Mahasiswa KKN UNS Gelar Penerapan Pertanian Berkelanjutan di Desa Sringin, Karanganyar

Mahasiswa KKN UNS Gelar Penerapan Pertanian Berkelanjutan di Desa Sringin, Karanganyar

UNS — Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Kelompok 95 sukses menggelar acara berkesinambungan. Acara tersebut yaitu pemberdayaan petani Desa Sringin menjadi petani organik yang digelar pada Sabtu (11/2/2023) di Desa Sringin, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar. Serta acara pembuatan lubang sampah organik skala kecil di setiap rumah yang dilaksanakan, Senin (13/2/2023) di Dusun Ngemping, Desa Sringin, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar.

“Desa Sringin merupakan salah satu desa dengan potensi pertaniannya yang sangat melimpah. Pertanian di Desa Sringin meliputi padi, hortikultura, serta palawija. Luas lahan pertanian di Desa Sringin mencapai 65% dari jumlah total luas desa itu sendiri. Penggunaan pupuk kimia yang sangat diandalkan oleh petani di sana serta mulainya kelangkaan serta mahalnya harga pupuk menjadi sorotan mencolok bagi mahasiswa. Melihat permasalahan tersebut, kami lantas mengadakan dialog bersama Kepala Desa Sringin, Pantjas dan Sunar selaku Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), sehingga berhasil merumuskan sebuah acara berkesinambungan tersebut,” tutur Ardan Imam Perkasa selaku Ketua KKN UNS Kelompok 95.

Adapun untuk kegiatan pemberdayaan petani Desa Sringin menjadi petani organik ini diikuti oleh 20 orang petani yang terdiri dari Ketua Kelompok Tani dan perwakilan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Kegiatan ini diharapkan mampu menyukseskan prinsip pertanian berkelanjutan serta menjaga kesehatan lingkungan. Harapannya selepas kegiatan ini para petani tersebut bisa membagi ilmunya ke seluruh anggota kelompok tani di Desa Sringin.

“Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini untuk membantu mensukseskan prinsip pertanian berkelanjutan di mana selain mendapat hasil yang melimpah juga tetap menjaga kesehatan lingkungan,” lanjut Ardan.

Acara ini pun turut disambut baik oleh Pantjas selaku Kepala Desa Sringin. “Acara ini merupakan sebuah inovasi yang sangat menarik dimana mahalnya pupuk dan langkanya pupuk serta kesehatan tanah jangka panjang dapat menjadi hasil dari acara tersebut”, jelas Pantjas.

Lebih lanjut, masyarakat sekitar juga menyambut baik kegiatan ini. Hal ini terbukti dari tanggapan Sunar selaku Ketua Gapoktan. “Melalui penyelengaraan acara ini membantu mengajari petani dengan cara menarik. Apalagi muda-mudi yang bisa menjadi penyemangat tersendiri bagi petani untuk beralih ke pertanian organik,” ujar Sunar.

Dalam penyelenggaraan kegiatan, Tim KKN UNS Kelompok 95 juga menggandeng startup rintisan alumnus UNS yaitu Kans.id. Pada kesempatan tersebut Kans.id turut memberikan presentasi materi mengenai perbandingan antara pertanian non organik dan organik oleh Nugroho Hasan selaku CEO Kans.id.

“Di sini maksud dari pertanian organik adalah meminimalisir penggunaan pupuk kimia, sehingga untuk tahun pertama 70% pupuk kimia dan 30% pupuk organik, tahun kedua 50% pupuk kimia 50% pupuk organik, tahun ketiga 30% pupuk kimia 70% pupuk organik, dan tahun ke-4 harapannya bisa 100% pupuk organik, dan kami sebagai penggerak pertanian siap untuk pendampingan selamanya selama dibutuhkan,” ujar Hasan.

Hasan juga menyampaikan cara penanganan Hama dan Penyakit Tanaman (HPT). Penanganan yang dapat dilakukan dengan menggunakan bahan organik yang mudah ditemui atau biasa disebut Pestisida Nabati (Pesnab). Kemudian, kegiatan ini dilanjutkan dengan praktik pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) dan Pesnab.

Selain itu, Tim KKN UNS Kelompok 95 yang juga melaksanakan kegiatan sosialisasi pengelolaan sampah rumah tangga bersama warga Dusun Ngemping, Desa Sringin, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar. Kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan perkumpulan rutin Rukun Tangga (RT) setempat. Setelah sosialisasi, kegiatan ini dilanjutkan dengan pembuatan lubang tanah pada salah dua rumah warga serta pendampingan tiap rumah warga,

“Pembuatan lubang tanah dan pengomposan merupakan ide yang bagus daripada sampah hanya dibakar dan menghasilkan asap yang tebal tanpa memilah sampah organik dan anorganik,” kata Qomarudin selaku Ketua Rukun Warga (RW) setempat.

Humas UNS

Reporter: Lina Khoirun Nisa

Redaktur: Dwi Hastuti

Skip to content