Kuliah Praktisi FEB UNS Datangkan Dosen Tamu dari BNI Bahas Budaya Organisasi di Era VUCA

Kuliah Praktisi FEB UNS Datangkan Dosen Tamu dari BNI Bahas Budaya Organisasi di Era VUCA

UNS — Bank Negara Indonesia (BNI) menjadi dosen tamu dalam acara kuliah praktisi yang digelar oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta pada Jumat (17/6/2022). BNI membeberkan mengenai Perubahan Budaya Organisasi di Era VUCA: Peran Pemimpin Transformasional dan Strategi Human Capital secara daring melalui platform Zoom Meeting.

Pihak BNI diwakili oleh Yuni Dwi Wijayanti, S.E., Ak., MBA., Vice President – Co Project Manager Human Capital. Adapun selama berlangsungnya acara dimoderatori oleh DLB Program Studi (Prodi) S1 Manajemen FEB UNS, Alifah F. Fibayani.

“VUCA merupakan akronim dari Volatility, Uncertainty, Complex, dan Ambiguity. VUCA bukanlah hal baru dalam dunia bisnis. Volatility menggambarkan keadaan dunia yang berubah sangat cepat, muncul gejolak, tidak stabil, dan tak terduga. Kemudian Uncertainty menggambarkan tentang masa depan yang penuh dengan ketidakpastian. Selanjutnya Complexity yakni dunia modern yang berkembang lebih kompleks dari sebelumnya. Serta Ambiguity ialah lingkungan bisnis yang semakin membingungkan, tidak jelas, dan sulit dipahami. VUCA ini adalah tantangan yang harus dihadapi setiap pemimpin organisasi,” terang Yuni dalam awal paparannya.

Maka dari itu, untuk menghadapi VUCA BNI memiliki Human Capital Framework sendiri. Hal ini terlihat dari visi BNI yang ingin menjadi “Lembaga Keuangan yang terunggul dalam Layanan dan Kinerja secara berkelanjutan”. Kemudian misi BNI No. 4 “Menciptakan kondisi terbaik bagi karyawan sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi”. Selanjutnya juga orientasi BNI yakni People Vision “Membangun talenta terbaik negeri dan budaya kerja unggul melalui pengelolaan SDM kelas dunia sebagai mitra strategis pertumbuhan BNI”. Serta orientasi Employee Value Proposition “Bersama-sama menjadikan BNI sebagai tempat terbaik untuk berkontribusi, belajar, dan bertumbuh”.

Selain itu, Yuni menambahkan untuk menghadapi VUCA, BNI telah memiliki strategi pengembangan sendiri meliputi  run the bank, transform the bank, dan change the bank. Run the bank dilakukan dengan peningkatan kapabilitas pegawai misalnya saja melalui budaya risiko, peningkatan bisnis BNI Kantor Cabang Luar Negeri (KCLN), segmen analisis industri dan kredit sektor unggulan, perbaikan kualitas kredit produktif dan consumer, sertifikasi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah (SPPUR), dan sebagainya.

Kuliah Praktisi FEB UNS Datangkan Dosen Tamu dari BNI Bahas Budaya Organisasi di Era VUCA

Kemudian transform the bank, BNI menerapkan global dan digital mindset journey. Sementara pada change the bank BNI menerapkan job shifting untuk pengembangan journey pegawainya pada new entry program maupun pengembangan atas dekonstruksi jabatan. Serta pada change the bank terdapat pula aspek building new capabilities, yakni BNI memfasilitasi pegawai dengan Global Schlarship Program, sinergi aktivasi capability development dengan perusahaan anak BNI, peningkatan kapabilitas pegawai, dan peningkatan kapabilitas business acumen terkait environment social governance.

“BNI memiliki end to end Human Capital Framework based on Human Capital Life Cycle. Yang mana membuat suatu kebijakan bagaimana menciptakan pegawai yang bagus, produktif yang diterapkannya saat pegawai tersebut pertama kali masuk BNI. Selain itu, di BNI nantinya dibekali dengan leadership development meliputi proses onboarding, upskilling, progressing, dan understanding. Leadership development yang ada di BNI juga tersedia dari level Assistant Manager (AMGR), Manager (MGR), Assistant Vice President (AVP), Vice President (VP), Senior Vice President (SVP), Executive Vice President (EVP), hingga Board of Directors (BoD) / Board of Commissioners (BoC). Pada tingkatan AMGR akan diajarkan leading self, tingkatan MGR akan diajarkan leading others, tingkatan AVP diajarkan leading managers, tingkatan VP diajarkan leading function, tingkatan SVP dan EVP diajarkan leading organization, serta tingkatan BoD atau BoC diajarkan supervising organization,” lanjut Yuni.

Adapun digital business agility yang diterapkan BNI ada 3, hyperawareness, informed decision making, dan fast execution. Sebagaimana yang dikatakan Yuni, hyperawareness yakni secara terus menerus melakukan scanning lingkungan internal dan eksternal untuk Opportunities dan Threats. Kemudian informed decision making ialah menggunakan data dan informasi untuk membuat keputusan. Serta fast execution adalah keinginan untuk terus bergerak cepat.

“Sementara transformational leadership yang diterapkan BNI ada 4, diantaranya inspirational motivation, idealized influence, intellectual stimulation, individualized consideration,” kata Yuni.

Sementara itu business value yang dianut BNI biasa disingkat dengan RACE. Yuni mengatakan RACE kepanjangan dari Risk Culture, Agile, Collaborative, Execution Oriented.

“Business value yang pertama Risk Culture, BNI melaksanakan budaya dan sistem manajemen risiko yang terbaik. Kedua Agile, BNI lincah dan dapat berubah secara cepat serta beradaptasi sesuai dengan dinamika pasar. Ketiga Collaborative, BNI berkolaborasi untuk menawarkan solusi yang  terintegrasi. Keempat Execution Oriented, BNI memiliki budaya eksekusi yang perlu terus diperkuat dan dilaksanakan dengan disiplin,” tutup Yuni. Humas UNS

Reporter: Lina Khoirun Nisa
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content