Potensi Tanaman Pewarna Alam dan Tantangan Penggunaannya

UNS – Forum Mahasiswa Agroteknologi (Format) Fakultas Pertanian (FP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengadakan webinar Agrotech’s Fair dengan tema tanaman pewarna di Indonesia. Kegiatan tersebut dilakukan melalui aplikasi Zoom Meeting dan kanal YouTube Format FP UNS pada Sabtu (11/7/2020) yang diikuti oleh sekitar 320 peserta. Dalam agenda ini, Format FP UNS menghadirkan tiga pembicara yaitu dosen FP UNS, Mercy Bientri Yunindanova, M.Si., kemudian Raymond Suryajaya selaku praktisi pewarnaan alam dan kriya tekstil, dan pebisnis tanaman pewarna, Muh. Thoyib, M.T.

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat melimpah, salah satunya tanaman pewarna. Pada sesi pertama, Mercy Bientri Yunindanova, M.Si. menyampaikan mengenai keanekaragaman hayati tanaman pewarna alam nusantara.
“Sumber alami bisa berasal dari tumbuhan maupun hewan, tapi sekarang sudah turun peminatnya. Tanaman pewarna harus digerakkan lagi supaya menjadikan lingkungan lebih baik. Beberapa kategori pewarna alam antara lain warna merah, kuning, indigo, cokelat, dan merah yang dapat dihasilkan dari kulit batang, buah, biji, daun, dan kayu,” kata Mercy.

Warna merah alami dapat dihasilkan dari tanaman Morinda citrifolia L., Bixa orellana L. dan Sorghum bicolor (L.).
“Pada Morinda citrifolia L. konsentrasi warna terdapat pada akar khususnya di kulit akar. Lalu pada Red Sorghum atau Sorghum bicolor (L.) ada pada bagian tangkai daun,” imbuhnya.

Selain warna merah, warna kuning juga dapat dihasilkan dari tanaman yaitu Artocarpus heterophyllus Lam. dan Maclura cochinchinensis (Lour.) Kemudian warna biru dapat ditemukan pada tanaman Indigofera tinctoria, Strobilanthes cusia (Nees), dan Marsdenia tinctoria.

Pada materi kedua, Muh. Thoyib, M.T. menjelaskan mengenai potensi komersialisasi warna alam di Indonesia. Fluktuasi harga produk yang menggunakan pewarna alami sangat mencolok dan cenderung tinggi sehingga memilili potensi yang besar.

“Potensi pewarna alam ini sangat besar dan menarik. Cara yang bisa dilakukan dalam business model yaitu affiliation, private labeling, dan direct selling. Potensi warna alam yang sangat besar dapat menggapai dolar apabila bahan baku kita olah dengan baik sehingga bahan yang kita jual memiliki kualitas bagus. Tentu pihak pasar akan memiliki kepercayaan yang tinggi apabila berbanding dengan kualitas sehingga produk kita akan dicari,” pungkasnya.

Dalam sesi terakhir, Raymond Suryajaya memaparkan tenyang produk dan penggunaan pewarna alami, pengaplikasian ZWA untuk produk kreatif tekstil.
“Tanaman liar yang digunakan untuk larutan pewarna yaitu kerumbi, hasilnya seperti teh yang mengandung tanin sehingga menghasilkan warna hitam. Bagian tanaman yang diambil yaitu daun yang dikeringkan,” jelasnya.

Tantangan yang dihadapi Raymond yaitu sulitnya memenuhi tuntutan industri.
“Berkarya menggunakan bahan alami tentu ada tantangannya antara lain ketersediaan logistik, kualitas mutu warna, sulit memenuhi tuntutan industri, dan varian terbatas. Selain tantangan, beberapa kelebihan dari pewarna alami yaitu eksperimental, kualitas warna yang menarik dan envolving, dan lebih ramah lingkungan,” paparnya. Humas UNS

Reporter: Bayu Aji Prasetya
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content