PSPP UNS Gelar Webinar Menjadi Patriot Pancasila di Era Global-Milenial

PSPP UNS Gelar Webinar Menjadi Patriot Pancasila di Era Global-Milenial

UNS — Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November lalu, Pusat Studi Pengamalan Pancasila (PSPP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar webinar nasional bertajuk “Menjadi Patriot Pancasila di Era Global-Milenial”. Webinar tersebut berlansung secara daring yaitu melalui Zoom Could Meeting pada Sabtu (13/11/2021). Sejumlah narasumber ternama mengisi webinar tersebut. Mereka di antaranya Dr. Sarbini, M.Ag., Dr. Sarbini, M.Ag., dan Dr. Mibtadin, S.Fil.I., M.S.I.

Acara webinar nasional dibuka oleh Prof. Dr. Leo Agung S., M.Pd., selaku Kepala PSPP UNS. Dalam acara webinar tersebut, ketiga narasumber menyampaikan pendapatnya masing-masing. Dr. Sarbini misalnya. Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta ini menilai bahwa perbedaan pemahaman antara beragama di ruang publik dan beriman di ruang privat sering mengalami benturan terhadap Pancasila.

Padahal, keberagaman di ruang publik sejatinya harus mengutamakan kehidupan bersama. Begitu pun dengan ber-Pancasila di ruang publik. Oleh karena itu, ber-Pancasila di ruang publik seharusnya selaras dengan nilai-nilai agama. Sehingga benturan di antara keduanya dapat diminimalisir.

“Pancasila perlu dimaknai dalam keseharian melalui praktis keagamaan yang menjunjung kebersamaan atas segala perbedaan yang ada. Sehingga agama dapat menjadi landasan etik untuk berkembangnya kebangsaan yang baik dalam ruang publik yang sehat,” papar Dr. Sarbini, M.Ag.

Berbeda dengan Dr. Sarbini yang menganjurkan untuk memaknai nilai-nilai pancasila melalui praktis keagamaan, Dr. Winarno, M.Pd selaku Kepala Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS menyampaikan bahwa hakikatnya Pancasila adalah nilai/ value yang bersifat realitas abstrak dan melekat pada objek. Bahkan ada juga yang menyebutnya sebagai The Five Principles.

PSPP UNS Gelar Webinar Menjadi Patriot Pancasila di Era Global-Milenial

“Sedangkan konkretisasi dari nilai adalah norma,” ungkap Dr. Winarno, M.Pd.

Sementara itu, pandangan lain juga dipaparkan oleh Peneliti PSPP UNS, Dr. Mibtadin. Menurutnya, nilai keagamaan yang disebut dengan tawasut perlu dikembangkan dan mengembangkan Pancasila bisa dilakukan melalui pendidikan.

Oleh karena itu, di Era Global-Milenial ini pemahamam tentang Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945 bisa dilakukan melalui pemanfaatan Information Technology (IT). Sebagai contoh dengan memberikan konten yang kreatif dan up to date seperti vlog atau tik tok sehingga mampu terkoneksi dengan generasi milenial.

Selain itu, pembentukan karakter juga perlu diberikan sejak dini, Hal tersebut dapat dilakukan melalui keterlibatan generasi milenial dalam komunitas Pancasila, Ihya a-turats Pancasila dan wawasan kebangsaan seperti semangat bersatu, menghormati perbedaan, rela berkorban, pantang menyerah, patriotisme, nasionalisme, optimisme, harga diri, kebersamaan, dan percaya pada diri sendiri.

Pembentukan karakter juga sebaiknya melibatkan budaya dan tradisi yang dimiliki. Tujuannya agar generasi milenial tidak kehilangan identitas diri. Upaya tersebut bisa dilakukan dengan memperkenalkan Pancasila sebagai ideologi negara melalui pendidikan formal.

“Bisa juga dengan mengembangkan wawasan kebangsaan dan Pancasila melalui lembaga pendidikan, literasi kebangasaan, buku-buku sejarah,” pungkas Dr. Mibtadin. Humas UNS

Reporter: Alinda Hardiantoro
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content