Prediksi Ekonomi Indonesia Tahun 2019 dari Para Pakar

UNS – Pertumbuhan ekonomi dunia untuk tahun 2019 diprediksi meredup. Hal ini berdasarkan dari perkembangan ekonomi di negara-negara besar seperti Amerika Serikat yang relatif menurun. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi perekonomian Indonesia.

Untuk itulah, para ekonom dan akademisi berkumpul dalam acara Diskusi Ilmiah bertajuk “Perkembangan Ekonomi Indonesia dan Tantangan Kedepan” yang diselenggarakan di Aula Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Sebelas Maret (UNS), Rabu (27/3/2019). Hadir sebagai pembicara yaitu Dr. Lana Soelistianingsih, SE., M.A (Pengamat Ekonomi), Prof. Hermanto Siregar (Rektor Perbanas) dan Sahminan,PhD (Deputi Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia).

Menurut Sahminan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan pertama di 2019 diperkirakan akan tetap kuat karena ditopang oleh permintaan domestik dari konsumsi swasta dan konsumsi pemerintah. Konsumsi swasta diperkirakan tumbuh kuat seiring dengan daya beli yang terjaga, tingkat keyakinan konsumen yang membaik dan dampak positif persiapan pemilu 2019.

“Pada masa pemilu, konsumsi pemerintah biasanya meningkat, namun investasi melambat. Setelah diketahui siapa Presiden Terpilih, investasi biasanya baru bisa meningkat lagi. Begitu polanya,” terang Sahminan.

Selain investasi, kinerja ekspor juga melambat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang berdampak pada penurunan volume perdagangan dan harga komoditas dunia. Perlambatan ekspor terjadi pada produk pertanian, pertambangan maupun manufaktur. Ekspor yang melemah biasanya juga diikuti impor yang melemah.

“Dari gambaran kondisi tadi, BI memprediksi perekonomian Indonesia akan tetap tumbuh pada kisaran 5,0-5,4 persen didukung permintaan domestik dan inflasi terkendali. Kredit perbankan juga tumbuh mendekati batas atas kisaran 10-12 persen,” ungkap alumnus Institut Pertanian Bogor ini.

Agar perekonomian Indonesia dapat tumbuh lebih baik, Pengamat Ekonomi Dr. Lana Soelistianingsih menyarankan agar membangun infrastruktur yang mampu menyerap lapangan pekerjaan. “Pembangunan infrastruktur kita sekarang sudah pakai mesin sehingga luar biasa cepat. Jadi itu tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Sehingga 1 persen pertumbuhan ekonomi kita hanya mampu menyerap 250 ribu sampai 300 ribu angkatan kerja baru,” kata dia.

Sementara Prof. Hermanto Siregar mengusulkan untuk mengoptimalkan potensi perekonomian daerah guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. “Kalau mau memperkuat perekonomian kita, ekonomi desa ini yang harus kita pacu. Karena sumber daya alam dan tenaga terja di pedesaan masih melimpah,” kata Prof. Hermanto.

Ada beberapa langkah untuk membangun perekonomian daerah. Pertama, memobilisasi tenaga kerja pedesaan dari pertanian ke non-pertanian. Kemudian membangun kapasitas SDM pedesaan dengan memberikan pelatihan wirausaha dan mengembangkan produk olahan pertanian dan perikaan. Selanjutnya, mengenalkan masyarakat dengan teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan budidaya perikanan.

Namun untuk melakukan semua itu, dibutuhkan investasi dalam jumlah besar terutama dari luar negeri. “Tanpa investasi kita akan sulit mengembangkan desa. Nah untuk mendapatkan investasi, memiliki kekayaan sumber daya alam saja tidak cukup. Harus ada produktivitas di level desa juga,” terangnya. Humas UNS/Mia

Skip to content