Mahasiswa KKN UNS Latih Warga Simo untuk Budidaya Sayur dengan Teknik Vertikultur

Mahasiswa KKN UNS Latih Warga Simo untuk Budidaya Sayur dengan Teknik Vertikultur


UNS — Kelompok 146 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengajari warga di Dukuh Blagung, Desa Teter, Simo, Boyolali, Jawa Tengah melakukan budidaya sayur dengan teknik vertikultur.Budidaya sayur dengan teknik vertikultur diajarkan sebab sebagian besar pekarangan rumah warga luasnya sempit dan tidak dimanfaatkan dengan baik. Demikian penuturan salah satu anggota kelompok 146 KKN UNS, Florentina Vanda Gizella Narumalina.

“Teknik vertikulur merupakan sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat menggunakan model wadah tertentu untuk penanaman. Teknik ini dapat dimanfaatkan pada ruang bercocok tanam yang sempit/ terbatas,” terang Florentina Vanda pada Jumat (27/8/2021).

Mahasiswi asal Program Studi (Prodi) S-1 Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Penjaskesrek) Fakultas Keolahragaan (FKOR) UNS ini mengatakan, dengan teknik vertikultur warga dapat bercocok tanam secara mandiri di rumah dengan ruang yang tersedia.

Sehingga, mereka tidak perlu membawa bibit sayurannya ke ladang, sawah, atau kebun untuk ditanam. “Di samping alasan pekarangan yang sempit, terdapat alasan lain yang menguatkan kami untuk memilih program budidaya secara vertikultur, yaitu penguatan ketahanan pangan masyarakat setempat,” ujar Florentina Vanda.

Ketahanan pangan juga menjadi fokus kelompok 146 KKN UNS sebab saat ini warga masih dihadapkan pada situasi yang serba tidak pasti akibat pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai.

Kelompok 146 KKN UNS ingin kebutuhan pangan warga selalu tercukupi dan apabila hasil dari budidaya sayur dengan teknik vertikultur ini berlebih, sisanya dapat dibawa ke pasar untuk diperjualbelikan.

“Kenapa pilih sayuran? Sebab, sayuran adalah pangan harian yang dikonsumsi masyarakat setiap harinya. Dengan program ini, dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga sendiri dan hasil sayurannya bisa dijual ke desa lain atau ke pasar, sehingga bisa menambah perekonomian warga desa,” tambahnya.

Untuk memulai budidaya sayur dengan teknik vertikultur, peralatan yang harus disediakan, meliputi pipa paralon, gergaji besi, torch gas, botol kaca, bor/ solder, penggaris, dan spidol.

Selain peralatan tersebut, pembuatan vertikultur juga dapat memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di lingkungan sekitar. Untuk model, bahan, dan ukuran tinggal disesuaikan dengan kondisi dan keinginan.

“Jadi, tidak harus memakai paralon sebagai wadah penanaman. Bisa juga memakai botol bekas minum, botol bekas minyak goreng, bambu, maupun karung bekas. Syaratnya, bahan kuat dan mudah dipindah-pindahkan,” jelas Florentina Vanda.

Untuk proses pembuatan vertikultur dapat dikerjakan secara individu/ kelompok. Pertama-tama, paralon digarisi sesuai dengan jarak tanam yang diinginkan. Namun, yang perlu diperhatikan, garis pada paralon tidak boleh berdempetan atau terlalu jauh agar tanaman yang ditanam bisa tumbuh secara maksimal. “Misalnya, untuk pralon ukuran 3 maka diperlukan panjang 15 cm, lebar 6 cm. Selanjutnya, pipa paralon digergaji sesuai pola yang telah dibuat. Panaskan bagian paralon yang telah digergaji dengan torch gas. Jangan sampai terbakar. Segera tekan bagian yang telah dipanaskan menggunakan botol kaca,” imbuhnya.

Mahasiswa KKN UNS Latih Warga Simo untuk Budidaya Sayur dengan Teknik Vertikultur

Namun, botol kaca yang digunakan untuk menekan bagian paralon yang telah dipanaskan, jangan langsung dilepas. Florentina Vanda menyampaikan, perlu waktu sekitar dua menit supaya paralon tidak kembali menutup.

“Lakukan proses itu pada setiap tanda yang telah digergaji. Untuk menambah keindahan pada paralon tersebut maka dapat dicat sesuai dengan warna yang diinginkan tapi ini tidak wajib,” tambahnya.

Florentina Vanda menjelaskan, untuk jenis sayuran yang dapat ditanam dengan teknik vertikultur dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Namun, diutamakan untuk sayuran yang bernilai ekonomis tinggi, berakar pendek, dan memiliki masa panen yang cepat.

Dan, untuk contoh sayuran yang biasa dibudidayakan dengan teknik vertikultur adalah kangkung, sawi, selada, dan bayam.

Selama mengajari warga budidaya sayur dengan teknik vertikultur, kelompok 146 KKN UNS juga mengajari warga cara menyemai dan menanam bibit sayur.

Florentina Vanda menyampaikan, untuk proses penyemaian, biji perlu direndam di baskom yang berisi air selama kurang lebih 24 jam. Tujuannya, untuk mempercepat pemecahan masa dormansi biji.

Jika sudah, biji dapat langsung ditanam di polybag dengan masa tanam kurang lebih seminggu. Selanjutnya, bibit sayuran bisa mulai dipindahkan/ ditanam.

“Untuk pembuatan wadah penanaman vertikultur dibutuhkan waktu yang tidak pasti. Menyesuaikan jumlah wadah tanaman yang akan dibuat. Untuk jumlah sedikit dapat dibuat dalam waktu satu hari,” ujarnya.

Ia juga menambahkan, untuk pembuatan vertikultur dari penyemaian benih sampai panen, menyesuaikan dengan jenis sayuran yang ditanam. Sebab, setiap sayuran memiliki masa panen yang berbeda-beda.

Dengan diajarkannya budidaya sayur dengan teknik vertikultur kepada warga Dukuh Blagung Desa Teter, Simo, Boyolali, Florentina Vanda berharap mereka dapat memanfaatkannya dengan baik.

“Harapan kami dari setiap kegiatan itu bisa memberikan manfaat bagi warga sekitar dan diterapkan dikehidupan sehari-hari, serta bisa ditiru kegiatan yang baik untuk ke depannya,” tutupnya. Humas UNS

Reporter: Yefta Christopherus AS
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content