Search
Close this search box.

Menjadi Individu Multilingual Tanpa Hilangkan Jati Diri Bangsa Indonesia, Berikut Pandangan Pakar Bahasa UNS

UNS — “Aku cinta bahasa Indonesia, aku bangga bahasa Indonesia, bahasa Indonesia luar biasa”. Tak asing dengan slogan tersebut bukan?

Berbicara mengenai bahasa, selain menjadi alat komunikasi juga sebagai salah satu elemen penting bagi kemajuan Negara. Era disrupsi mengakibatkan setiap individu dituntut untuk memiliki penguasaan bahasa asing. Lantas bagaimana menjadi pribadi yang memiliki kemampuan multilingual namun tak melupakan bahasa ibu milik Negara sendiri?

Pakar bahasa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum. memberikan tanggapan mengenai fenomena ini. “Menguasai bahasa Indonesia itu hal wajib. Namun, bahasa asing juga iya. Artinya keduanya memiliki peranan sama pentingnya,” ujar Dr. Rohmadi, Rabu (9/3/2022).

Bagi Dr. Rohmadi, hal yang bisa dilakukan ialah menerapkan kedewasaan dalam berbahasa.

“Menerapkan kedewasaan berbahasa bagi individu multilingual adalah hal menarik untuk menjadi perbincangan. Maka, yang dapat kita lakukan yakni, memiliki rasa memiliki terhadap bahasa Indonesia, mengunggulkan pemakaian bahasa Indonesia di mana pun dan kapan pun, mensosialisasikan bahasa Indonesia di berbagai media, memilih serta memilah penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa asing secara simultan, menunjukkan keteladanan pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar juga santun di berbagai situasi dan kondisi baik formal maupun non formal,” jelas Dr. Rohmadi.

Menurut Dr. Rohmadi, aspek kedewasaan berbahasa dapat terlihat dari kesantunan, ketepatan, juga pemilihan diksi yang digunakan. Tentu, ini tak terlepas dari peranan proses berbahasa.

“Proses berbahasa merupakan manifestasi dari apa yang kita pikirkan. Kemudian akan keluar menjadi kata-kata. Kata-kata yang diungkapkan akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan yang kita katakan akan menjadi tindakan. Serta tindakan tersebut akan menjadi karakter kita,” ujar Dr. Rohmadi.

Di samping itu, Dr. Rohmadi berpandangan saat ini menjadi hal urgensi untuk menerapkan kedewasaan berbahasa. Karena akan menjadi wujud teladan kita ketika berbahasa.  Perwujudan yang membangun serta menguatkan nasionalisme untuk senantiasa cinta bahasa Indonesia. Serta menunjukkan pemakaian bahasa Indonesia dapat menguatkan jati diri bangsa.

Kendati demikian, masyarakat Indonesia yang multilingual harus mampu membedakan situasi formal dan non formal saat pemakaian bahasa. Sebagaimana yang diungkapkan Dr. Rohmadi, ini akan membantu memilah juga memilih secara cepat. Kapan harus menggunakan bahasa Indonesia formal maupun non formal, dan kapan harus mengkolaborasikan keduanya.

“Seorang pemakai bahasa harus selalu melihat dari segi fitur linguistik dan non linguistiknya. Melihat lawan tuturnya, tujuan tuturannya, media yang digunakan, kemudian bagaimana cara pengungkapannya. Ini semua akan berdampak dan berpengaruh terhadap aspek kedewasaan berbahasa secara individual. Inilah yang harus senantiasa dilatih agar menjadi sebuah kebiasaan dan membentuk karakter sebagai calon pemimpin di masa depan,” pungkas Dr. Rohmadi. Humas UNS

Reporter: Lina Khoirun Nisa

Editor: Dwi Hastuti

Scroll to Top
Skip to content