Prodi Pendidikan Geografi UNS Bahas Pentingnya Memahami Geospasial Big Data

UNS — Memperingati Hari Sumpah Pemuda, Program Studi (Prodi) Sarjana (S1) dan Magister (S2) Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar webinar bertajuk “Geospasial Big Data untuk Pemodelan Sistem Informasi Geografis dan Pengindraan Jauh dalam Mitigasi Bencana”. Kegiatan berlangsung pada Rabu (28/10/2020) secara virtual melalui Zoom Clouds Meeting dan Youtube Pendidikan Geografi UNS.

Diawal sambutannya Prof. Dr. rer.nat Sajidan, M.Si menyampaikan bahwa analisis big data merupakan salah satu kemampuan yang penting untuk dimiliki generasi muda. Hal ini bermanfaat baik bagi pengelolaan data terutama dalam mengelola potensi kekayaan alam di Indonesia serta perencanaan mitigasi bencana.

“Jadi ini (analisis big data) menjadi salah satu keterampilan berpikir yang dimiliki generasi muda. Sehingga dengan keterampilan tersebut kita bisa menguasai data base kita tentang sumber daya bahkan sampai ke mitigasi bencana. Ini merupakan satu kekayaan yang luar biasa sehingga perlu kita tajamkan analisis berpikir kita sehingga kita tidak bisa diganggu dan dikuasai oleh orang asing,” tutur Prof. Ajid.

Memasuki musim penghujan persoalan bencana hidroklimatologi atau hidrometeorologi seperti banjir menjadi topik hangat. Menurut Dr. Ahmad, M.Si bencana tersebut setiap tahunnya bukan menurun tetapi meningkat. Salah satu faktor penyebabnya ialah pendekatan sistem pengaliran yang belum maksimal. Pada kesempatan ini Dosen Program Pendidikan Geografi UNS ini menyampaikan topik pendekatan sistem pengaliran untuk perumusan model pengendalian bencana hidroklimatologi atau hidrometeorologi. Fenomena yang masuk kategori bencana diantaranya adalah banjir, banjir bandang, longsor dan kekeringan. Kemudian untuk non bencana contohnya seperti erosi, air larian atau run off dan sedimentasi.

Sebagai seorang Geograf, Dr. Ahmad mengarahkan melihat peristiwa hidrometeorologi (kategori bencana atau non bencana) ini dari persepektif Daerah Aliran Sungai (DAS). Semakin banyak dan sering peristiwa hidrometeorologi yang terjadi pada suatu DAS maka DAS tersebut bisa dikatakan tidak sehat. Namun sebaliknya jika DAS tersebut sehat maka peristiwa hidrometeorologi semakin sedikit atau tidak terjadi.

Penyusunan pendekatan sistem pengaliran DAS dapat memanfaatkan data spasial. Pertama dilakukan pembuatan peta satuan lahan DAS dengan memanfaatkan peta geologi geomorfolohi, peta jenis/macam tanah, peta kemiringan lereng dan sebagainya. Kemudian membuat peta struktur DAS dengan data peta jaringan sungai dan topografi. Terakhir pembuatan sistem pengaliran DAS menggunakan data peta satuan lahan dan peta struktur DAS. Data-data tersebut kemudian disusun untuk menghasilkan data baru yang nantinya akan dianalisis. Persoalan banjir ini bukan saja memperhatikan tempat yang terkena bencana saja, tetapi bisa juga melihat daerah mana saja yang memiliki pengaruh terhadap daerah tersebut.

Selanjutnya Pemanfaatan Penginderaan jauh Geomorfologi untuk Mitigasi Bencana dijelaskan oleh Prof. Dr. Wikanti Asriningrum, M.Si selaku fungsional peneliti dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Indonesia. Sedikit berbeda dengan Dr. Ahmad yang fokus menjelaskan terkait DAS, Dr. Wikanti memberikan materi yang lebih beragam dengan menyebutkan kondisi bentang alam di dataran tinggi, pesisir serta pulau-pulau kecil di Indonesia. Kemudian ia juga menambahkan pentingnya membuat perencanaan mitigasi bencana sebelum memanfaatkan sebuah lahan.

Lebih lanjut pada pemaparan materinya, Dr. Wikanti memberikan uraian terkait SDG’s Desa (Sustainable Development Goals) untuk desa. Menurut beliau tujuan pembangunan berkelanjutan desa ini telah ditransformasikan oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia yang tersinspirasi dari SDG’s oleh PBB. Terdapat tiga poin yang bisa diwujudkan dengan memanfaatkan ilmu geografi khususnya penginderaan jauh salah satunya adalah poin 6, desa layak air bersih dan sanitasi.

Materi ketiga disampaikan oleh Dr. Nur Mohammad Farda, S. Si., M.Cs dari Universitas Gajah Mada (UGM) terkait “Spatial Big Data : Analisis, Aplikasi, dan Tantangannya di Bidang Geografi”. Fokus pemaparan materi ketiga ini ialah pemanfaatan big data dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat seperti kebiasaan menggunakan jasa antar layanan online. Pada aktivitas tersebut terdapat upaya yang bisa mencatat lokasi dari pengguna serta bisa dimanfaatkan untuk mengumpulkan data-data. Saat ini tantangan yang tengah dihadapi dalam bidang geografi ini salah satunya adalah komputasi data yang melimpah untuk bisa dimanfaatkan dengan maksimal.

Pemaparan terakhir disampaikan oleh Regina Maria Hitoyo, S.T. dari ESRI Indonesia mengulik tema ”Better Prepared for Disaster with Complete Modern GIS Platform.” Menurut beliau Geographic Information System (GIS) merupakan benang emas yang bisa menghubungkan teknologi dan data. Saat ini informasi data sangat banyak namun hanya ditampilkan atau visualisasikan saja belum dimanfaatkan dengan baik. Sehingga perlu adanya upaya untuk menganalisis dan mengolah data menjadi informasi baru yang bisa dimanfaatkan. Tidak hanya bagi mereka yang bergerak dibidang geografi saja yang bisa merasakan manfaatnya tetapi hasil analisis tersebut bisa dimanfaatkan dalam menentukan kebijakan. Salah satunya di masa pandemi seperti saat ini GIS bisa dimanfaatkan sebagai alat komunikasi dalam penanganan Covid-19. HUMAS UNS

Reporter: Ratri Hapsari
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content