PSPP UNS Gelar Bedah Buku “Manusia, Agama, dan Negara: Refleksi Pemikiran Gus Dur”

PSPP UNS Gelar Bedah Buku “Manusia, Agama, dan Negara: Refleksi Pemikiran Gus Dur”
PSPP UNS Gelar Bedah Buku “Manusia, Agama, dan Negara: Refleksi Pemikiran Gus Dur”

UNS — Pusat Studi Pengamalan Pancasila (PSPP) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar acara bedah buku berjudul “Manusia, Agama, dan Negara: Refleksi Pemikiran Gus Dur”, Kamis (8/4/2021) melalui Zoom Cloud Meeting.

Buku tersebut merupakan karya dari dosen S-2 Kajian Budaya Sekolah Pascasarjana UNS, Dr. Mibtadin. Acara dibuka langsung oleh Ketua PSPP LPPM UNS, Prof. Leo Agung. Dalam sambutannya, ia menyinggung soal ketokohan Alm. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang dinilainya sebagai bapak pluralisme.

Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS ini menyampaikan prinsip Gus Dur patut ditiru sebab ia menolak berdirinya negara Islam dan berpegang teguh pada ideologi Pancasila.

“Pancasila tidak hanya sebuah nama dan lambang, tetapi juga suatu sistem tata nilai yang berlaku bagi masyarakat Indonesia,” ujarnya.

Usai dibuka oleh Prof. Leo Agung, penulis buku “Manusia, Agama, dan Negara: Refleksi Pemikiran Gus Dur”, Dr. Mibtadin, memulai sesi bedah buku dengan membahas soal sosok Gus Dur yang dinilai oleh masyarakat Indonesia sebagai leading figure Nahdlatul Ulama (NU).

PSPP UNS Gelar Bedah Buku “Manusia, Agama, dan Negara: Refleksi Pemikiran Gus Dur”

Baginya, Gus Dur adalah tokoh Islam sekaligus aktivis kemanusiaan yang memiliki komitmen untuk pengembangan wacana keislaman, kemanusiaan, dan keindonesiaan.

“Gus Dur menempatkan Islam sebagai basis epistemologi untuk membangun human theology yang peka pada perubahan sosial,” jelasnya.

Dr. Mibtadin menerangkan teologi yang ditempatkan Gus Dur tersebut sebagai wacana yang memberikan apresiasi luas kepada segala hal yang baik yang bersumber dari manusia.

Dalam hal ini, wacana kemanusiaan tersebut dibangun dari Islam sebagai agama yang rahmatan lil’alamin, pandangan universalisme kosmopolitanisme Islam yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, dan penghargaan yang seutuhnya bagi kehidupan sosial.

“Teologi ini menekankan ”spiritualitas baru” sikap yang lebih mementingkan kesalehan sosial daripada kesalehan individual, yakni spiritualitas kemanusiaan,” lanjut Dr. Mibtadin.

Dalam acara bedah buku tersebut, Dr. Mibtadin, juga menegaskan pentingnya tekad dan upaya memperjuangkan sejumlah nilai dalam kehidupan bermasyarakat, seperti nilai kemanusiaan yang bersifat universal, demokrasi, HAM, pluralisme, dan civic culture.

“Dan, jangan lupa harus menekankan pada hak kaum minoritas, engaging tradition, keadilan sosial, kesetaraan gender, dan perdamaian umat manusia,” tutupnya. Humas UNS

Reporter: Yefta Christopherus AS
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content