Rektor Resmikan Gerbang Garuda Yaksa FEB UNS

Rektor Resmikan Gerbang Garuda Yaksa Milik FEB UNS

UNS — Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum. meresmikan Gerbang Garuda Yaksa milik Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNS, Jumat (10/6/2022) malam. Peresmian ini juga bertepatan dengan penyelenggaraan pagelaran budaya FEB UNS yang dilaksanakan di halaman Gedung Djarwanto FEB UNS.

Sementara itu peresmian Gerbang Garuda Yaksa FEB UNS dilakukan secara langsung oleh Rektor UNS, Prof. Jamal Wiwoho dan Dekan FEB UNS, Prof. Drs. Djoko Suhardjanto, M.Com.(Hons)., Ph.D., Ak. yang ditandai dengan penandantanganan prasasti.

“Saya turut bahagia atas berdirinya Gerbang Garuda Yaksa FEB UNS. Semoga dengan berdirinya Gerbang Garuda Yaksa FEB UNS dapat menjadi berkah dan dirahmati oleh Allah SWT,” ucap Prof. Jamal.

Dekan FEB UNS, Prof. Djoko pun turut senang atas berdirinya Gerbang Garuda Yaksa FEB UNS. Prof. Djoko mengatakan penamaan kata “Yaksa” diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti seorang setengah dewa yang bisa menembus langit. Maka, diharapkan lulusan FEB UNS dapat menembus langit.

“Gerbang ini terdapat 8 pilar yang menunjukkan hastabrata. Hastabrata diambil dari bahasa Sansekerta. “Hasta” berarti delapan dan “brata” artinya perilaku atau tindakan pengendalian diri. Dengan demikian, Gerbang Garuda Yaksa berarti seorang setengah dewa yang bisa menembus langit dengan berbasis pada 8 pilar. Adapun hastabrata sendiri melambangkan kepemimpinan dengan delapan unsurnya yaitu, bumi, matahari, api, samudera, langit, angin, bulan, dan bintang. Setiap unsur hastabrata memiliki arti karakteristik ideal dari seorang pemimpin. Maka dari itu, gerbang ini juga menjadi lambang kepemimpinan yang ideal,” terang Prof. Djoko dalam sambutannya.

Adapun makna delapan nilai luhur hastabrata sebagaimana yang diungkapkan Prof. Djoko meliputi bumi sebagai tempat kehidupan, bumi menyediakan kebutuhan dasar makhluk hidup. Seperti bumi, pemimpin harus mampu untuk memberi tanpa pamrih pada masyarakat dan menjadi tempat pertama yang bisa diandalkan.

Kemudian matahari, cahaya matahari membantu makhluk hidup untuk tumbuh dan berkembang. Maka, seorang pemimpin harus mampu memberikan energi dengan terus menerus berbuat baik untuk orang lain.

Lalu, Api. Sifat api yang spontan namun stabil mencerminkan sifat pemimpin yang berani dan memiliki keyakinan kuat. Selain itu sebagai pemimpin ketika menghadapi masalah harus tegas dan berani dalam mengambil keputusan.

“Samudra. Samudra layaknya hilir semua sungai. Meski tidak semua sungai membawa air yang bersih, namun samudra tetap menerima air dari sungai manapun. Maka, belajar dari samudra pemimpin haruslah menjadi sosok yang mampu membuka mata dan pikiran secara luas. Menerima pendapat dari sekitar sebagai tanda kepedulian pada orang lain,” ujar Prof. Djoko.

Kemudian langit. Langit merupakan atap bagi bumi. Ia menjadi simbol bagi luasnya ilmu pengetahuan. Maka seorang pemimpin disimbolkan memiliki kompetensi, kemampuan, dan kecakapan yang dapat diajarkan pada orang lain. Lalu angin. Angin dapat berhembus di mana saja. Maka menjadi pemimpin keberadaan dan pengaruhnya harus bisa dirasakan oleh sekitarnya. Pemimpin bukan sebagai simbol kekuasaan. Ia adalah seseorang yang terjun untuk menghadapi masalah dan peduli pada kondisi yang dihadapi.

Lalu bulan. Bulan hanya muncul dan bisa dipandang pada malam hari. Maka layaknya bulan, kemunculan pemimpin haruslah menjadi sosok yang memberikan kedamaian dan kenyamanan pada sekitarnya.

“Yang kedelapan Bintang. Bintang mampu memberikan arah mata angin pada mereka yang membutuhkan. Maka pemimpin harus bisa menjadi pengarah, inspirasi, dan pedoman bagi lingkungan sekitarnya. Humas UNS

Reporter: Lina Khoirun Nisa
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content