithium ini sangat sulit untuk didaur ulang. Karena itu, salah satu dosen program studi Teknik Kimia UNS, Agus Purwanto mengingatkan agar tidak membuang baterai Lithium sembarang. Ia menyarankan untuk mengembalikan ke pabriknya apabila sudah rusak.

“Kalau buang baterai, jangan dibuang sembarangan. Dikumpulkan saja dulu. Kalau sudah, seharusnya ada lembaga daur ulang atau bisa dikembalikan lagi ke pembuatnya supaya bisa dikelola,” katanya.

Agus menambahkan, baterai lithium dapat meledak apabila terkena panas sinar matahari. Baterai ini rentan terhadap thermal runaway, suatu proses peningkatan suhu yang luar biasa sampai mencapai titik leleh Lithium jika suhu baterai mencapai satu suhu tertentu (130 derajat Celcius).

Sama dengan baterai Li-Ion, baterai primer lainnya seperti baterai jam dinding dan aki juga tidak boleh dibuang sembarangan. Sebab, bahan beracun berbahaya yang terkandung pada baterai bisa terlepas ke alam sehingga dapat mencemari alam.

Sejauh ini, kata Agus, memang belum ada regulasi yang mengatur tentang daur ulang baterai Li-ion. Kendati demikian, sudah ada beberapa pihak akademisi yang meneliti bagaimana cara mendaur ulang baterai tersebut.

“Kalau Aki bisa dijual lagi. Sama, baterai Li-Ion sebenarnya bisa didaur ulang juga. Tapi di Indonesia belum ada, kebanyakan masih yang aki,” jelasnya. Humas UNS

Skip to content