PIT UNS dan Puspiptek Kemristekdikti Gelar Technopreneurship 2016

Pusat Inovasi Teknologi Universitas Sebelas Maret (PIT UNS) Surakarta bekerja sama dengan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) menyelenggarakan “Workshop Technopreneurship 2016”, Senin-Selasa (14-15/11/2016). Kegiatan yang dilaksanakan di Ruang Sidang Utama Fakultas Teknik tersebut bertujuan untuk memberikan pelatihan bagi mahasiswa dalamm rangka mendorong tumbuhnya pengusaha pemula berbasis teknologi (PPBT).

Selain itu, panitia berharap dari kegiatan tersebut bisa dihasilkan calon-calon PPBT dari kalangan mahasiswa UNS untuk mengomersialisasikan teknologi hasil riset dan pengembangan perguruan tinggi. Dalam workshop tersebut, ada 3 kegiatan utama yakni pelatihan bisnis dan teknologi, praktik penyusunan business plan dan mentoring, serta pemaparan proposal business plan di depan tim penilai.

pit
Kepala Puspiptek, Sri Setiawati saat berikan sambutan.

Pada hari pertama, ada 6 materi yang disampaikan antara lain, Program Inkubasi Produk Berbasis Teknologi di TBIC (disampaikan oleh Dadan Nugraha dari Puspiptek), Komersialisasi Produk Berbasis Teknologi (Kuncoro Diharjo dari PIT UNS), Kisah Sukses Pengusaha Muda Inovatif (Citra Kusuma dari tenant kerja sama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan PIT UNS), Pendanaan Bisnis Inovatif Pemula (Abiwodo yang merupakan Pimpinan Divisi Hubungan Kelembagaan Bank BNI), Teknik Presentasi Bisnis (Wahyudi Sutopo selaku Dosen Prodi Technopreneurship FT UNS), dan Penyusunan Rencana Bisnis Inovatif (Priyono dari Pusat Teknoprener dan Klaster Industri BPPT).

Hari selanjutnya, ujar ketua panitia Dadan Nugraha, akan dilaksanakan workshop dalam bentuk penyusunan business plan. Para peserta akan dibagi ke dalam 5 kelompok yang tiap kelompok akan didampingi satu mentor. Usai mentoring, para peserta diminta untuk mempresentasikan business plany ang mengandung kreativitas (gagasan dan keunggulan produk/jasa), potensi bisnis (kelayakan teknis, kelayakan pasar, dan kelayakan finansial), serta profil pelaku bisnis (kualifikasi dan pengalaman).

Rektor UNS, Ravik Karsidi saat menyinggung mengenai bonus demografi bahwa sekitar 2030 atau 2035 akan menjadi tahun di mana Indonesia ada di tangan pemuda. “Anda lah yang akan memengaruhi Indonesia,” tuturnya. Ia berharap bahwa kegiatan yang digelar untuk memfasilitasi mahasiswa untuk belajar bagaimana cara menjadi entrepreneur bisa dimanfaatkan dengan baik.

whatsapp-image-2016-11-15-at-21-25-43
Ravik Karsidi saat singgung mengenai bonus demografi bahwa sekitar 2030 atau 2035 akan menjadi tahun di mana Indonesia ada di tangan pemuda.

Kekayaan intelektual, lanjutnya, yang berupa ide akan diberikan penghargaan yang tinggi. Dengan adanya kegiatan tersebut, ia mendorong para peserta untuk berani keluar dari pola pikir mainstream—ia merujuk pada pegawai. “Berani adalah kata kuncinya. Kalau mau jadi technepreneur,Anda harus keluar dari mindset pegawai,” dorongnya.

Kepala Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Sri Setiawati mengungkapkan bahwa masyarakat di Indonesia dimanjakan dengan keadaan di mana sumber daya alamnya (SDA) yang melimpah. Ia berpendapat bahwa ini menjadikan Indonesia susah untuk maju. Sri mencontohkan negara lain seperti Jepang dan Korea yang sekarang masuk dalam kategori negara maju. “Mereka mengatakan bahwa Indonesia SDA-nya banyak, sedang kita (pihak negara lain—red.) nggak punya apa-apa. Karena nggak punya apa-apa kita struggle dan invest di sumber daya manusia,” terangnya.

Senada dengan Ravik, ia juga mengatakan bahwa zaman mendatang bukan lagi zaman pegawai negeri sipil. “Era kalian itu pegawai negeri dikurangin,” ujarnya. Menurutnya, pola pikir yang harus dibangun mulai sekarang adalah bagaimmana menciptakan peluang bisnis berdasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, juga bagaimana cara meningkatkan nilai tambah akan suatu produk. Ia mencontohkan Indonesia yang menjual minyak kelapa sawit yang tidak diolah terlebih dahulu. Padahal jika minyak tersebut diolah dulu, nilai jualnya lebih tinggi dari pada tidak diolah.

Skip to content