Menko Polhukam Berikan Ceramah dalam Halal Bihalal Keluarga Besar UNS

UNS – Keluarga besar Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar acara Halal Bihalal Idul Fitri 1441 H secara daring pada hari Selasa (26/5/2020). Agenda ini berlangsung melalui aplikasi zoom meeting dan bisa disaksikan siaran langsungnya pada akun Youtube UNS. Lebih dari 500 peserta dari berbagai wilayah di Indonesia bergabung pada agenda ini.

dr. Tonang Dwi Ardyanto, Ph.D, selaku moderator memimpin jalannya acara yang dimulai pukul 10.00 WIB. Sebelum disampaikannya sambutan oleh Rektor UNS, dibacakan terlebih dahulu ayat suci Alquran Surat Ali Imran ayat 133-135. Pembacaan Alquran dilakukan oleh mahasiswa Teknik Sipil FT UNS angkatan 2018 yaitu Muhammad Hadziq Munajih.

Selanjutnya dilakukan sambutan dan pembukaan acara oleh Rektor UNS, Prof. Jamal Wiwoho. Dalam sambutannya Rektor UNS mengucapakan terimakasih kepada hadirin yang sudah berkenan untuk bergabung secara daring. Beberapa tamu undangan yang hadir diantaranya Letjen TNI (Purn.) Dr. dr. Terawan Agus Putranto Sp.Rad. (K), Menteri Kesehatan, Prof. Dr. Widodo Muktiyo, Direktur Jendral Informasi dan Komunikasi Publik) serta para rektor dari berbagai universitas di Indonesia.

“Hanya bagi mereka yang kreatif, berjiwa sosial dan disiplinlah yang akan mampu menghadapi kondisi Covid-19 ini,” tutur Prof. Jamal dalam sambutannya.

Selain itu Prof. Jamal juga menyinggung adanya budaya Nyepi yang biasa diadakan untuk memperingati tahun baru Saka bisa dijadikan skenario untuk menghadapi kondisi saat ini. Istilah Lockdown masih belum bisa dipahami oleh masyarakat sehingga bisa meminjam istilah yang lebih dekat dengan masyarakat untuk menghadapi kondisi saat ini. Tidak luput bidang pendidikan juga menjadi satu perhatian yang disebut oleh Ketua MRPTNI ini. Saat ini siswa dan mahasiswa tidak perlu dihujani dengan tugas yang menumpuk. Tetapi bisa membuat laboratorium sendiri di rumah masing-masing dengan menyesuaikan keadaan.

“ Forgiven but not forgotten, Memaafkan tetapi tidak melupakannya. Itulah prinsip hidup yang harus digaungkan oleh sivitas akademika kampus benteng dan pelopor pancasila ini,” pesan Prof. Jamal menutup sambutannya.

Memasuki agenda utama yaitu disampaikannya materi oleh Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD., S.H., S.U., M.I.P. selaku Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Republik Indonesia (Menko Polhukam RI). Prof. Mahfud menjelaskan bahwa halal bihalal itu merupakan tradisi islam, bukan ajaran primer islam. Tradisi Islam yang baik akan mendapat pahala dan bisa ditetapkan menjadi sunah.

Perkembangan agama Islam tumbuh karena adanya budaya yang berperan menyebarkan kepercayaan ini. Seperti melihat halal bihalal dari sudut pandang sejarah dan tradisi di Indonesia. Dahulu halah bihalal ini disebarkan oleh para wali, salah satunya yaitu Sunan Bonang. Ketika itu Sunan Bonang mengumpulkan orang-orang sekampung dan para santrinya. Kemudian menyampaikan bahwa jika seseorang telah melakukan ibadah puasa dengan baik dan melakukan dengan sungguh-sungguh maka dosanya akan diampuni. Hal ini disampaikan berdasarakan hadis nabi yang berbunyi

“Barang siapa berpuasa di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan kehati-hatian maka seluruh dosannya diampuni,” imbuhnya.

Namun terdapat hadis lainnya yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah berpendapat bahwa orang yang berpuasa tidak diampuni dosanya meskipun berpuasa dengan baik, jika melupakan satu hal yaitu tidak meminta maaf kepada saudara yang telah dilanggar hak-haknya. Sehingga saling meminta maaf menjadi kewajiban bagi umat muslim, tidak hanya setelah bulan Ramadan tetapi ketika terjadi permasalahan bisa langsung dilakukan. Sunan Bonang mengajarkan untuk saling bermaafan dan silaturahim dengan sesama.

“Memperluas jaringan itulah inti dari silahturahim,” ujar Prof. Mahfud MD

Tidak lupa Menko Polhukam ini juga menyampaikan terkait dengan keilmuannya yaitu bidang hukum. Didalam Islam sendiri dikatakan bahwa hukum akan berubah sesuai dengan tempat dan waktu. Tidak sedikit hukum lahir dengan menyesuaikan kondisi yang ada tetapi tidak meninggalkan nilai-nilainya.

Di akhir ceramah Menteri yang merupakan anggota Dewan Penyantun UNS ini juga menyinggung sikap masyarakat dalam menghadapi kondisi saat ini. Prof. Mahfud menjelaskan bahwa dahulu di zaman Nabi wabah semacam ini pernah terjadi. Hal yang dilakukan pada masa itu adalah dengan melarang warganya untuk masuk ke daerah yang terkena wabah, dan orang yang ada di wilayah wabah tidak diperbolehkan keluar karena akan menularkan penyakit. Sehingga secara tersirat Lockdown pernah dilakukan di masa lalu dengan istilah yang berbeda. Acara halal bihalal ditutup dengan doa yang dibawakan oleh Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd.HUMAS UNS/Ratri

Skip to content