Perkembangan Teknologi dan Problematika Material Sel Surya

UNS-Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) mengadakan talkshow bertema sel surya. Kegiatan ini berlangsung secara daring melalui aplikasi Webex dan siaran langsung di chanel Youtube Himafis UNS pada Jumat (5/6/2020) pukul 13.00-15.00 WIB. Dalam talkshow seri ke-3 yang dimoderatori oleh Trya Andini, mahasiswa Fisika UNS ini menghadirkan Dr. rer.nat. Ayi Bahtiar, dosen Fisika Universitas Padjajaran (Unpad), Bandung dan Dr. Agus Supriyanto selaku Kepala Prodi Fisika FMIPA UNS.

Talkshow dengan judul Perkembangan Teknologi dan Problematika Material Sel Surya ini diikuti oleh lebih dari 240 peserta dari berbagai universitas. Turut hadir pula Dekan FMIPA UNS, Drs. Harjana, Ph.D dan Kepala Prodi Fisika Unpad, Dr. Lusi Safriani yang sekaligus memberikan sambutan dalam kegiatan ini.

Dalam sambutannya, Drs. Harjana, Ph.D. menyampaikan apresiasi terhadap seluruh peserta yang telah bergabung. Ia juga berharap semoga kerjasama antara Departemen Fisika UNS dengan Prodi Fisika Unpad dapat berlanjut agar nantinya dapat mewujudkan kampus merdeka.

“Semoga kegiatan ini dapat bermanfaat bagi seluruh peserta, terima kasih kepada seluruh peserta dan Prodi Fisika Unpad, semoga kerjasama ini dapat berlanjut. Kalau bisa kegiatan ini direkognisi supaya bisa mewujudkan kampus merdeka, webinar ini sudah dirancang hingga 6-7 seri dengan durasi sekitar 2 jam. Apabila terdapat 10 jenis kegiatan masing-masing 2 jam, maka bisa disetarakan dengan 2 sks, apakah masuk ke dalam mata kuliah tertentu atau kapita selekta,” sambut Harjana.

Pemerintah saat ini mencanangkan kampus merdeka sebagai wujud kebebasan mahasiswa dalam mencari ilmu. Salah satunya adalah mahasiswa dapat mengambil mata kuliah dari universitas lain baik negeri maupun swasta. Hal tersebut pula yang diharapkan oleh Dekan FMIPA UNS dalam sambutan acara talkshow ini.

Dr. rer.nat. Ayi Bahtiar menyampaikan bahwa pengaplikasian sel surya saat ini berupa pembangkit listrik tenaga sel surya, listrik untuk rumah atau kantor serta penerangan jalan. Akan terus dilakukan pengembangan dalam jangka waktu ke depan seperti e-bike solar charger, umbrella laptop solar charger, CIGS Rollable solar panel, EFTE flexible solar panel dan sebagainya. Jenis sel surya yang saat ini sedang dikembangkan yaitu sel surya perovskite karena memiliki banyak keunggulan.

“Keunggulan dari sel surya ini yaitu memiliki rentang absorpsi cahaya yang lebar, sifat optik bisa diatur dengan mengatur kandungan halida, panjang difusi muatan pembawa cukup panjang. Tidak hanya itu, energi ikat eksiton juga rendah, dapat dibuat dengan metode berbasis larutan, serta dapat dibuat dalam bentuk yang fleksibel,” jelas Ayi.

Pengembangan modul sel surya perovskite akan terus dilakukan meskipun dengan dana dan fasilitas yang terbatas. Hal ini juga disampaikan oleh Dr. Ayi yang telah mempraktekkannya.

“Meskipun dana dan fasilitas riset terbatas, pengembangan sel surya masih bisa dilakukan. Dapat melalui pemanfaatan limbah Pb sebagai sumber Pbl, mencari material perovskite yang murah misal seng, desain struktur sel surya, serta melakukan riset institusional baik dalam maupun luar negeri,” paparnya.

Lalu, materi yang disampaikan oleh Dr. Agus Supriyanto yakni perkembangan dan problematika sel surya berbasis Dye Sensitized Solar Cell (DSSC). DSSC merupakan sel surya yang dibentuk melalui proses mekanisme photoelectrochemical, yang mana proses absorpsi cahaya dilakukan oleh molekul dye dan proses separasi muatan oleh bahan inorganik semikonduktor berstruktur nano.

“SSO atau Sel Surya Organik ini memiliki banyak keunggulan seperti biaya fabrikasinya murah secara operasional, ramah lingkungan, mudah dibentuk, serta memiliki nilai estetika dibanding dengan teknologi yang lain karena warna tidak monoton. Aplikasi modul DSSC ini berupa tas gendong agar dapat mengisi power bank, aksesoris-aksesoris luar ruangan. Salah satu hal yang menarik adalah dapat dimanfaatkan untuk jendela karena bisa transparan,” jelas Agus.

Bahan yang digunakan dalam DSSC ini antara lain substract, Nanopori TiO2, elektrolit, dan katalis kounter elektroda.
Substract berfungsi sebagai tempat muatan mengalir, materi yang digunakan yaitu fluorine-doped tin oxide dan indium tin oxide. Penggunaan oksida semikonduktor dalam fotoelektrokimia karena kestabilannya menghadapi fotokorosi. Kemudian, elektrolit yang digunakan terdiri dari iodine dan triiodide sebagai pasangan redoks dan pelarut. Katalis juga dibutuhkan untuk mempercepat kinetika reaksi proses reduksi triiodide pada TCO,” paparnya.

Melalui kegiatan ini, diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan mengenai pemanfaatan energi matahari melalui sel surya. Selain itu, kerjasama antara Prodi Fisika UNS dengan Departemen Fisika Unpad juga dapat berlanjut sehingga dapat diaplikasikan ke dalam kampus merdeka.Humas UNS/Bayu

Skip to content