Pelatihan Olah Produk Kreatif Ala Mahasiswa KKN UNS Manfaatkan Lidah Buaya, Rambutan, hingga Minyak Jelantah

Pelatihan Olah Produk Kreatif Ala Mahasiswa KKN UNS Manfaatkan Lidah Buaya, Rambutan, hingga Minyak Jelantah

UNS — Sekarang ini, ragam olahan produk kreatif kian bermunculan di tengah-tengah masyarakat. Kehadiran produk kreatif mampu menjawab tantangan optimalisasi sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah. Tidak hanya itu, produk kreatif juga menjadi salah satu jalan keluar dalam permasalahan pengolahan limbah.

Hal ini pun yang coba dikenalkan oleh Kelompok 115 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Kepada warga Desa Kletekan, Kabupaten Ngawi, mereka memberi pelatihan cara pengolahan produk kreatif yang tentu seru dan menarik. Bagaimana tidak, di sana warga diajari mengolah bahan-bahan yang cukup dekat dengan kehidupan sehari-hari, diantaranya tanaman lidah buaya, buah rambutan, hingga minyak jelantah.

Kegiatan berlangsung di aula Kantor Desa Kletekan dengan dihadiri oleh kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Kamis (17/2/2022). Tentunya pelatihan ini terselenggara dengan menerapkan protokol kesehatan secara disiplin.

Pengolahan Lidah Buaya Menjadi Hand Sanitizer

Kegiatan dibagi dalam 3 sesi. Pembagian sesi ditentukan berdasarkan jumlah produk yang akan dibuat. Sesi pertama dimulai dengan pelatihan pengolahan lidah buaya menjadi hand sanitizer. Pelatihan ini dibimbing oleh Samira Kayla Biyanti, anggota kelompok 115 KKN UNS. Pelatihan ini dipilih mengingat masyarakat harus tetap terlindungi dari persebaran Covid-19 sekarang ini. Penggunaan hand sanitizer yang dapat menjaga kebersihan tangan dari virus dan bakteri sangat dibutuhkan. Selain itu, penggunaan lidah buaya sebagai bahan baku dapat menjadi alternatif yang melimpah dan hemat biaya.

Lidah buaya digunakan sebagai pengganti gliserin dalam formula I yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO). Lidah buaya dipilih karena memiliki kandungan saponin, flavonoid, polifenol, serta tanin yang mempunyai kemampuan untuk membersihkan dan bersifat antiseptik.

Terdapat bahan pendukung lain yang digunakan, seperti jeruk nipis dan alkohol. Pembuatan hand sanitizer dilakukan dengan cara mencampurkan semua bahan tersebut. Setelah tercampur dengan takaran tertentu, hand sanitizer kemudian dipindahkan ke dalam botol spray.

Pembuatan Sabun dari Minyak Jelantah

Kegiatan berlanjut dengan pelatihan pembuatan sabun dari minyak jelantah. Bahan utama ini dipilih karena banyaknya minyak jelantah yang selalu berakhir dibuang begitu saja. Padahal pembuangan limbah minyak jelantah secara sembarangan berpotensi memberi dampak negatif pada lingkungan.

Kelompok 115 KKN memberikan cara yang mudah untuk dipelajari para peserta kegiatan yang hadir. Pembuatan sabun dimulai dengan menuangkan air ke dalam wadah yang kemudian ditaburi dengan soda api. Campuran tersebut kemudian diaduk dan ditunggu hingga cukup dingin. Setelah itu, minyak jelantah dimasukkan perlahan dan diaduk hingga mengental. Supaya harum, adonan sabun diberi tambahan pewangi. Sabun lalu dicetak dan didiamkan hingga mengeras.

Sabun yang dibuat dapat digunakan untuk keperluan mencuci piring. Akan tetapi, sabun tersebut tidak disarankan untuk mandi atau mencuci tangan dikarenakan tidak adanya bahan pelembab kulit yang terkandung di dalamnya.

Pemanfaatan Rambutan Menjadi Selai Buah

Sesi terakhir pelatihan ini adalah pembuatan selai buah rambutan. Pohon rambutan banyak dijumpai di Desa Kletekan. Buahnya yang melimpah cukup menjadi alasan rambutan dipilih sebagai bahan utama. Rambutan-rambutan tersebut juga tidak dapat terjual semua sehingga hanya menjadi konsumsi pribadi. Tidak jarang rambutan pun berakhir busuk karena tidak dimanfaatkan.

Pembuatan selai dalam pelatihan ini dilakukan dengan memisahkan daging buah dengan kulit dan bijinya. Daging buah rambutan kemudian dihaluskan menggunakan blender. Setelah halus, daging buah rambutan dimasak dengan api kecil. Rambutan tersebut juga dicampur dengan vanili dan gula, sembari diaduk hingga mengental.

Pemanfaatan buah rambutan menjadi selai memberikan nilai lebih. Selain makin awet, selai buah rambutan juga memiliki nilai jual. Jika dikembangkan oleh warga Desa Kletekan, selai ini dapat menjadi produk yang dapat dijual masyarakat.

Samira, berharap warga dapat membuat sendiri produk-produk yang dipraktikan pada kegiatan ini.

“Semoga Warga dapat membuat produk ini sendiri dan dapat mengurangi limbah, juga dapat memanfaatkan bahan-bahan yang ada di Desa Kletekan,” ucapnya.

Wulan, salah satu anggota kelompok PKK merespon positif adanya pelatihan produk kreatif yang diadakan oleh Kelompok 115 KKN Tematik UNS 2022.

“Tanggapan kami tentang pembuatan sabun itu sangat mengedukasi ibu-ibu rumah tangga. Yang awalnya minyak jelantah kami buang, ternyata sangat bermanfaat sekali bisa dijadikan sabun. Untuk pembuatan selai rambutan juga sangat mengedukasi. Yang awalnya rambutan cuma dimakan sebagai buah, dan wilayah kami saking banyaknya sampai tidak laku dijual, terkadang sampek busuk dibuang. Ternyata bisa dimanfaatkan untuk selai dan mungkin bisa ada nilai jualnya,” tutur Wulan. Humas UNS

Reporter: Rangga P.A.
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content