Kuliah Umum Prodi Agribisnis UNS Hadirkan Director of Laval University Research Center

Kuliah Umum Prodi Agribisnis UNS Hadirkan Director of Laval University Research Center

UNS — Kuliah tamu Program Studi (Prodi) Agribisnis Fakultas Pertanian (FP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta hadirkan Director of Laval University Research Center. Dalam kesempatan ini, Prof. Jean-François Bissonnette selaku dosen tamu memberikan kuliah bertemakan bisnis minyak sawit. Kegiatan digelar secara daring melalui Zoom Cloud Meeting pada Selasa, (15/11/2022).

Kuliah tamu dibuka oleh Dekan FP UNS, Prof. Dr. Ir. Samanhudi, S.P., M.Si., ASEAN., Eng. Dalam sambutannya, Prof. Samanhudi menyatakan bahwa perlu ada peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran bagi mahasiswa. Hal tersebut berguna untuk meningkatkan pengalaman perkuliahan di kampus. Salah satu caranya dengan menghadirkan akademisi dari perguruan tinggi top dunia. 

Kuliah Umum Prodi Agribisnis UNS Hadirkan Director of Laval University Research Center

“Semoga akan meningkatkan keterampilan pengetahuan dan perspektif global karena tidak semua mahasiswa memiliki kesempatan untuk mengikuti pertukaran pelajar internasional,” ujar Prof. Samanhudi.

Menurutnya, kuliah tamu ini sangat relevan dengan isu penting terkait bisnis minyak sawit di Indonesia. Indonesia sebagai salah satu produsen minyak sawit mentah di dunia masih menimbulkan berbagai kontroversi. Salah satunya proses produksi yang belum mengedepankan asas keberlanjutan. 

Sebagian besar produksi Global Purchasing Order (GPO) Indonesia masih berasal dari ekspansi perkebunan. Sementara itu, Prof. Samanhudi menilai bahwa kontribusi peningkatan produktivitas masih relatif kecil. 

“Oleh karena itu, Indonesia memerlukan strategi baru dalam mengembangkan sistem agribisnis kelapa sawit ke depan. Saya yakin kuliah ini akan membuka wawasan mahasiswa kita tentang agribisnis kelapa sawit,” tuturnya.

Melalui kuliah tamu ini juga, Prof. Samanhudi mengajak seluruh peserta untuk memperluas jaringan dan kerja sama antara UNS dan Laval University di bidang pendidikan, penelitian, publikasi. Bahkan, dapat memunculkan dampak pada Prodi Agribisnis FP UNS untuk memajukan pertanian khususnya agribisnis di Indonesia dan dunia.

Memasuki inti acara, kuliah tamu dipandu oleh Dr. rer. agr. Evi Irawan, S.P., M.Sc., selaku moderator. Prof. Jean mengangkat topik “Oil Palm Agribusiness Controversies in Indonesia”. Dalam perkuliahan, Prof. Jean banyak memaparkan terkait pengalaman penelitiannya.

Pada penelitiannya di Indonesia, Prof. Jean menggunakan “politik ekologi” yang merupakan sebuah pendekatan kritis dalam studi lingkungan. Terdapat dua pendekatan yang memungkinkan, yakni pendekatan konstruktivisme dan pendekatan konstruktivisme dan positivisme. “Politik ekologi” menjadi paradigma baru dimana manusia telah menjadi kekuatan besaran geologis, ekologi telah memasuki ranah politik, dan ilmu lingkungan secara intrinsik bersifat politis.

Secara historis, Prof. Jean menjelaskan bahwa kebijakan pertanian telah mengabaikan potensi petani kecil. Kepemilikan yang kompleks dari sistem petani meningkatkan kerentanan mereka. Namun, kebijakan pertanian juga telah mendukung sistem skala besar sebagai alat pembangunan.

Dari data yang dipaparkan Prof. Jean, hanya 9,79% area yang rentan terhadap ekspansi kelapa sawit pada tahun 2020 (10,27% pada tahun 2025) yang termasuk dalam Moratorium Hutan Indonesia. Sebanyak 80,67% area alami (yaitu hutan, lahan gambut, dan bakau) rentan terhadap ekspansi kelapa sawit pada tahun 2020 (83,9% pada 2025) tidak dilindungi oleh Moratorium Hutan.

Bisnis minyak sawit melahirkan berbagai macam perspektif. Prof. Jean menjelaskan, hal tersebut seperti timbulnya tekanan internasional untuk perlindungan ekosistem alam dan spesies karismatik. Andil pemerintah diperlukan dalam mengembangan kerangka peraturan dan sertifikasi baru, contohnya Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), dan lain-lain. 

Kuliah Umum Prodi Agribisnis UNS Hadirkan Director of Laval University Research Center

“Selain itu perlu ada mobilisasi untuk meningkatkan partisipasi publik bersama dengan persetujuan tanpa paksaan atau Free Prior Informed Concent (FPIC). Serta, tentu saja peningkatan areal budidaya oleh petani kecil,” terang Prof Jean.

Di akhir sesi, Prof. Jean menyimpulkan juga bahwa potensi “politik ekologi” memungkinkan pembingkaian masalah lingkungan sesuai dengan konteks sosial-politik. Selain itu, hal tersebut juga memungkinkan untuk analisis kritis dan normatif masalah sosial-lingkungan. Humas UNS

Reporter: Rangga Pangestu Adji
Redaktur: Dwi Hastuti

Skip to content