Prodi Agroteknologi UNS Gelar Kuliah Umum Aplikasi Bioteknologi Pertanian

Prodi Agroteknologi UNS Gelar Kuliah Umum Aplikasi Bioteknologi Pertanian

UNS — Program Studi (Prodi) Agroteknologi Fakultas Pertanian (FP) UNS menyelenggarakan kuliah umum tentang bioteknologi, Rabu (31/8/2022). Dr. Atmitri Sisharmini, S.Si., M.Si., didapuk menjadi narasumber. Ia merupakan peneliti di Pusat Riset Tanaman Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Dekan FP UNS, Prof. Dr. Ir. Samanhudi, S.P., M.Si., IPM, ASEAN Eng., dalam sambutannya mengapresiasi langkah Prodi Agroteknologi menggelar kuliah umum ini. Ia menuturkan bahwa perkembangan bioteknologi di dunia internasional sangat pesat.

“Untuk mengantisipasi ke depan terkait ketersediaan bahan pangan nasional dikaitkan dengan pertambahan jumlah penduduk yang terus terjadi dan dihubungkan juga dengan semakin berkurangnya lahan atau sawah pertanian tentu memerlukan terobosan atau inovasi yang tinggi di bidang bioteknologi,” ujar Prof. Samanhudi.

Dalam Zoom Cloud Meeting yang dihadiri lebih dari 150 orang, Dr. Atmitri memberikan kuliah umum bertajuk “Aplikasi Bioteknologi di Bidang Pertanian”. Kuliah umum kali ini juga menjadi salah satu Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) Kegiatan 1 yang digelar FP UNS.

Dr. Atmitri menjelaskan bahwa terdapat dua tipe bioteknologi, yakni bioteknologi klasik dan modern. Bioteknologi modern, berkaitan dengan topik kuliah umum, adalah aplikasi dari teknik perekayasaan genetik yang meliputi teknik asam nukleat in vitro dan fusi sel dari dua jenis atau lebih organisme di luar kekerabatan taksonomis.

Teknik Bioteknologi Rekayasa Genetika dalam Dunia Pertanian

Dalam bidang pertanian, rekayasa genetika digunakan para praktisi untuk mengatasi sexual barrier/incompatibility. Selain itu Dr. Atmitri menambahkan, rekayasa genetika turut berguna mengatasi tidak adanya sumber gen dari plasma nutfah tanaman.

“Teknologi rekayasa genetika dapat diaplikasikan untuk menghasilkan benih dan pangan yang berkualitas,” tutur Dr. Atmitri.

Tanaman biotek memberikan kontribusi besar dalam dunia pertanian. Dalam pemaparannya, Dr. Atmitri menjelaskan bahwa tanaman biotek mampu meningkatkan produktivitas tanaman atau hasil panen. Tanaman biotek juga mampu mengurangi aplikasi fungisida dan pestisida sehingga metode ini dinilai ramah lingkungan. Tanaman biotek mengurangi efek gas rumah kaca yang menjadi penyebab perubahan iklim, mempertahankan keanekaragaman hayati, hingga meningkatkan kesejahteraan petani.

“Tanaman tahan terhadap hama sehingga frekuensi penyemprotan (pestisida) menjadi berkurang. Tentunya ini biaya produksi pertanian juga semakin berkurang sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan petani,” jelas Dr. Atmitri.

Beberapa tanaman Produk Rekayasa Genetika (PRG) telah dilepas di Indonesia. Dr. Atmitri memberikan contoh diantaranya tebu transgenik toleran kekeringan di Jember, kentang bio granola tahan hama hawar daun, tomat tahan Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV) dan Cucumber Mozaic Virus (CMV), padi mekongga PRG yang efisien terhadap penyerapan pupuk nitrogen.

Teknik Bioteknologi Genome Editing

Dr. Atmitri menyampaikan bahwa genome editing merupakan sebuah metode yang menarget sekuen DNA di dalam genome suatu organisme sehingga dapat disisipi, diganti, atau dihapus dengan bantuan enzim nuclease yang berfungsi sebagai gunting molekuler.

Teknik pengeditan genom memiliki beberapa kelebihan. Sifat tanaman akan lebih presisi karena hanya gen target yang termutasi. Teknik ini juga memiliki regulasi yang tidak sulit terkait produk luarannya. Proses pengerjaan diklaim lebih cepat untuk mendapat tanaman homozigot. Hal tersebut juga berdampak pada penghematan biaya.

Beberapa contoh tanaman hasil pengaplikasian genome editing di luar negeri yaitu tomat tinggi Gamma-aminobutyric Acid (GABA) untuk mengurangi tekanan darah serta jamur anti browning

Di Indonesia sendiri para praktisi telah melahirkan tanaman padi tahan rebah (semidwarf), cabai tahan geminivirus, jeruk tahan Huang Long Bing (HLB), serta pengembangan tanaman padi yang efisien penggunaan kalium.

“Bioteknologi terbukti mampu meningkatkan produktivitas tanaman, tanaman tahan cekaman abiotik dan biotik, dan peningkatan kualitas tanaman pertanian. Bioteknologi mempunyai prospek besar untuk perbaikan tanaman pertanian,” pungkas Dr. Atmitri.

Humas UNS

Reporter: Rangga Pangestu Adji
Redaktur: Dwi Hastuti

Skip to content