Mahasiswa UNS dan Petani Padukan Unsur Pertanian dan Kebudayaan di Dusun Puton, Karanganyar

Mahasiswa UNS dan Petani Padukan Unsur Pertanian dan Kebudayaan di Dusun Puton, Karanganyar

UNS – Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta adakan pentas seni bersama masyarakat Dusun Puton, Desa Girimulyo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Pementasan ini dalam rangka penutupan kegiatan di Balai Desa Girimulyo, Minggu (11/6/2023). Pementasan tersebut diisi dengan tari Sabdo Palon Noyo Genggong sebagai hiburan warga Desa Girimulyo.

Para Mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP) Fakultas Pertanian (FP) UNS mengadakan pementasan sebagai implementasi Program Hibah Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Anggota Program Hibah MBKM berjumlah 10 mahasiswa, yaitu Micelle Lovinia Arwindianti, Arya Duta Mahardika, Azza Handriyani Yahya, Fadila Adhaningtyas Syailah, Hafidh Tegar Sanubari, Ninda Meilani, Nur Rahmatul Mahshunah, Raditya Oktavian Pramudya, Salma Alifia, dan Syafira Meila Dhesti Maharani.

“MBKM di Dusun Puton ini merupakan kegiatan dengan aktivitas Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik atau bisa disebut juga dengan Mahasiswa Membangun Desa,” ujar Micelle kepada uns.ac.id, Senin (20/6/2023).

Program Hibah MBKM merupakan kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dimana perguruan tinggi memberikan hak belajar di luar kampus selama 3 semester. Untuk melakukan hal tersebut mahasiswa diberikan kebebasan memilih 8 aktivitas merdeka belajar, yaitu pertukaran pelajar, magang, kuliah kerja nyata tematik, kewirausahaan, studi independen, asistensi mengajar, kegiatan kemanusiaan, penelitian dan khusus untuk UNS adalah bela negara.

Tari Sabdo Palon Noyo Genggong

Tari Sabdo Palon Noyo Genggong merupakan potensi kesenian tradisional yang lahir dan berkembang di Dusun Puton. Tari ini diprakarsai oleh seorang warga Dusun Puton bernama Trubus pada tahun 2012 bersama dengan warga Dusun Puton lainnya yang tergabung dalam Sanggar Seni Among Roso. Tari Sabdo Palon Noyo Genggong dan Sanggar Seni Among Roso sendiri dapat menjadi salah satu wadah pemberdayaan petani Dusun Puton karena semua yang terlibat didalamnya merupakan warga asli Dusun Puton yang mayoritas bekerja sebagai petani.

“Tari ini menceritakan perselisihan yang terjadi karena Raden Patah memeluk agama Islam dan menginginkan ayahnya untuk bisa memeluk agama Islam juga. Pada akhirnya Raja Brawijaya V bersedia untuk memeluk agama Islam, akan tetapi 2 abdinya yang paling setia yaitu Sabdo Palon dan Noyo Genggong tetap memeluk agama Hindu dan tidak bersedia untuk masuk agama Islam, 2 Abdi tersebut mengatakan sumpah yaitu  jika ditanah jawa ada gunung meletus dan laharnya mengalir ke arah barat daya maka Sabdo Palon dan Noyo Genggong akan muncul kembali disana,” ujar Trubus, Pencipta tari tersebut.

Dalam penampilan tari ini, kostum yang digunakan oleh para pemain tari berupa kaos lengan panjang berwarna hitam atau putih dengan luaran rompi berwarna merah, celana di bawah lutut berwarna merah, kain jarik dengan warna dasar putih, stagen, serta selendang berwarna kuning yang diikat di bagian pinggang. Aksesoris tambahan lainnya yang digunakan oleh para penari yaitu kalung, gelang yang digunakan pada kedua pergelangan tangan dan lengan bagian atas, gelang kaki dengan lonceng yang digunakan pada satu atau kedua pergelangan kaki, ikat kepala, 2 buah tongkat dan 2 buah tas yang dibawa oleh pemeran Sabdo Palon dan Noyo Genggong, serta topeng dengan berbagai ekspresi. Para penabuh gamelan sendiri juga menggunakan pakaian sederhana berupa setelan berwarna hitam dengan aksesoris ikat kepala.

Potensi Dusun Puton

Dusun Puton sendiri merupakan daerah yang terletak di sebelah barat lereng Gunung Lawu dengan ketinggian 850 mdpl. Adapun batas-batas wilayah Dusun Puton yaitu sebelah utara berbatasan dengan Dusun Watu Pawon, Desa Kemuning. Sebelah timur berbatasan dengan Dusun Munggur, Desa Girimulyo. Sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Plawan, Desa Girimulyo. Sebelah barat berbatasan dengan Dusun Gadungan, Desa Girimulyo.

Wilayah Dusun Puton terbagi menjadi 3 pedukuhan, yaitu Dukuh Puton, Dukuh Salam, dan Dukuh Sepapring. Mayoritas penduduk Dusun Puton bermata pencaharian sebagai petani dengan komoditas utamanya yaitu tanaman hortikultura seperti wortel, timun, tomat, cabai, dan daun bawang. Petani di Dusun Puton memilih untuk menanam tanaman hortikultura dengan pertimbangan lokasi Dusun Puton yang berada di lereng gunung dan posisi lahan yang miring.

Sentra produksi sayuran hortikultura dataran tinggi umumnya terletak pada ketinggian di atas 700 m di atas permukaan laut (dpl). Topografi dan kemiringan lahan di kawasan budidaya sayuran di dataran tinggi umumnya berombak, bergelombang, berbukit sampai bergunung. Selain tanaman hortikultura, petani di Dusun Puton juga menanam berbagai jenis tanaman tahunan seperti kakao, cengkeh, cemara, jambu kristal, dan vanili. Humas UNS

Reporter: Rangga Pangestu Adji

Redaktur: Dwi Hastuti

Skip to content