Magister Ilmu Gizi UNS Adakan MAGITALK Bahas Pencegahan Penyakit Metabolik Usai Idulfitri

Magister Ilmu Gizi UNS Adakan MAGITALK Bahas Pencegahan Penyakit Metabolik Usai Idulfitri Membanggakan! Mahasiswa UNS Juarai Lomba Video Pendek Moderasi Beragama Kemenag

UNS — Seri kelima MAGITALK oleh Program Studi (Prodi) Magister Ilmu Gizi Sekolah Pascasarjana Universiats Sebelas Maret (UNS) Surakarta membahas kiat pencegahan penyakit metabolik usai Idulfitri. Seri ini menjadi penutup rangkaian gelar wicara yang mengulik fakta ilmiah seputar gizi. Acara tersebut berlangsung secara daring melalui Zoom Cloud Meeting pada Sabtu (7/5/2022) sore.

Mengangkat tema “Tetap Sehat, Bebas Penyakit Metabolik Setelah Hari yang Fitri”, sesi gelar wicara mampu menarik antusias masyarakat. Ini terlihat dari jumlah partisipan yang lebih dari 150 orang. Dua narasumber dalam acara ini adalah dr. Dono Indarto, M.Biotech.St., Ph.D., AIFM selaku dosen Prodi Magister Ilmu Gizi UNS serta Florentinus Nurtitus, S.Si.T., RD yang merupakan praktisi gizi, pengusaha, sekaligus mahasiswa Prodi Magister Ilmu Gizi UNS.

“Tujuan talkshow ini, selain untuk melaksanakan tri dharma perguruan tinggi, juga kita gunakan untuk membedah informasi terkini seputar gizi yang berlandaskan evidence based. Kita terjemahkan informasi tersebut ke dalam bahasa yang mudah dipahami baik oleh tenaga gizi dan kesehatan, mahasiswa gizi dan kesehatan, dan juga masyarakat umum,” tutur Nyono Dedi Prabowo selaku ketua pelaksana.

Bertindak sebagai narasumber pertama, dr. Dono Indarto, Ph.D., memaparkan ancaman penyakit metabolik yang mungkin timbul usai Idulfitri. Perubahan pola makan menjadi hal yang paling disoroti. Perilaku sebagian masyarakat terkait konsumsi makanan saat lebaran agaknya menjadi kurang terkontrol.

Biasanya, peningkatan frekuensi makan melebihi tiga kali sehari terjadi karena seseorang mengunjungi banyak kerabat ataupun tetangga di satu hari yang sama. Ditambah lagi, makanan dan minuman yang dikonsumsi saat perayaan Idulfitri sarat akan tinggi karbohidrat, lemak, garam, gula, santan, dan kolesterol. Aktivitas fisik pun menurun seperti terlalu banyak duduk. Faktor terakhir, dr. Dono Indarto, Ph.D., menjelaskan adanya penurunan durasi puasa yang sebelumnya berlangsung sekitar 14 jam menjadi kurang dari 10 jam.

“Dengan itu, tentunya ancaman penyakit metabolik akan sangat terasa bagi kita atau ancamannya semakin besar,” ujar dr. Dono Indarto, Ph.D.

Terkait hal tersebut, dr. Dono Indarto, Ph.D., memberikan beberapa solusi. PascaIdulfitri, dua atau tiga hari setelahnya, masyarakat dapat kembali ke adaptasi yang sudah terbentuk selama puasa Ramadan. Perbaikan dapat dilakukan dengan puasa sunah selama enam hari secara berurutan. Selain itu, masyarakat dapat mulai kembali memperhatikan peningkatan aktivitas fisik dan durasi tidur masing-masing.

Pencegahan penyakit metabolik juga dapat dilakukan dengan diet gizi seimbang. Hal tersebut dijelaskan dalam pemaparan Florentinus Nurtitus pada sesi kedua gelar wicara. Keseimbangan gizi dapat tercapai ketika zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai dengan asupan sehari-hari.

Florentinus mengatakan, angka kecukupan gizi yang dianjurkan dapat diperoleh melalui konsultasi dengan dietisien atau nutrisionis. Dengan mengikuti petunjuk ahli, masyarakat akan dituntun dalam mengetahui beragam kebutuhan tubuhnya.

“Pola diet yang benar adalah tidak mengubah kebiasaan makan sehari-hari, tetapi diarahkan ke pola yang dianjurkan,” terang Florentinus.

Pemaparan materi ditutup dengan empat pilar pedoman umum gizi seimbang. Pertama, selalu mengonsumsi makanan dengan menu beragam, bergizi, berimbang, dan halal (3BH). Kedua, selalu berolahraga. Ketiga, selalu menjaga kebersihan. Terakhir, selalu menjaga berat badan ideal. Humas UNS

Reporter: Rangga Pangestu Adji
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content