Saran Ahli Gizi RS UNS Soal BTS Meal: Batasi Asupannya dan Tidak Dikonsumsi Berlebihan

Saran Ahli Gizi RS UNS Soal BTS Meal: Batasi Asupannya dan Tidak Dikonsumsi Berlebihan

UNS — BTS Meal yang merupakan menu anyar hasil kolaborasi antara salah satu perusahaan makanan cepat saji asal Amerika Serikat (AS) dengan boyband asal Korea Selatan (Korsel), BTS, telah dirilis di Indonesia pada Rabu (9/6/2021) lalu. Di hari pertama penjualannya, banyak orang rela mengantri berjam-jam untuk membeli BTS Meal. Fenomena ini sampai menjadi viral di media sosial.

Akibat animo yang luar biasa -sampai orang yang tidak menyukai K-Pop terbawa penasaran- banyak orang, termasuk para kreator konten, ramai-ramai me-review dan memborong BTS Meal untuk dijadikan konten. Seperti yang dilakukan Sisca Kohl yang memborong 40 BTS Meal dan mengunggah videonya di TikTok.

Walau menu anyar ini sangat dinantikan oleh penggemar setia BTS, ARMY, nyatanya BTS Meal tetaplah junkfood yang konsumsinya harus dibatasi dan tidak boleh dimakan secara terus menerus. Hal ini dijelaskan langsung oleh ahli gizi Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Banun Ma’rifah Fathsidni, S. Gz.

Ia mengatakan sebaiknya orang-orang membatasi asupannya dan tidak mengonsumsi BTS Meal secara berlebihan. Sebagai informasi, dalam sepaket BTS Meal terdapat sembilan potong nugget ayam, kentang goreng, minuman bersoda, saus cabai manis, dan saus cajun.

Banun mengatakan, kandungan natrium dan kalori yang tinggi pada BTS Meal yang termasuk junkfood, berisiko meningkatkan tekanan darah dan kadar gula darah yang berakibat pada hipertensi, obesitas, dislipidemia, aterosklerosis, risiko penyakit jantung dan diabetes mellitus.

“Sehingga mungkin sebaiknya tidak mengonsumsi lebih dari satu paket dalam sehari sebagai upaya mencegah kelebihan asupan natrium dan kalori,” ujar Banun, Jumat (11/6/2021).

Ia juga menambahkan, kandungan serat yang sedikit dalam BTS Meal menunjukkan risiko asupan gizi yang tidak seimbang. Sebaiknya asupan gizi bervariasi dan berpedoman pada prinsip gizi seimbang dengan memperhatikan asupan serat, vitamin, dan mineral lain dari sayur dan buah-buahan.

Selain itu, Banun menyampaikan asupan karbohidrat dari kentang dan tepung juga berisiko meningkatkan kadar gula darah, terutama pada penderita diabetes mellitus.

Kentang merupakan salah satu sumber makanan karbohidrat yang masuk kategori indeks glikemik tinggi (kentang rebus=78). Banun menjelaskan indeks glikemik merupakan salah satu indikator yang menunjukkan kecepatan makanan diproses menjadi sumber gula dalam tubuh. Semakin tinggi indeks glikemik makanan, maka semakin tinggi risiko terjadinya kenaikan kadar gula darah.

“Jika dalam sehari kita mengonsumsi satu paket BTS Meal, maka zat gizi yang kurang dalam asupan sehari itu antara lain vitamin, mineral, dan serat. Zat gizi tersebut dapat diperoleh dengan konsumsi sayur dan buah-buahan yang tinggi serat, seperti sayuran hijau, dan buah segar yang tinggi kandungan kalium,” tambahnya.

Banun secara spesifik juga menerangkan kandungan gizi yang terdapat di beberapa makanan BTS Meal. Seperti kentang goreng ukuran medium yang terdapat 320 kkal, dengan lemak 15 gr, dan natrium 260 mg. Dan, kandungan sembilan potong McNuggets sekitar 375 kkal, lemak 22,5 gr, dan natrium 750 mg.

Ia mencontohkan, berdasar Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 28 Tahun 2019 yang mengatur soal angka kecukupan gizi per individu, pada seorang perempuan dewasa berusia 19-29 tahun, anjuran kebutuhan per individu per hari adalah 2.250 kkal energi, 360 gr karbohidrat, 60 gr protein, 65 gr lemak, dan 1.500 mg natrium.

“Secara sederhana, asupan energi yang dikonsumsi per individu dalam satu paket (McNuggets, French Fries, Cola medium size) tersebut sekitar 845 kkal, 37,5 gr lemak (58% AKG), dan 1.050 mg natrium (70% AKG). Angka tersebut cukup tinggi untuk asupan satu waktu makan,” terang Banun.

Ia menambahkan, pada asupan natrium yang mencapai 70% dari anjuran kebutuhan per hari, jika konsumsinya berlebihan maka akan berisiko hipertensi. Banun mengatakan jumlah tersebut belum termasuk kandungan natrium yang ada dalam saus. Jika dihitung, maka asupan natrium hampir memenuhi kuota anjuran konsumsi harian per individu.

“Banyak studi yang telah meneliti mengenai kaitan junkfood dengan obesitas pada anak-anak. Konsumsi makanan tinggi kandungan natrium dapat meningkatkan selera makan anak, namun kenaikan nafsu makan tersebut juga berakibat terhadap tingginya konsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi kalori. Beberapa studi menunjukkan bahwa semakin tinggi konsumsi fastfood dan minuman manis, maka semakin tinggi kemungkinan anak tersebut mengalami kelebihan berat badan atau obesitas,” katanya.

Saat ditanya mengenai kandungan gizi pada saus cabai manis dan saus cajun dalam BTS Meal, ia secara khusus menyoroti kandungan kalori yang disuplai oleh komposisi gula dan sirup glukosa.

“Namun, pada saus cajun terdapat kandungan madu dan telur juga kuning telur. Kandungan gula pada madu dapat menyumbang kalori yang lebih besar dibandingkan saus cabe manis. Kemudian kandungan telur secara umum mengandung lemak, kolesterol yang juga menyumbang kalori cukup besar. Untuk 1 butir telur ayam mengandung sekitar 75 kalori,” ujar Banun.

Asupan pengganti

Banun  mengatakan ada banyak alternatif sumber karbohidrat, protein, dan lemak yang bisa dijadikan subtituent dari makanan fastfood.

Misalnya, sebagai pilihan sumber karbohidrat bisa mengonsumsi umbi-umbian, gandum, dan bijian-bijian lain seperti, singkong, ubi jalar, kentang hitam, jagung, havermout, makanan olahan tepung yang minim gula tambahan.

Sedangkan, untuk alternatif sumber protein, dapat mengonsumsi lauk hewani seperti daging sapi, ayam, kambing, ikan air tawar, ikan laut yang tinggi kandungan lemak tak jenuh seperti salmon, tuna, dan tongkol,  ditambah dengan seafood lainnya.

Selain itu, asupan protein lain dapat diperoleh lewat lauk nabati dari jenis kacang-kacangan, seperti kacang kedelai, tahu, dan tempe yang mengandung isoflavone sebagai antioksidan.

“Asupan kalori lain juga dapat diperoleh dari sayuran dan buah-buahan sebagai sumber karbohidrat, serat, vitamin, dan mineral lainnya.”

Walau BTS Meal berhasil menyedot perhatian masyarakat, namun Banun tetap mengingatkan masyarakat soal pentingnya gaya hidup sehat. Ia mengatakan hal itu dapat dimulai dengan memperhatikan pola makan, menerapkan prinsip gizi seimbang, membiasakan mengonsumsi cukup sayur dan buah, mengonsumsi makanan yang beragam, dan meningkatkan aktivitas fisik dengan olahraga, terutama di masa pandemi.

“Karena di masa pandemi ini kita semua semakin menyadari betapa mahalnya harga kesehatan, tubuh yang sehat,” pungkasnya. Humas UNS

Reporter: Yefta Christopherus AS
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content