Kepala PUI Javanologi UNS Soroti Perubahan Tatanan Kehidupan Masyarakat Akibat Pandemi Covid-19

UNS – Kepala Pusat Unggulan Iptek (PUI) Javanologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Sahid Teguh Widodo, prihatin dengan perubahan tatanan kehidupan masyarakat akibat pandemi Covid-19. Hal tersebut dikarenakan orang-orang saling curiga dan khawatir tertular Sars-Cov-2 sehingga lebih mengutamakan keselamatan hidup masing-masing.

Dalam Webinar Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Daerah se-Indonesia (Imbasadi) bertajuk “Peran Sastra Daerah dalam Mempersiapkan Generasi Emas Indonesia Tahun 2045”, Sabtu (8/8/2020) pagi, melalui Zoom, Prof. Sahid mengatakan pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai telah menjungkirbalikkan logika, pandangan, asumsi, dan umat manusia di seluruh dunia.

“Dalam krisis ini semua porak-poranda. Apa yang sedang direncanakan dalam skenario global hancur, 700 ribu orang mati. Kita sekarang curiga dan berpikir pada keselamatan sendiri, gereja kosong dan masjid kosong,” ujar Prof. Sahid.

Krisis paradigmatik yang semakin tidak terelakan disebut Prof. Sahid sebagai dampak dari rasa was-was dan ketakutan yang mengakibatkan pergerakkan globalisasi dunia menjadi rapuh dan gagap. Penyebabnya, karena dunia sedang dihadapkan pada banyaknya tekanan yang terus mendera yang meluluhlantahkan semua sendi kehidupan manusia.

Di hadapan peserta webinar, Prof. Sahid mengatakan pandemi Covid-19 telah melahirkan trauma baru. Hal tersebut disebabkan karena Sars-Cov-2 tidak saja menyerang kondisi kesehatan manusia, namun juga memberikan tekanan bagi rohani manusia.

“Cara pandang manusia terhadap dunia di sekitarnya dan interaksi diri hingga yang paling dasarpun berubah total terkait dengan badan dan rohnya sendiri, juga hubungannya dengan mikro dan makro kosmos,” ujar Prof. Sahid.

Kebijakan pemerintah untuk memberlakukan social distancing dan physical distanding, disebut Prof. Sahid menjadi bukti nyata perubahan terhadap nilai kesantunan dan etika sosial yang sebelumnya dijunjung tinggi.

Dalam paparan materinya, Prof. Sahid juga menyinggung soal eksistensi budaya di tengah globalisasi. Prof. Sahid menyoroti masifnya globalisasi membuat teknologi lambat laun merebut posisi manusia sebagai produsen budaya dan dominasi teknologi yang mengakibatkan robot menjadi pengendali kehidupan manusia.

“Teknologi informasi digital memperoleh kekuatannya dan menjerumuskan kita pada objek passiva, situasi tanpa kebebasan yang seharusnya dimiliki secara asasi dan mutlak,” tutur Prof. Sahid.

Ia mengutarakan keprihatinannya sebab kini manusia hidup di bawah pengawasan dan tekanan produk ciptaannya sendiri, yaitu teknologi. Dalam hal ini, Prof. Sahid mengatakan manusia sibuk megikuti doktrin simbolik yang telah disusun oleh para kreator global.

“Lebih jauh, manusia menjadi terkesima oleh permainan semesta simbol yang berubah setiap dekade jaman dan semakin mempersempit kebebasan memilih di luar jatah kebebasan itu sendiri,” pungkasnya. Humas UNS

Reporter: Yefta Christopherus AS
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content