Kisah Mahasiswa Internasional UNS, Merantau ke Kota Surakarta untuk Meraih Mimpi

Kisah Mahasiswa Internasional UNS, Merantau ke Kota Surakarta untuk Meraih Mimpi

UNS — Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta selalu membuka lebar peluang belajar bagi siapapun. Hal ini juga berlaku pada mahasiswa internasional yang hendak menuntut ilmu di UNS. Mengusung semangat “Mangesthi Luhur Ambangun Nagara”, UNS siap ikut serta dalam pembangunan negara dengan cita-cita yang luhur.

Pada beberapa saat yang lalu, tim uns.ac.id berkesempatan untuk mengulik lebih dalam mengenai kehidupan mahasiswa internasional yang ada di UNS. Saat itu, terdapat empat mahasiswa yang berbagi kisahnya. Mereka adalah Zoarinala Faratiana Irene Arson, Muhammet Tashliyev, Eugenio Lay, dan Fidele Iraguha.

Mengenyam pendidikan di UNS, memberikan warna tersendiri bagi Zoarinala Faratiana Irene Arson (26). Perempuan yang akrab disapa Irene ini, kini sedang menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana Linguistik Sastra Inggris UNS setelah menamatkan pendidikan jenjang sarjana di Program Studi (Prodi) Desain Komunikasi Visual (DKV) UNS. Ia berasal dari Madagascar. Sudah tujuh tahun lamanya ia berada di UNS. Saat ini, ia tinggal di rumah kontrakan yang terletak di daerah Colomadu, Karanganyar.

Mengaku tertarik belajar bahasa dan kebudayaan Indonesia, Irene memilih Indonesia sebagai negara studi. “Saya memang datang ke Indonesia untuk belajar bahasa Indonesia. Di Madagascar saya sangat tertarik dengan kebudayaan Indonesia,” ujar Irene saat ditemui di International Office (IO) UNS, Selasa (9/11/2021).

UNS dipilihnya setelah melakukan riset, baginya UNS termasuk kampus yang baik. Banyak hal yang membuatnya bahagia ketika berada di UNS. Ketika menempuh pendidikan di UNS, Irene dapat mengenal banyak orang dari latar belakang yang beragam. Ia juga bisa belajar hidup mandiri karena jauh dari orangtua. Hal ini membuatnya lebih bertanggung jawab terhadap kehidupannya. Ia juga sempat belajar kebudaayaan masyarakat setempat ketika melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pacitan.

Tak hanya hal menyenangkan, Irene juga sempat mengalami rindu kampung halamannya. Ia juga harus dapat bertahan ketika sakit di tanah rantau. Selain itu, ia merasa sedih jika teman sesama mahasiswa internasionalnya harus pulang kampung.

Dalam menjalani hidup, Irene selalu berprinsip agar jangan menyerah menghadapi segala sesuatu.

“Jangan menyerah karena selama saya kuliah di Indonesia banyak banget ujian yang saya jalani. Banyak banget drama di kehidupan saya. Tapi, saya harus bangkit lagi untuk bisa keluar dari masalah,” kata Irene.

Pada akhir wawancara, Irene berpesan pada sesama mahasiswa internasional agar tidak mudah menyerah dan terus berkomitmen untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

“Jangan menyerah kalau menghadapi masalah atau sesuatu yang tidak mengenakkan. Teruslah berkomitmen untuk menyelesaikan apa yang sudah dimulai dan jadilah pribadi yang baik,” pungkas Irene.

Tidak jauh berbeda dengan Irene, Muhammet Tashliyev (23) juga berbagi kisahnya pada tim uns.ac.id. Pria yang akrab disapa Tashliyev ini, jauh-jauh datang dari Turkmenistan. Kini ia menempuh pendidikan di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS. Ia memilih Indonesia sebagai negara tujuan belajar karena menurutnya Indonesia adalah negara yang indah dengan tempat wisata yang beragam. UNS dipilihnya karena kakak laki-lakinya lebih dulu berkuliah di sini.

Kisah Mahasiswa Internasional UNS, Merantau ke Kota Surakarta untuk Meraih Mimpi

Selama hidup di UNS, Tashliyev mengaku sempat mengalami gegar budaya. Saat pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia, ia tak menyangka bahwa Indonesia negara yang ramai. Tashliyev juga sempat berjuang untuk menyesuaikan lidah dengan makanan Indonesia, hal ini membuat Tashliyev harus memasak makanan sendiri. Walau begitu, baginya makanan di Indonesia terbilang murah.

Walau begitu, selama menjadi mahasiswa di UNS, Tashliyev mengaku, ia telah ditempa menjadi pribadi yang lebih mandiri. Selain itu, banyak pengalaman baru yang ia dapatkan selama di Indonesia. Ia juga belajar bahasa Indonesia pertama kali ketika datang ke Indonesia di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bahasa UNS. Ia berhasil membuktikan bahwa ia mampu belajar bahasa Indonesia dengan baik.

Dalam menempuh studi, Tashilyev berpesan agar teman-temannya bisa menikmati proses yang sedang dijalani dan fokus terhadap tujuan utama.

“Harus enjoy dengan momen yang sedang dilalui. Juga, harus bisa fokus ketika belajar,” terang Tashliyev.

Eugenio Lay (22), seorang mahasiswa internasional UNS yang berasal dari Timor Leste turut berkisah pengalamannya selama menjadi mahasiswa di UNS. Kini, Eugenio sedang menempuh pendidikan di Prodi Ilmu Komunikasi UNS. Ia memilih Indonesia sebagai tempat studi karena keluarganya ada yang tinggal di Kota Surakarta. Lebih lanjut, ia memilih UNS karena menurutnya UNS merupakan kampus yang cukup terkenal dan Prodi Ilmu Komunikasi yang ia minati telah terakreditasi A.

Ketika berada di Kota Surakarta, ia mengaku senang karena orang-orangnya ramah. Baginya, orang-orang Surakarta menjunjung tinggi sopan santun yang membuatnya kagum. Saat ini, ia tinggal di sebuah rumah kontrakan dekat UNS.

Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia, Eugenio mengaku butuh waktu dalam menyesuaikan keadaan yang ada. Ia juga sempat heran mengapa di Indonesia ceker bisa dimakan. Awalnya, ia merasa aneh ketika memakan ceker namun lambat laun, hal tersebut menjadi biasa baginya.

Pada sesi wawancara, Eugenio mengungkapkan bahwa prinsip hidup yang ia pegang selama ini adalah menjadi orang yang sopan, sabar, bersyukur, dan netral dalam menghadapi segala masalah. Di akhir sesi, ia berpesan agar mahasiswa yang merantau dapat bergaul dengan siapa saja.

“Jangan bergaul pada sesama saja agar pergaulan menjadi luas,” ujarnya.

Terakhir, Fidele Iraguha (30) menuturkan kisahnya sebagai mahasiswa internasional di UNS. Kini, ia menempuh pendidikan pada Pascasarjana Ilmu Lingkungan UNS setelah menamatkan pendidikan S-1 di negara asalnya. Fidele berasal dari Uganda. Fidele memilih Indonesia sebagai negara tujuan studi karena termasuk negara Group of 20 (G20). Menurutnya, hal ini juga berpengaruh pada kualitas pendidikan yang baik. Lebih lanjut, Fidele memilih UNS karena menurutnya, UNS daerah yang bagus dan hampir semua hal harganya terjangkau. Saat ini Fidele, tinggal di Asrama UNS.

Ketika berada di Kota Surakarta, Fidele mengaku nyaman karena orang-orangnya ramah dan suka menolong. Suatu hari, pernah ia kehabisan bensin dan harus menuntun motornya. Tiba-tiba, ada orang yang menolongnya.

“Pernah suatu hari, saya kehabisan bensin. Saya harus menuntun motor saya. Saat itu, tiba-tiba ada orang datang menawarkan bantuan. Ia mencarikan saya bensin dan ketika hendak saya bayar, ia menolak,” kenang Fidele terhadap ketulusan orang Surakarta.

Ketika menjadi mahasiswa di UNS, Fidele mengaku bahwa dosen yang ada cukup responsif, tempatnya nyaman dan indah, juga pembangunannya cukup maju. Selama menjadi mahasiswa UNS, terdapat prinsip yang dipegangnya. Bahwa jika orang lain bisa, maka ia juga harus bisa.

“Kalau orang lain bisa, maka saya juga harus bisa. Kalau mau mencapai sesuatu harus fokus, juga manajemen waktunya harus baik,” ujarnya.

Di akhir kesempatan, ia berpesan pada sesama mahasiswa internasional agar tetap semangat dan fokus dalam kuliah.

“Harus semangat. Kita harus fokus kuliah tapi, jangan lupa istirahat dan jalan-jalan di Indonesia karena Indonesia adalah negara yang indah,” pungkasnya. Humas UNS

Reporter: Zalfaa Azalia Pursita
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content