Semantiks 2021: Melihat Prospek Pengembangan Ilmu Linguistik dan Potensi Karirnya

UNS — Sebagai pemateri dalam acara Seminar Nasional Linguistik dan Sastra (Semantiks) 2021, Dr. Ganjar Harimansyah Wijaya, M.Hum menyampaikan prospek pengembangan linguistik dan potensi karir linguis. Materi tersebut sesuai dengan tema Semantiks 2021 yang bertajuk ’Prospek Pengembangan Linguistik dan Kebijakan di Era Kenormalan Baru’. Ganjar menuturkan bahwa secara analisis wacana kritis, kata prospek dan pengembangan dalam tema tersebut membawa implikasi yang perlu untuk diperhatikan.

Apabila ditarik lebih jauh, sejarah telah membuktikan bahwa ilmu yang bersifat dinamis memiliki potensi untuk terus berkembang, salah satunya adalah ilmu linguistik. Perkembangan ilmu linguistik tidak terlepas dari upaya para linguis dalam mengembangkan ilmu linguistik.

“Linguistik itu memang akan berkembang dan berprospek, termasuk dalam potensi karir para linguis itu sendiri,” ungkap Ganjar dalam acara Semantik 2021, Sabtu (5/6/2021).

Mengutip nasehat dari Prof. Mien Achmad Rifai, Ganjar mengatakan bahwa salah satu cara untuk melihat perkembangan ilmu pengetahuan adalah melihat dari kuantitas dan kualitas jurnal ilmiah yang terpublikasi.

Dalam bidang linguistik, linguistik terapan menjadi tren jurnal bidang bahasa dan linguistik di tingkat dunia. Begitupun di kawasan Asia termasuk Indonesia. Di Indonesia, jurnal lingusitik terapan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menduduki posisi pertama dalam tren jurnal bidang bahasa dan linguistik. Tren jurnal ilmiah tersebut menunjukkan bahwa subjek dan objek dalam linguistik terus berkembang.

Perkembangan Ilmu Linguistik Kontemporer

Saat ini, perkembangan ilmu linguistik semakin menarik perhatian, khususnya ilmu linguistik yang bersinggungan dengan ilmu lainnya, seperti psikologi, filsafat, antropologi, neurologi, dan sosiologi. Cabang ilmu tersebut disebut dengan linguistik terapan. Perkembangan ilmu linguistik terapan telah mengkaji bagaimana bahasa tersimpan dalam pikiran atau otak manusia. Selain itu, cabang ilmu linguistik tersebut juga melahirkan kajian mengenai bagaimana bahasa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia di kehidupan sehari-hari. Bahkan di era kenormalan baru pasca wabah Covid-19 melanda, objek pengkajian ilmu linguistik terapan terus berkembang.

“Linguistik terapan memang menjadi tren tertinggi di dalam kajian-kajian linguistik kontenporer. Bahkan bahasa hubungannya dengan komputer juga menjadi tren, maka tidak salah jika tahun 2000-an linguistik komputasional sangat berkembang,” tutur Ganjar.

Kajian linguistik terapan lainnya adalah neurolinguistik yang telah bekerja sama dengan para ahli saraf yang menangani penyakit struk, alzaimer, dan penyakit bawaan lainnya yang diakibatkan oleh kerusakan otak. Cabang kajian dari ilmu linguistik terapan berikutnya adalah variasi dan perubahan bahasa, mesin penerjemah, psikolinguistik, bahasa dan gender, dan dokumentasi bahasa.

Potensi Karir Linguis yang Semakin Luas

Perkembangan ilmu linguistik juga membuka potensi karir bagi liguis. Seorang linguis dapat berkarir sebagai ahli patologi wicara, pengembangan kecerdasan buatan, ahli kriptanalisis, ahli linguistik forensik, dan konten kreator. Selain itu. sebagai negara yang kaya akan Bahasa Daerah, yakni 718 bahasa dengan 778 sub dialeknya, Indonesia membutuhkan pakar linguis dalam melindungi eksistensi Bahasa Daerahnya. Hal tersebut menjadi peluang karir yang besar bagi para linguis.

“Pakar linguis yang ahli secara teori di bidang dokumentasi bahasa, revitalisasi bahasa, dan pemetaan bahasa ini banyak, tetapi linguis yang juga praktisi di lapangan terbilang sangat sedikit,” imbuhnya.

Ganjar juga mengajak para akademisi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta untuk mengkaji vitalitas bahasa. Menurutnya kajian mengenai vitalitas bahasa sangat penting karena dapat mengkaji kemampuan bahasa untuk hidup dan tumbuh berkembang di dalam masyarakat. Selain itu, vitalisasi bahasa juga mengkaji tentang implikasi bahasa dalam pelestariannya. Kajian tersebut menjadi penting karena adanya sebagian bahasa yang diisukan terancam punah.

“Sebelum bahasa tersebut ditangani, yaitu apakah dikonservasi atau direvitalisasi atau cukup didokumentasikan, ini perlu ada kajian sebelumnya yang dinamakan kajian vitalitas Bahasa,” jelas Ganjar. Humas UNS

Reporter: Alinda Hardiantoro
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content