Kisah Epi, Mahasiswa Pendidikan Dokter UNS yang Tak Kenal Menyerah

Kisah Epi, Mahasiswa Pendidikan Dokter UNS yang Tak Kenal Menyerah

UNS — Merantau untuk menempuh pendidikan di tanah orang, tentu menjadi hal yang sangat menantang untuk dilakukan. Perlunya adaptasi dengan budaya baru, adanya rasa rindu kepada keluarga yang ada di rumah, dan serangkaian perjuangan lain yang mesti dilakukan oleh seorang perantau membuatnya menjadi kuat dari hari ke hari. Hal itu juga dirasakan oleh Maria Margaretha Valentin Pigome. Perempuan yang berasal dari Kabupaten Deiyai, Papua ini rela meninggalkan tanah kelahirannya di ujung timur Indonesia untuk menempuh pendidikan dokter di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Saat ditemui tim uns.ac.id di Gedung Pendidikan Dokter lantai 1 UNS pada Rabu (9/6/2021), perempuan yang akrab disapa Epi ini mengaku ingin masuk UNS karena reputasinya yang cukup gemilang.
“Saya meminta saran pada guru dan teman saya dan mereka mengatakan bahwa Universitas Sebelas Maret adalah salah satu kampus terbaik di Indonesia dan memiliki Prodi Pendidikan Dokter dengan akreditasi A. Juga, kata mereka suasana di Solo pun sangat baik untuk anak kuliah. Menurut saya, universitasnya juga bagus,” ujar Epi.

Ia mengikuti program beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik). Beasiswa yang diberikan pemerintah sejak tahun 2012 ini, ditujukan khusus untuk pelajar dari Papua dan Papua Barat, daerah khusus 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal) serta anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Epi yang merupakan anak pertama dari lima bersaudara ini merasakan adanya dukungan yang positif ketika menempuh pendidikan di UNS.
“Dukungan yang saya terima sangat poistif. Kalau keluarga merupakan support system paling utama dan mereka selalu memberikan nasihat-nasihat positif ketika ujian dan saat-saat down. Kalau teman-teman dari afirmasi, mereka juga selalu bersedia memberikan saran ketika saya butuh teman cerita. Juga, untuk teman-teman yang seprodi, mereka juga selalu membantu saya dari awal semester ketika saya mengalami kesulitan belajar. Juga, ketika mau memasuki organisasi, mereka selalu membantu,” jelas Epi.

Selama menempuh pendidikan di UNS, perempuan berusia 23 tahun ini, pernah juga merasakan rindu rumah. Biasanya ia akan melakukan panggilan telepon maupun panggilan video dengan keluarga. Walau begitu, ia pernah merasakan pengalaman menarik ketika menjadi mahasiswa UNS. Epi yang tergabung dalam paduan suara Fakultas Kedokteran (FK) UNS, saat itu ia dan teman-temannya diminta menyanyikan beberapa lagu di acara Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang diselenggarakan di Hotel Alila Solo. Ia merasa bangga dapat menjadi orang yang berpartisipasi dalam acara tersebut. Di sana, Epi juga sempat mengobrol dengan beberapa dokter yang berasal dari Papua sehingga menambah motivasinya dalam belajar.

Sedari dini, ia memang bercita-cita menjadi dokter. Menurutnya, tenaga kesehatan di Indonesia masih sangat kurang dan persebarannya kurang merata. Maka, Epi berniat ikut andil dalam menyumbang tenaga medis profesional di Indonesia. Dengan begitu, ia harap, ia dapat membantu.

Selama tinggal di Surakarta, ia merasakan adanya beberapa perubahan pada dirinya. Dari tata bicaranya, tingkah laku, hingga makanan harus ia sesuaikan dengan budaya yang berlaku di Surakarta.
“Dari tata bicaranya, kalau dulu itu ngomong, nadanya suka agak tinggi jadi kalau di Papua secara umum biasanya ngomong ke orang nadanya lebih tinggi. Sekarang, lebih diperhalus jadi menyesuaikan juga. Dari tingkah laku mungkin lebih kalem dan tenang. Perubahan paling mendasar tentang makanan, sebenarnya dulu tidak suka tempe dan terong tapi sekarang di sini saya jadi belajar untuk menerima itu dan sekarang menyukainya,” ungkapnya.

Selama menjadi mahasiswa UNS, menurut Epi pelayanan yang diberikan UNS selalu membantu dengan baik.
“Tiap kali mengurus sesuatu, terutama pihak dari pelayanan UNS itu selalu membantu dengan baik. Mereka akan menjawab sedetail mungkin apa yang harus kami lakukan sehingga pengurusan pun menjadi lancar. Jadi, luar biasa UNS,” kata Epi.

Selama pandemi ini, ia belajar secara daring dari asrama UNS. Kendala yang ia alami biasanya mengenai masalah koneksi jaringan dan distraksi di sekitarnya. Maka, dibutuhkan fokus yang lebih agar kuliah tetap berjalan optimal.

Epi juga aktif dalam organisasi bernama Kelapa UNS. Organisasi ini beranggotakan mahasiswa aktif yang menerima beasiswa afirmasi dari Dikti yang berasal dari Papua dan Papua Barat. Kegiatan yang mereka laksanakan biasanya adalah makrab, perayaan Natal, dan perayaan Paskah bersama.

Sudah 4 tahun Epi menghirup segarnya udara di UNS. Tentu, banyak memori yang terkenang di benaknya. Kelak, ketika ia telah menyelesaikan studi, Epi mengaku akan merindukan beberapa hal.
“Hal yang akan saya rindukan, lebih ke suasananya, terus lebih kepada keramahan orang-orangnya. Makanan juga. Di sini, makanan sangat murah apalagi kita anak kuliah kan harus hemat,” katanya.

Terdapat prinsip yang dipegang oleh Epi. Ia mendapatkan inspirasi dari sebuah buku yang pernah dibacanya.
“Dulu, saya pernah baca satu buku dan itu saya gunakan sebagai prinsip. Jadi, di buku itu tertulis bahwa anggaplah langit dan bumi sebagai ayah dan ibumu dan anggaplah orang lain sebagai saudara kandungmu. Dengan begitu, kamu akan menghargai hidupmu. Jadi, menurut saya sih biarpun kita itu sekolahnya sampai tinggi tapi kalau kita tidak melihat sesama kita, tidak melihat diri sendiri ataupun masyarakat lain, itu sebenarnya tidak ada nilainya sama sekali,” terang Epi.

Di akhir perbincangan, perempuan yang memiliki semangat belajar tinggi ini berpesan agar dapat menjadi orang yang kuat dan pantang menyerah.
“Saya menjalani pendidikan sebagai mahasiswa afirmasi itu merupakan suatu anugerah tapi juga menjadi suatu tantangan tersendiri di mana harus melewati banyak hal. Apalagi, kita dari timur melewati banyak penyesuaian. Pesan saya cuma satu, jadi orang harus kuat dan pantang menyerah karena kebanyakan, seringkali kita di sini selalu mengeluh dan sering diremehkan. Jangan pernah berpikir seperti itu tapi berpikirlah bahwa kita mampu. Kita memiliki potensi yang sama dengan yang lain dan kita juga mampu menentukan dan menuntaskan tanggungjawab yang diberikan pada kita,” pesan Epi. Humas UNS

Reporter: Zalfaa Azalia Pursita
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content