Misi Haryanti, dari Mbak Boyolali hingga Top 22 Jakarta Fashion Week 2021

Misi Haryanti, dari Mbak Boyolali hingga Top 22 Jakarta Fashion Week 2021

UNS — Prestasi yang telah diukirkan oleh mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta tidak hanya dalam bidang akademik saja. Namun, dalam bidang nonakademik juga tidak kalah hebatnya. Salah satunya prestasi yang diraih oleh Misi Haryanti, mahasiswa Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNS.

Pada Agustus 2021, Misi berhasil lolos menjadi Top 22 Jakarta Fashion Week (JFW) Region Yogyakarta dan Jawa Tengah. JFW merupakan pekan mode tahunan terbesar di Indonesia yang digelar setahun sekali. Jauh sebelum itu, Misi sempat menjuarai Duta Wisata Boyolali pada tahun 2018 dan menjadi Duta Bandara Adi Soemarmo 2019.

Ia juga didapuk mewakili Indonesia dalam festival buah dan sayur di Ekuador, salah satu negara di Amerika Selatan pada tahun 2018. Perjalanan panjang telah membentuk Misi menjadi model yang senantiasa percaya akan hal yang ada pada dirinya. Dalam kesempatan ini, tim uns.ac.id akan mengulas perjalanan karier mahasiswa Sastra Indonesia FIB UNS tersebut.

Menjadi Top 22 JFW Region Yogyakarta dan Jawa Tengah
Misi menceritakan bahwa JFW merupakan salah satu event yang ingin Ia ikuti jauh sebelum 2021. Namun, pada tahun sebelumnya Ia mengaku belum memiliki beberapa item yang menjadi persyaratan.

Misi Haryanti, dari Mbak Boyolali hingga Top 22 Jakarta Fashion Week 2021

“Dulu belum seberani sekarang, kan pernah audisinya langsung di Jogja. Tapi aku ga punya beberapa item yang buat persyaratannya. Akhirnya aku urung, mungkin besok-besok aku bisa. Sampailah pada tahun ini, pas audisi kemarin kan aku udah sekolah modelling juga, akhirnya aku beraniin buat ikutan deh,” kata Misi.

Percaya diri yang besar menjadi bekal Misi yang membuatnya berhasil lolos menjadi Top 22 JFW Region Yogyakarta dan Jawa Tengah. Awalnya Ia sempat pasrah karena tidak kunjung diumumkan siapa saja yang berhasil lolos.

“Aku udah pasrah, it’s okay, I’m done. Kalau emang belum lolos, masih bisa aku coba lagi. Kalau udah dapat nanti berarti harus aku perbaiki buat seleksi selanjutnya. Terus waktu itu temenku ngechat, ngucapin selamat. Aku bingung kan, ternyata ada namaku di shorthlist Top 22. Ceweknya cuma ada tiga, satu dari Jateng dan dua dari Jogja,” ungkap Misi.

Pada tahap selanjutnya, Misi harus menyiapkan beberapa hal, seperti membuat tugas pengukuran dan video yang diunggah ke media sosial. Namun, langkah Misi harus terhenti di Top 22 Region karena Ia belum berhasil lolos menuju tahap akhir.

“Oh, berarti aku cuma sampai sini. Tahun besok aku bisa nyoba lagi, tapi itu ga bikin aku patah semangat atau murung. Ada rasa sedih, tapi ini kan pembelajaran juga. Bisa masuk shortlist aja udah gede banget reward-nya karena ini termasuk pencapaian besar dalam hidupku,” imbuhnya.

Hal yang membuat Misi percaya bahwa Misi bisa

Misi Haryanti, dari Mbak Boyolali hingga Top 22 Jakarta Fashion Week 2021

“Tuhan, karena semua kemampuan yang aku punya itu ga mungkin ada kalau engga digariskan sama Tuhan. Terus kekuatan doa dan restu orang tua. Terus, aku percaya sama diriku sendiri kalau memang aku bisa. Soalnya kalau aku ga yakin ya aku ga akan bisa. Kekuatan-kekuatan pikiran kita, sugesti sendiri yang bisa bikin aku kuat dan percaya,” tutur mahasiswa asal Boyolali tersebut.

Memiliki Rambut Unik

Misi Haryanti, dari Mbak Boyolali hingga Top 22 Jakarta Fashion Week 2021

Misi terlahir dengan rambut keriting dan wajah yang sering dianggap tidak “njawani”. Namun, hal ini yang menjadi keunikan dari mahasiswa berusia 21 tahun ini. Sempat merasa minder dengan penampilan rambutnya yang berbeda dari teman-temannya saat SMA.

“Dulu sempet dikatain sama senior organisasi, katanya rambutku ga rapi karena keriting gini. Terus aku sempat ngelurusin rambut, tapi jadinya malah aneh. Aku ngerasa ga jadi diriku sendiri. Akhirnya yaudah aku berusaha buat ngerawat rambut keritingku ini biar rapi,” katanya.

Value yang selalu dibawa Misi
Misi mengatakan bahwa value yang selalu Ia bawa adalah keunikan rambutnya. Bahkan, Ia sering dikira mengkeritingkan rambutnya. Banyak orang yang mengira bahwa rambutnya tidak alami. Selain itu, tekad dan kemauan untuk terus belajar juga selalu Misi pegang teguh.
“Unik dan mau belajar hal yang orang bilang ga akan bisa aku dilakuin. Ya iya, ga bisa kalau ga mau belajar. Tapi aku mau belajar, minimal aku harus bisa melakukannya meskipun ga sebagus orang di luar sana yang pro,” tutur mahasiswa semester akhir tersebut.

Insecure dan cara mengatasinya

Misi Haryanti, dari Mbak Boyolali hingga Top 22 Jakarta Fashion Week 2021

“Pernah banget, itu pas ikut duta-dutaan karena saingannya itu cewe-cewe yang feminim semua sedangkan aku tomboy. Jadinya mikir bisa ga ya kaya mereka. Penampilannya udah cewek, bajunya udah cewek. Aku pakai baju kaos oblong, jeans, kulot, sweater, kemeja. Ini pun yang engga update kaya temen-temen lain. Mereka pakai baju yang bagus, setiap kali pertemuan ganti baju dan sebagainya,” ungkap Misi.

Dengan keterbatasan yang Misi miliki, Ia tidak patah semangat. Ketika tidak memiliki pakaian yang bagus atau sesuai, Ia berusaha untuk memadukan beberapa outfit agar terlihat menarik dan bagus.

“Usaha dulu, kalau emang aku ga punya dan ga bisa beli, aku coba cari atau minjem. Terus kalau emang ga dapet semuanya ya diusahakan buat bisa diutak-atik, aku cari referensi dari baju-baju yang aku punya. Masalah cakep atau apa yang penting bersih, terus belajar buat ngomong dan bergaul dengan temen-temen. Kalau kita bisa bergaul dan ramah pasti bisa nutupin kekurangan kita,” tambahnya.

Mewakili Indonesia dalam festival di Ekuador, Amerika Selatan
Pada 2018, Misi didapuk mewakili Indonesia dalam festival buah dan sayur di Kota Ambato, Ekuador. Saat itu, Misi ditugaskan bersama tim dari Boyolali dan Bali mewakili Indonesia selama dua pekan di sana. Perjalanan ini merupakan perjalanan pertama Misi pergi ke luar negeri, bahkan ke luar benua.

“Di sana aku ikut semacam paradenya, pakai kostum karnaval yang desainnya berbentuk bunga-bunga. Terus ada penampilan dari masing-masing negara yang diundang. Ada enam, Indonesia, Colombia, Peru, Meksiko, Ceko, dan Ekuador itu sendiri,” ungkap Misi.

Menjadi Mbak Boyolali dan Duta Bandara
Misi sempat tidak menyangka bisa dinobatkan menjadi Mbak Boyolali 2018. Hal ini tidak lain karena Misi merupakan perempuan yang tomboy.
“Kesannya jelas ga nyangka soalnya aku tomboy, kok menang kontes putri-putrian,” tuturnya sambal mengenang masa-masa tersebut.

Tidak berselang lama, Misi mengikuti pemilihan Duta Bandara. Ia harus kembali lagi menjadi lebih feminim ketika mengikuti ajang tersebut.

“Harus kaya cewe, apalagi merepresentasikan Solo yang mana biasanya halus, lemah lembut, kalem, murah senyum. Nah aku kan pecicilan, nyablak juga. Kayaknya ga mungkin deh bisa, ternyata malah menang,” tambahnya.

Meskipun tomboy dan saat itu masih awam dalam kontes putri-putrian, tetapi Misi dapat melakukan berbagai hal yang orang lain bisa lakukan.
“Aku bisa masang sanggul sendiri, pakai jarik sendiri, pakai pakaian Jawa semua tak lakuin sendiri. Jadi ga harus minta tolong ini itu,”tutur Mbak Boyolali 2018.

Role model

Misi Haryanti, dari Mbak Boyolali hingga Top 22 Jakarta Fashion Week 2021

“Role model-ku Gigi Hadid, kalau di Indonesia ada Kimmy Jayanti sama guruku Arby Vembria. Kenapa Gigi, amaze sama kegigihannya, dari yang dulu kalau jalan belum model banget, badannya masih goyang semua, tangannya masih goyang, bukan yang stable banget kaya sekarang. Terus dia latih itu semuanya sampai dia terkenal sampai sekarang,” ungkap Misi.

Dukungan Orangtua
Di balik perjalanan seorang Misi, terdapat peran besar dari kedua orang tuanya. Anak tunggal tersebut mengungkapkan bahwa orangtuanya memberikan kebebasan kepada Misi untuk menentukan langkahnya. Selama jalan yang diambil positif, orang tuanya tidak pernah melarang.

“Dukungan orang tua penuh banget. Semuanya didukung, bentuknya dengan mereka ngebebasin aku berekspresi. Aku mau jalan ke sana yaudah silakan, ga pakai babibu nanti gimana, nanti gimana. Yang penting tanggung jawab,” kata Misi.

Selain itu, Misi juga selalu bertanggungjawab dengan langkah yang Ia pilih agar tidak mengecewakan kedua orang tuanya.
“Ibaratnya kamu tau sendiri mau ngapain, tau pilihanmu sendiri, silakan jalan aja. Kita (orang tua) cuma bantu doa, cuma bisa ngedukung kamu cari sekolah. Kalau emang udah bisa sekolah otomatis kamu tau gimana buat hidup besok,” ungkap Misi menceritakan pesan dari orangtuanya.

Titik Balik
Mbak Boyolali tersebut tidak pernah membayangkan dapat melangkah sejauh ini, terlebih dulu Ia sempat minder dengan penampilan rambutnya yang keriting. Namun, ternyata hal tersebut menjadi keunikan seorang Misi yang mampu mendatangkan berbagai kesempatan dan rezeki.

“Engga pernah bayangin, dulu cuma ngimpi besok bisa engga ya kaya gitu. Terus ternyata setelah aku udah sampai di titik ini mikir lagi, kok bisa ya. Kok ternyata dikasih kesempatan, ternyata Tuhan baik banget. Alhamdulillah. Ga pernah bayangin sampai sekarang, kaya gila ya aku bisa sampai di sini,” ucap Misi.

Ia juga menambahkan bahwa proses yang Ia lalui ketika mengikuti satu persatu ajang putri-putrian menjadi titik balik dalam meraih berbagai mimpinya.
“Ini titik balik. Jadi ditunjukan banget jalanku di sini (modelling) dengan ikut ini itu dulu,” imbuhnya.

Misi juga sempat menjadi model atau campaign beberapa produk dan iklan layanan masyarakat. Antara lain Iklan Layanan Masyarakat Kemenparekraf, Pertamina, Delmonte, Djarum 76, Moreskin, Lacoco skincare, Cozmeed, Nimco, dan berbagai produk lainnya.

Ucapan terima kasih
Banyak orang-orang yang berperan di balik karier seorang Misi. Dalam wawancara ini, Misi ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang tua, sahabat, hingga dosen.

“Terima kasih buat Berliana Putri Himawati yang dulu nyuruh aku ikut duta wisata. Terus ngembimbing aku, ternyata dari sana (duta wisata) jalanku jadi gini. Terima kasih buat orang tua, teman-teman, kakak kelas, kakak tingkat, dan dosen Sastra Indonesia FIB UNS. Kalau aku ga masuk Sastra Indonesia mungkin aku ga bakal bisa kaya gini,” ungkap Misi sambal berkaca-kaca.

Selain itu, Ia juga ingin mengucapkan terima kasih secara khusus kepada dua dosennya, Dr. Dwi Susanto dan Dr. Wiwik Yulianti. Dr. Dwi Susanto merupakan pembimbing skripsi Misi yang senantiasa sabar membimbing dalam menyelesaikan skripsi. Sementara itu, Dr. Wiwik memiliki peran dalam melatih kemampuan berbicara Misi di depan umum. Dari yang awalnya belum percaya diri hingga menjadi seperti sekarang.

“Terima kasih buat diri sendiri karena emang udah mau belajar, mau berjuang sampai di titik ini. Jadi tau kehidupan yang sekarang kaya gimana, ga cuma berada di zona nyaman atau kata orang Jawa ‘ndekem’. Terima kasih udah berani, mau menetapkan hati, mental buat belajar, berubah, ngelawan rasa takut gagal dan bisa nerima kegagalan,” imbuhnya.

Harapan ke depan
Mahasiswa asal Boyolali ini memiliki beberapa target yang hendak Ia capai ke depan. Salah satunya menyelesaikan studinya di UNS. Selain itu, Ia juga ingin menjadi model di kancah nasional maupun internasional.

“Harapan ke depan karierku di modelling ga cuma berhenti sampai di sini, tapi bisa lanjut lagi mengejar cita-cita yang udah aku susun. Terus semoga bisa bangun usaha karena aku ga mau hidup hanya dari karier modellingku. Tapi harus punya usaha (bisnis) karena aku tau besok karierku bakal redup dengan sendirinya seiring bertambahnya usia,” harap Misi.

Pesan
“Habiskan jatah gagalnya sekarang, jangan sampai besok kalau udah tua kita masih punya jatah gagal. Itu lebih mneyedihkan dibanding gagal sekarang, kalau sekarang masih punya tenaga, waktu buat memperbaiki, tapi kalau udah tua ga punya waktu dan masanya lebih cepet ke akhir hidup (kematian),” pesannya.

Selain itu, Misi juga berpesan agar dalam menjalani hidup harus memiliki mimpi dan tujuan. Jangan sampai hanya mengikuti arus kehidupan tanpa arah.

“Mimpi itu harus ada, jangan pernah takut buat mimpi, bahkan kalau emang mimpinya setinggi langit atau bahkan di atas langit. Tetaplah bermimpi, karena itu tujuan. Tapi, setelah membangun mimpi itu jangan lupa buat bangun dari tidur karena kita harus bangun dari tidur buat mewujdukannya,” imbuhnya.

Perjalanan yang Ia lalui membuat Misi paham betul bahwa banyak proses jatuh, sakit, suka-duka yang harus dihadapi satu persatu. Namun, tanpa proses tersebut, tentu tidak akan lahir seorang Misi Haryanti.

“Lebih baik berjalan meskipun bakal penuh luka dibanding kita kuat tapi diem aja ga ke mana-mana atau mungkin cuma mikirin kegagalan kemarin tanpa berusaha berubah. Mau di depan ada bahaya apa, pecahan apa, batu apa, sandungan apa, mau berdarah-darah sekalipun itu urusan belakang karena pasti ada obatnya. Karena kalau kita diam aja, kita ga bakal dapat apa-apa selain puas dengan apa yang sudah didapatkan. Padahal kita bisa mendapatkan lebih kalau mau berjuang lebih lagi,” tutup Misi. Humas UNS

Reporter: Bayu Aji Prasetya
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content