Mahasiswa UNS Olah Kotoran Ternak menjadi Pupuk Organik Padat

UNS — Limbah tidak hanya datang dari kegiatan rumahan saja, melainkan juga dari aktivitas ternak berupa kotoran ternak. Mayoritas masyarakat Dusun Wonorejo Kidul, Desa Tuban, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar memiliki hewan ternak sehingga kotoran ternak yang diproduksi pun melimpah. Hal ini memunculkan ide kreatif dari mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang mengubah limbah tersebut menjadi pupuk organik padat.

Masyarakat pada umumnya langsung menggunakan kotoran ternak menjadi pupuk tanpa diolah terlebih dahulu. Namun, apabila diolah terlebih dahulu tentu akan menambah nilai jual dari kotoran ternak tersebut. Saat diwawancarai oleh uns.ac.id pada Minggu (28/2/2021), Sonia Canda selaku Ketua KKN Kelompok 145 mengatakan, bahwa sebelum proses pembuatan pupuk, mereka menggelar pelatihan dalam mengolah kotoran ternak sebagai pengantar.

“Kegiatan ini diadakan untuk mengurangi limbah ternak. Selain itu juga dapat meningkatkan produktivitas para peternak dan harapan ke depan dapat dijadikan sebagai Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) berskala lokal di Desa Tuban,” jelasnya.

Kegiatan yang berlangsung pada akhir Februari ini ditujukan kepada masyarakat Dusun Wonorejo Kidul yang memiliki hewan ternak berupa sapi dan kambing. Meskipun diselenggarakan secara luring, tetapi dalam pelaksanaannya tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku.

Mereka sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini, terlebih mereka memiliki rencana untuk membentuk suatu kelompok ternak. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Dusun Wonorejo Kidul, Mahmudin saat menghadiri kegiatan.

“Saya sangat berterima kasih kepada mahasiswa UNS yang telah mengadakan kegiatan ini yang sangat bermanfaat. Saya dan warga berharap semoga kedepannya dapat bermanfaat bagi peternak di sini dan dapat mengolahnya dengan baik serta menjadikannya UMKM lokal,” ungkap Mahmudin.

Sonia Canda kembali menjelaskan bahwa dalam proses pembuatan pupuk organik padat, mereka menggunakan pengurai bahan organik Stardec dan Dolomit.
“Pertama, siapkan kotoran ternak kering yang akan diolah. Kemudian, kotoran tersebut ditaburi Stardec dan Dolomit dengan perbandingan 1:4. Lalu bahan tersebut ditutup kembali dengan kotoran ternak hingga mencapai ketinggian 30 cm. Setelah itu, disimpan selama empat Minggu, tapi seminggu sekali harus dilakukan  pembalikan guna mensupply oksigen dan mempercepat proses composing,” jelasnya.

Mahasiswa Prodi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian (FP) UNS tersebut berharap dengan adanya kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat setempat.
“Semoga adanya kegiatan ini bisa menjadi bekal bagi peternak di Dusun Wonorejo Kidul untuk produktif dan kreatif. Melalui pengetahuan yang telah diberikan tentang pengolahan limbah kotoran ternak, semoga dapat dijadikan peluang usaha di masa pandemi maupun pascapandemi serta dapat dijadikan sebagai UMKM,” pungkas Sonia. Humas UNS

Reporter: Bayu Aji Prasetya
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content