Menghafal Aksara Jawa Tanpa Menghafal, Mahasiswa S-2 Pendidikan Bahasa Jawa UNS Hadirkan Kartu Carakan

Menghafal Aksara Jawa Tanpa Menghafal, Mahasiswa S-2 Pendidikan Bahasa Jawa UNS Hadirkan Kartu Carakan

UNS — Muda dan memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan, hal tersebut menggambarkan sosok Tasya Ayu Oktayana, seorang mahasiswa S-2 Pendidikan Bahasa Jawa (PBJ) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Dirinya menunjukkan kepeduliannya terhadap dunia edukasi sekaligus pelestarian bahasa daerah dengan menciptakan kartu Carakan.

Kartu Carakan berisi edukasi seputar aksara Jawa. Perempuan yang akrab disapa Tasya tersebut menerangkan bahwa awal mula ia terpikirkan untuk mengembangkan kartu Carakan adalah karena sering berkecimpung di komunitas bahasa Jawa.

“Awal mula karena sering berkecimpung di komunitas bahasa Jawa. Aku menemui kesulitan mengajar aksara Jawa. Anak-anak merasa bosan kalau ngajarnya gitu-gitu aja. Akhirnya gimana caranya aku biar ngajar aksara Jawa tapi anak-anak merasa asyik. Akhirnya, aku coba buat pakai kertas biasa dulu, ngide-ngide aja. Terus habis Itu ada event Temu Pendidik Nusantara di Sekolah Cikal. Akhirnya aku apply buat jadi pembicara di Kelas Karir bawain kartu Carakan dengan desain yang lebih bagus. Alhamdulillah, aku sedikit bisa desain waktu itu jadi langsung kueksekusi,” terangnya kepada tim uns.ac.id, Kamis (27/10/2022).

Lebih lanjut, Tasya menjelaskan bahwa kartu Carakan yang telah dibuat sejak 2019 ini menyasar guru-guru, terutama guru tingkat Sekolah Dasar (SD), guru mata pelajaran bahasa Jawa, dan komunitas-komunitas yang mempelajari tentang aksara Jawa. Hadirnya kartu ini bertujuan agar menghadirkan suasana yang asyik dalam belajar bahasa Jawa.

“Kegunaannya ya supaya lebih asyik belajar aksara Jawa dengan slogan ‘hafal aksara Jawa tanpa menghafal’. Jadi, dengan main kita lama-lama bisa paham dan hafal bentuknya. Cara memainkannya ada beberapa. Jadi, ada empat cara main yang kami sesuaikan dengan tingkatannya. Semakin tinggi tingkatan kartunya, semakin variatif. Ada kartu sandhangan, pasangan, aksara Murda, angka, dan lain-lain sampai lengkap, yang jelas itu misal diajarkan di kelas, suasana kelas bisa semakin hidup,” jelas Tasya.

Produksi kartu Carakan dilakukan secara mandiri oleh Tasya bersama timnya. Distribusi kartu Carakan telah mencapai berbagai daerah. Daerah cakupan yang jauh adalah Makassar, Jember, dan Bekasi. Adapun, daerah lainnya adalah Kendal, Pemalang, Cilacap, Malang, Blora, Purwokerto, Yogyakarta, dan Soloraya.

Tercetusnya kartu Carakan ini berasal dari ide pribadi Tasya. Lalu, ide tersebut disempurnakan dengan meminta pendapat ke beberapa teman dan dosennya. Setelah itu untuk produksi terdapat dua teman Tasya yang terlibat yakni Indah dan Noval dalam produksi kartu mulai dari proses pemotongan, pengemasan, hingga mengirim paket ke ekspedisi. Hingga saat ini terdapat empat reseller yang berasal dari Batang, Jogja, Solo, dan Madiun.

Nama Carakan diambil dari nama aksara Jawa yang Berjumlah 20

“Carakan sendiri sebenarnya nama aksara Jawa yang jumlahnya 20, itu ha na ca ra ka.  Filosofinya kalau kami sendiri berpikir, Carakan kami ambil dari kata cerak yang artinya dekat supaya orang-orang lebih dekat dengan budaya, bahasa, dan aksara kita sendiri karena kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikan milik kita. Nanti giliran ada yang mengakui baru pada ribet,” jelas Tasya.

Selain edukasi aksara Jawa, di balik kartu Carakan terdapat kalimat-kalimat berbahasa Jawa yang menurut Tasya dapat menggugah semangat siswa dan penuh pesan moral. Beberapa kalimat tersebut seperti “sing temen bakal tinemu (yang bersungguh-sungguh pasti berhasil)”, “sapa nandur bakal ngundhuh (yang menanam pasti akan memanen)”, dan “aja rumangsa bisa nanging bisa rumangsa (jangan merasa bisa, tapi harus bisa merasa).

Tasya berharap agar hadirnya kartu Carakan dapat melestarikan budaya, bahasa, dan aksara Jawa.

“Harapanku dengan adanya kartu ini, kita bisa terus melestarikan budaya, bahasa, dan aksara Jawa. Orang-orang jadi kenal dan bangga dengan aksaranya. Harapan terbesarku kartu ini bisa mengisi momen-momen kumpul keluarga, nongkrong sama teman, jadi board game yang dimainkan di rumah atau kafe itu kartu Carakan. Biar lebih akrab, nggak main HP sendiri-sendiri, jadi lebih seru mainin kartu Carakan,” harap Tasya.

Di akhir sesi wawancara, Tasya berpesan agar mahasiswa terus melestarikan budaya Jawa.

“Jangan malu, ayo bareng-bareng melestarikan budaya Jawa. Saling rangkul saling ajak. Jangan kita dipengaruhi budaya manca, tapi pengaruhi khalayak manca dengan budaya kita yang penuh filosofi dan pesan kebaikan ini agar bisa jadi baik bersama,” pesan Tasya. Humas UNS

Reporter: Zalfaa Azalia Pursita
Redaktur: Dwi Hastuti

Skip to content