Pentingnya Tanaman Obat Keluarga dalam Mewujudkan Kemandirian

UNS-Tim Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M) Ayoga Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengadakan webinar tentang tanaman obat. Kegiatan dengan tema `Pentingnya Tanaman Obat Keluarga dalam Mewujudkan Kemandirian Obat` berlangsung pada Sabtu (29/8/2020) melalui aplikasi Zoom Meeting dan siaran langsung kanal Youtube. PKM-M Ayoga UNS menghadirkan Sapto Purnama, S.T. dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta dan Dr. Sugihardjo, Dosen Prodi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP) Fakultas Pertanian (FP) UNS.

Dalam materi pertama, Sapto Purnama menyampaikan materi mengenai tanaman Obat Keluarga (Toga).
“Tanaman Obat Keluarga (Toga) saat ini tidak begitu familiar untuk adik-adik atau generasi muda, selain itu untuk mendapatkan pelatihan secara fisikpun cukup sulit. Sejarah tanaman Toga dimulai pada tahun 500 Sebelum Masehi (SM) yang mana kiblat peradaban terdapat di Mesir. Mereka menggunakan tanaman sebagai obat. Kemudian bangsa Yunani mulai menggunakan tanaman obat pada sekitar tahun 400 SM,” terangnya.

Pemanfaatan Toga di Indonesia sudah dilakukan sejak lama, bahkan sudah ada peraturan yang membahas pemanfaatan Toga. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2016 Mengenai Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga.

“Usia kakek buyut kita relatif lebih panjang karena mereka mengkonsumsi sesuatu yang masih alami baik makanan maupun obat-obatannya. Indonesia merupakan negara tropis yang banyak keanekaragaman hayati seperti Toga yang dapat dimanfaatkan dan cenderung lebih murah dari pada buatan pabrik karena kita dapat memproduksinya sendiri. Jika tidak memiliki perkarangan yang luas, menanam tanaman obat dapat dilakukan dengan media tanam vertikal dengan botol bekas atau polybag,” jelasnya.

Sapto kembali menambahkan bahwa toga dapat berfungsi untuk meningkatkan gizi dan kesehatan, sarana penghijauan, serta sebagai upaya mencegah penyakit secara herbal atau alami.
“Mengonsumsi obat kimia dapat membuat ginjal bekerja lebih banyak lagi. Tanaman herbal dapat dijadikan pilihan atau alternatif yang dapat dikombinasikan dengan tanaman herbal lainnya,” tambahnya.

Sementara itu, Dr. Sugihardjo menyampaikan materi tentang perilaku yang menverminkan prinsip ekologi. Sugihardjo memaparkan bahwa saat ini pencemaran udara, air, dan tanah semakin meningkat.

“Bencana alam semakin menjadi, flora dan fauna banyak yang punah dan munculnya penyakit baru. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah dapat memberi pemahaman untuk masyarakat mengenal lebih lanjut tentang lingkungan. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut yakni dengan mengadakan sekolah adiwiyata yang memanfaatkan tanaman Toga,” jelas Sugihardjo.

Ia kembali menambahkan bahwa masyarakat harus memiliki inisiasi untuk menanam tanaman yang bermanfaat dan dapat meningkatkan nilai ekonomi.
“Ekologi makhluk merupakan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya. Toga dapat membentuk iklim mikro yang sejuk dan nyaman di lingkungan rumah,” imbuhnya.

Perlu adanya keterlibatan masyarakat khususnya siswa SD, SMP, hingga SMA untuk menjadi agen-agen yang mendukung penanaman Toga sebagai upaya menyediakan kemandirian obat baik di lingkungan sekolah maupun rumah. Namun dalam mencapai hal tersebut, perlu dukungan dari orang tua, guru, dan masyarakat untuk membantu mensosialisasikan hal-hal apa saja yang menjadi faktor pendukung rencana tersebut. Humas UNS

Reporter: Bayu Aji Prasetya
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content