Presiden RI Sebut UNS sebagai “Kapal Induk”, Apa Alasannya?

Presiden RI Sebut UNS sebagai “Kapal Induk”, Apa Alasannya?*

UNS — Presiden Republik Indonesia (RI) Ir. H. Joko Widodo (Jokowi) mengibaratkan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta sebagai “kapal induk”. Hal itu diutarakannya saat memberi arahan dalam Sidang Terbuka Senat Akademik Dies Natalis ke-46 UNS, Jumat (11/3/2021) pagi, bertempat di Gedung UNS Tower Ki Hadjar Dewantara.

Perumpamaan kapal induk itu disampaikan Presiden Jokowi sebab pada usianya yang menginjak 46 tahun, UNS sudah memiliki sekitar 40.000 mahasiswa. Hal itu diketahui usai Presiden Jokowi bertanya kepada Rektor UNS Prof. Jamal Wiwoho.

“Mahasiswa sekarang 40.000 ini udah kapal induk. Gede banget,” kata Presiden Jokowi.

Akan tetapi, mantan Wali Kota Surakarta itu meminta UNS untuk berhati-hati. Pasalnya, kapal induk yang memiliki badan lebih besar dan lebar tentu membutuhkan banyak usaha ketika hendak berbelok.

Ia berharap UNS mampu melakukan perubahan besar kendati menyandang status sebagai kapal induk seperti yang disampaikannya. Presiden Jokowi juga menitipkan pesan supaya UNS dapat melakukan perubahan secara cepat sesuai kebutuhan zaman.

Presiden Jokowi tidak ingin ilmu yang diberikan perguruan tinggi kepada mahasiswanya tidak relevan lagi dengan kondisi teraktual. Ia ingin UNS menjawab tantangan ini agar Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan melek digital.

“Untuk menuju ke sini apa yang harus kita siapkan? Ya, kita harus habis-habisan. Saya ingin mengingatkan kepada UNS saat ini,” tambah Presiden Jokowi.

Hapus Program Studi Jadul

Presiden Jokowi dalam kesempatan tersebut juga meminta UNS dan perguruan tinggi lainnya untuk berani menghapus program studi yang sudah tidak relevan dengan zaman terkini alias jadul. Tidak hanya itu, pusat studi yang sudah jadul juga dimintanya untuk dihapus dan diganti dengan yang teraktual.

Ia mengatakan, saat ini ilmu pengetahuan berkembang sedemikian cepatnya dan semua negara berlomba-lomba untuk mengejarnya. Secara tersirat, Presiden Jokowi tidak ingin perguruan tinggi tertinggal dalam “perlombaan” ini.

“Pengembangan SDM harus berubah dan harus cepat. Karena yang saya sampaikan, seluruh organisasi, termasuk lembaga pendidikan tinggi dan universitas harus lincah, cepat belajar dengan perubahan-perubahan yang ada dan harus update,” tandas Presiden Jokowi.

Ia menargetkan penyiapan SDM unggul dapat dilakukan dalam waktu dua tahun saja sebelum Indonesia menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 mendatang. Jika target ini tidak tercapai, Presiden Jokowi menyebut tantangan yang akan dihadapi negara ini semakin besar.

“Habis kita kalau tidak berubah. SDM digital, digital talent harus. Karena semua kejar-kejaran. Bisa tidak lincah lho, tapi juga bisa lincah tergantung nahkodanya,” pungkas Presiden Jokowi.

Kunjungan Presiden Jokowi kali ini berbeda dengan kedatangannya pada tahun 2021 yang lalu. Pada bulan Maret ini, Presiden Jokowi secara khusus memberi arahan kepada UNS dalam puncak perayaan Dies Natalis ke-46. Humas UNS

Reporter: Y.C.A Sanjaya
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content