Prodi Pengelolaan Hutan UNS Gelar Kuliah Umum Strategi Pengelolaan KHDTK

Prodi Pengelolaan Hutan UNS Gelar Kuliah Umum Strategi Pengelolaan KHDTK

UNS – Program Studi (Prodi) Pengelolaan Hutan Fakultas Pertanian (FP) Universitas Sebelas Maret (UNS) menyelenggarakan Kuliah Umum Strategi Pengelolaan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK). Kegiatan ini digelar secara luring di Ruang Sidang Gedung Supratoyo Fakultas Pertanian (FP) UNS pada Rabu (21/6/2023). Kuliah umum menghadirkan dua narasumber, yaitu Ketua Forum Pohon Langka Indonesia (FPLI) sekaligus Pakar Ekologi Tumbuhan, Prof. Dr. Tukirin Partomihardjo serta Peneliti di Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya, dan Kehutanan (KTKRK) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr. Iyan Robiansyah, M. Sc.

Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan Akademik Riset dan Kemahasiswaan FP UNS, Prof. Dr. Ir. Eka Handayanta, M.P., IPU., ASEAN Eng. Pada kesempatan tersebut disampaikan bahwa langkah Prodi Pengelolaan Hutan UNS menggelar kuliah umum ini patut diapresiasi. Ia menuturkan bahwa perlu adanya strategi yang tepat dalam pengelolaan KHDTK khususnya dalam mendukung upaya penyelamatan pohon langka Indonesia

Hal tersebut selaras dengan tujuan KHDTK yaitu sebagai tempat penelitian dan pendidikan. Harapannya kegiatan ini merupakan langkah awal sinergitas yang baik antara Fakultas Pertanian, khususnya Prodi Pengelolaan Hutan UNS dengan FPLI.

“Semoga terdapat kegiatan yang saling memberikan manfaat, harapannya kedepannya akan lebih banyak lagi mendatangkan narasumber yang berpengalaman dari luar agar dapat memberikan ilmu dan pengalaman yang lebih kompleks bagi mahasiswa,” ujar Prof. Eka.

Acara kemudian dilanjutkan dengan penyampaikan materi oleh Prof. Dr. Tukirin Partomihardjo, selaku Ketua Forum Pohon Langka Indonesia (FPLI) sekaligus Pakar Ekologi Tumbuhan.

“Setiap Puslitbang harus memiliki tujuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam bidangnya masing-masing dan menyelaraskan kegiatannya untuk mendukung pengelolaan hutan lestari. Harapannya Prodi Pengelolaan Hutan UNS dapat membantu pengelolaan KHDTK dan ikut berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan kehutanan tentunya dalam koridor kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang),” tutur Prof. Tukirin.

Prof. Tukirin juga menyampaikan mengenai eksistensi FPLI yang menjadi wadah untuk mendorong program konservasi pohon guna melestarikan pohon langka di Indonesia dan menyelamatkan pohon lokal yang langka serta merehabilitasi kawasan dengan pohon lokal.

“Dalam pelaksanaannya, FPLI menentukan 12 jenis tanaman prioritas yang langka di Indonesia. Kebanyakan tanaman tersebut berasal dari famili dipterocarpaceae. Upaya perlindungan pohon tersebut perlu dilakukan karena apabila satu jenis tanaman hilang maka tidak akan kembali dan mengingat pohon memiliki peranan penting bagi ekosistem hutan yang berasosiasi dengan beragam komponen lainnya, sehingga keberadaannya penting untuk dipertahankan agar dapat memberikan manfaat yang luas baik dari aspek lingkungan, ekonomi, maupun sosial-budaya,” ujar Prof. Tukirin.

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi karena letak geografis yang sangat strategis sehingga menumbuhkan suatu relung habitat yang sesuai bagi biodiversitas yang beragam. Namun, status terkini berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa keanekaragaman hayati di Indonesia mengalami ancaman yang besar. Ancaman paling besar berasal dari konversi dan degradasi lahan dan habitat, pemanenan yang tidak berkelanjutan, sehingga banyak jenis biodiversitas yang mengalami kelangkaan bahkan kepunahan.

Selanjutnya, penyampaian materi oleh Dr. Iyan Robiansyah, M. Sc. Selaku Peneliti di Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan (KTKRK) BRIN.

“Jenis yang paling terancam adalah famili dipterocarpaceae mengingat banyak dimanfaatkan dan proses regenerasi sangat rendah dan lambat. Kebun Raya BRIN mengupayakan tindakan koleksi tanaman langka. Jumlah koleksi Kebun Raya BRIN dapat dilihat di website yaitu mencapai 275 jenis atau 25,7% tumbuhan terancam punah sudah terkoleksi,” terang Dr. Iyan.

Di akhir sesi, Dr. Iyan menyimpulkan juga bahwa Pulau Jawa merupakan kawasan dengan penduduk tertinggi, yang salah satu dampak ekologinya  adalah berkurangnya tutupan hutan. Resikonya yaitu tingginya potensi kepunahan tumbuhan endemik yang mana memiliki sebaran geografis sempit, populasi sedikit dan kebutuhan yang sangat spesifik, apabila habitat hilang maka harapan pelestariannya semakin kecil. 

Humas UNS

Reporter: Rangga Pangestu Adji

Redaktur: Dwi Hastuti

Skip to content