Menggali Sosok Lafran Pane dalam Pendidikan Karakter Bangsa

Akbar Tanjung memberi paparannya tentang sosok Lafran Pane pada seminar nasional, Sabtu (12/12/2015).
Akbar Tanjung memberi paparannya tentang sosok Lafran Pane pada seminar nasional, Sabtu (12/12/2015).
Akbar Tanjung memberi paparannya tentang sosok Lafran Pane pada seminar nasional, Sabtu (12/12/2015).

Universitas Sebelas Maret (UNS) berkolaborasi dengan Universitas Islam Batik Surakarta (Uniba) dan Yayasan Bakti Empat Tujuh (YEBT) menggelar seminar nasional dengan mengusung tajuk “Prof. Lafran Pane dalam Pendidikan Karakter Bangsa”. Seminar Nasional yang diselengarakan di Aula Pascasarjana UNS, Sabtu (12/12/2015) memfokuskan pada sosok penggagas dan pendiri Himpunan Mahasiswa Inonesia (HMI).

Seminar ini dihadiri oleh politisi senior, Akbar Tandjung. Dia menerangkan bahwa organisasi yang dibentuk Lafran Pane, HMI, memang diajarkan cinta tanah air bela negara, sebab HMI yang digagas Lafran Pane adalah mempertahankan Indonesa dan mempertinggi derajat rakyat. Akbar Tandjung juga menyatakan keinginanya bahwa, melalui seminar yang digagas oleh Forum Rektor ini, Lafran Pane diusulkan untuk menjadi pahlawan nasional. Pembicara utama kedua yaitu Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial (Kemensos), Mu’man Nuryana menerangkan bahwa pengusulan gelar pahlawan sudah difasilitasi dengan undang-undang yang ada. “Tugas kemensos adalah meneruskan proses administrasi tentang usulan-usulan yang didukung dengan ilmu-ilmu yang bersangkutan dan dengan dokumen-dokumen yang dapat dipertanggungjawabkan. Kalau semua itu memiliki bukti yang otentik dan sesuai dengan aturan yang sudah ada kami tinggal melanjutkan,” paparnya.

Dalam sambutannya, Rektor UNS, Ravik Karsidi juga menerangkan bahwa sosok Lafran Pane merupakan karakter yang memiliki semangat keislaman dan nasionalisme yang kental. “Pada tahun 1947, saat ibukota dipindah dari Jakarta ke Yogyakarta, suasana revolusi sangat pekat, saat itu, Lafran Pane melihat kondisi mahasiswa tengah berada pada karakter hedonistik. Situasi itu, mendorong Lafran Pane untuk mendirikan organisasi yang sekarang dikenal menjadi HMI,” sambungnya lagi.

Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi panel denga empat pembicara, yakni Rochmat Wahab – Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Warto – Guru Besar Program Studi Sejarah UNS, Aidul Fitriciada – Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), dan Hariqo Wibawa Satria dari Univesitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam diskusi panel tersebut, Rochmat Wahab menyebutkan bahwa Lafran Pane telah menciptakan wadah bagi generasi muda Islam, untuk mempertahankan kemerdekaan dan berkontribusi untuk Indonesia hingga sekarang. Selanjutnya, Aidul Fitriciada juga menyebutkan sejarah berdirinya HMI, bahwa di tengah hingar bingarnya kehidupan partai politik dan kecenderungan mengerasnya polarisari ideologis pada 1955, HMI justru melakukan lompatan jauh ke depan dengan menginggalkan orientasi ideologis dan memasuki kesadaran baru yang berorientasi keilmuan.[](danur.red.uns.ac.id)

Skip to content