Pentingnya Pengabdian Masyarakat sebagai Bakti kepada Negeri

UNS-Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian (FP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menyelenggarakan webinar bertajuk Bincang Asyik Pengabdian Masyarakat di Tengah Pandemi. Kegiatan yang diikuti oleh sekitar 50 peserta melalui aplikasi Google Meet tersebut dilaksanakan pada Sabtu (20/6/2020). BEM FP UNS menghadirkan Rysca Indreswati, M.Si., dosen D-3 Agribisnis dan Khabib Anwari yang merupakan aktivis desa.

Dalam pandemi Covid-19 ini terdapat banyak efek-efek sosial ekonomi yang harus diatasi.
Rysca Indreswati menuturkan bahwa langkah yang dilakukan dapat dibagi menjadi dua, yaitu jangka panjang dan jangka pendek.

“Langkah jangka pendek ini seperti adanya bantuan dari pemerintah ataupun masyarakat berupa Sembako. Kemudian dalam jangka panjang dapat dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat,” jelasnya.

Mahasiswa memiliki banyak energi yang sangat disayangkan jika hanya untuk belajar di kelas saja tanpa mengikuti kegiatan yang dapat mendukung softskillnya. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan mengaplikasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi, salah satunya pengabdian masyarakat.

Rysca mengungkapkan, terdapat kendala biaya dalam melakukan pengabdian masyarakat, dapat mengajukan dana melalui Program Hibah Dana Desa (PHBD).

“Dalam memilih desa yang cocok untuk pengabdian masyarakat bisa dengan menelusuri terlebih dahulu potensi dan karakteristik masyarakat desanya karena kita akan bermitra dengan desa tersebut. Jika mengajukan pendanaan kompetisi, saya sarankan memilih desa yang belum maju, terpencil, dan terluar agar mudah mendapatkan pendanaan. Kita juga harus memahami kebutuhan dan potensi desa agar dapat mendapatkan solusi terbaik,” paparnya.

Dalam materi yang disampaikan oleh Khabib, pengabdian masyarakat dapat dilakukan di mana saja, namun jangan sampai lupa dengan kampung halaman. Tidak sedikit masyarakat desa di usia produktif merantau ke luar desa dan kembali ketika usia sudah tidak produktif.

“Desa juga dibuat manja melalui bantuan sosial yang tidak memberdayakan, melainkan membentuk mental ketergantungan. Selain itu, kearifan lokal mulai tergusur, masyarakat mengalami krisis identitas. Tidak banyak anggota masyarakat yang sadar akan perannya di tengah masyarakat. Masyarakat juga jangan sampai lupa dengan desanya sendiri,” terangnya.

Khabib menambahkan, terdapat beberapa tahap pemberdayaan yang dapat dilakukan.
“Tahapan yang bisa dilakukan antara lain analisis permasalahan dan hambatan, analisis potensi, data kekuatan dan ancaman, penyusunan program kerja, pendanaan, kaderisasi, dan monitoring. Masyarakat juga harus siap dalam menghadapi tantangan saat melakukan pemberdayaan masyarakat, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal,” tutupnya.

Antusiasme peserta terlihat pada sesi tanya jawab melalui banyaknya pertanyaan yang masuk. Salah seorang peserta, Lia menanyakan perihal tantangan terberat saat melakukan pengabdian masyarakat.
“Tantangan terberat ada di masyarakat karena urusan kita dengan orang lain di luar kendali kita. Cara mengendalikan diri dengan tidak baper, karena masyarakat juga butuh bukti yang nyata,” jawab Khabib.Humas UNS/Bayu/Dwi

Skip to content