Menumbuhkan Solidaritas Penyembuhan Kultural Semasa Covid dengan Wayang Godhong

Menumbuhkan Solidaritas Penyembuhan Kultural Semasa Covid dengan Wayang Godhong

UNS — Lebih dari satu tahun pandemi Covid-19 bercokol di Indonesia. Tidak semakin membaik, keadaan Indonesia semakin mencekam dilanda pandemi yang tak kunjung usai. Rasa letih dan penat pasti sudah membayangi masyarakat Indonesia apalagi segala hal kini dipaksa menjadi dalam jaringan (daring). Ketiadaan interaksi langsung antarsesama manusia dikhawatirkan menumbuhkan krisis. Untuk mengatasi krisis psikologis yang terjadi di masa pandemi, media budaya dibutuhkan agar masyarakat merasa terhibur.

Research group penciptaan seni Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta sangat menyadari hal tersebut. Tim tersebut mencoba untuk menciptakan media budaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran produktif dan kreatif untuk bertahan selama krisis pandemi ini. Media budaya tersebut berupa pertunjukan seni Wayang Godhong berjudul “Singkir Pageblug”.

Wayang Godhong “Singkir Pageblug” merupakan salah satu penelitian yang diusulkan oleh Dr. Agus Purwantoro, M.Sn. yang dibantu oleh kedua anggotanya yakni Dyah Yuni Kurniawati, S.Sn., M.Sn., dan Yayan Suherlan, S.Sn., M.Sn. Ketiga peneliti tersebut merupakan dosen S-1 Seni Rupa Murni, FSRD, UNS.

“Singkir pagebluk adalah tajuk Wayang Godhong yang merupakan ritual shamanic art dalam masa pandemi Covid-19. Rengeng-rengeng melalui ritual ditujukan untuk self – healing bagi masyarakat dalam menghadapi krisis akibat pandemi,” tulis Dr. Agus Purwantoro yang kerap disapa Gus Pur.

Pertunjukan Wayang Godhong bertajuk “Singkir Pageblug” ini dilaksanakan secara daring dan luring di Aula SMK Satya Pratama mematuhi prokes dengan peserta 50 anak dari siswa MA An Nawawi Kepil Wonosobo dan siswa SMK Satya Pratama , Salaman, Magelang pada Minggu (27/6/2021). Pertunjukan tersebut dimulai secara apik dengan penampilan Gus Pur yang memainkan gunungan wayang godhong dalam kegelapan yang disinari cahaya lilin. Cerita kemudian disambung dengan pemeran lain yang memainkan bagian mereka.

Menumbuhkan Solidaritas Penyembuhan Kultural Semasa Covid dengan Wayang Godhong

Pertunjukan berjenis teatrikal ini mengangkat banyak keresahan sosial yang terjadi saat pandemi seperti bosannya pendidikan tanpa pertemuan hingga rutinitas rebahan yang membosankan. Dalam pertunjukan itu pula, Gus Pur membaginya dalam dua ruang yakni ruang negatif dan ruang positif. Dalam ruang negatif, semua keluhan dan kebosanan ditumpahkan. Sementara itu, di ruang positif, selawat dan pujian dilantunkan untuk meminta kepada Sang Pemilik Semesta agar segera mengangkat pandemi yang memporakporandakan dunia. Pada bagian akhir, Gus Pur mengajak para audiens untuk melakukan self-healing bersama agar tidak berlarut-larut dalam kebosanan selama pandemi.

Pertunjukan wayang godhong kali ini sebenarnya bukanlah pertunjukan pertama. Wayang godhong ini digagas langsung oleh ketua tim Dr. Agus Purwanto pada 2010 silam. Ide wayang tersebut bermula dari rasa empati terhadap resistensi petani tembakau. Dr. Agus kemudian memfungsikan daun tembakau menjadi wayang dengan bentuk bermacam-macam. Dengan penggunaan daun tembakau sebagai bahan membuat wayang, Dr. Agus berharap dapat turut meningkatkan kesadaran manusia dalam menghargai alam.

Sebelum ini, wayang godhong pernah dipertunjukkan pada gelaran Dies Natalis ke-39 UNS yakni pada tahun 2015. Kala itu, wayang godhong yang ditampilkan memainkan lakon “Banaspati Nandang Sungkowo”. Humas UNS/Ida Fitriyah

Skip to content