Seminar Energi: Optimalisasi Pengelolaan Energi Bisa Jamin Ketahanan Energi Nasional

Seminar Energi

P_20151109_092818

Energi mempunyai peranan yang sangat penting dan menjadi kebutuhan dasar dalam pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan. Oleh karena itu, energi harus digunakan secara hemat, rasional dan bijaksana agar kebutuhan energi pada masa sekarang dan yang akan datang dapat terpenuhi.

Atas dasar itulah Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret, yang pada kegiatan ini diselenggarakan oleh Prodi Teknik Industri dan Prodi Teknik Elektro UNS, bekerja-sama dengan Dewan Energi Nasional (DEN) dan media online energipos.com menyelenggarakan seminar energi dengan tema “Optimalisasi Pengelolaan Energi untuk Menjamin Ketahanan Energi Nasional”, Senin (9/11/2015). “Tujuan dari seminar ini adalah media komunikasi antara peneliti di perguruan tinggi, praktisi, kemudian pemerhati di bidang energi lingkungan dengan pemangku kebijakan dari pemerintah agar memperoleh gambaran yang komperehensif mengenai kondidi energi dan upaya-upaya dalam mengamankan pasokan energi ke depan,” ujar Wahyudi Sutopo selaku ketua panita dalam sambutannya.

Berlangsung di Ruang Seminar Utama FT UNS, hadir sebagai pembicara utama mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro. Dalam kesempatannya, Purnomo menekankan bahwa konsentrasi ke energi terbarukan lebih baik bagi Indonesia daripada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). “Indonesia sesungguhnya memiliki modal dasar yang kuat untuk menjamin ketahanan energi dalam jangka panjang dengan potensi energi terbarukan yang luar biasa khususnya panas bumi, tenaga air, tenaga surya dan energi laut,” papar Purnomo. Energi terbarukan ini tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia, sehingga dapat dikembangkan dengan melibatkan masyarakat lokal.

Selain itu, energi terbarukan dianggap bersih dan tidak menimbulkan polusi serta tidak memiliki resiko yang berbahaya dibandingkan dengan PLTN. Biaya produksi energi terbarukan pun saat ini sudah jauh lebih rendah dibandingkan beberapa tahun lalu sehingga menjadi makin kompetitif dengan energi fosil. Purnomo berharap bahwa dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang dalam waktu dekat akan ditetapkan oleh Dewan Energi Nasional, pangsa energi terbarukan dapat dioptimalkan dengan instrumen kebijakan yang jelas dan kondusif untuk percepatan pengembangannya.

Saat membatalkan kebijakan pembangunan PLTN di Semenanjung Muria, Purnomo merasa lega. Pasalnya, pada 23 Oktober 2015, tak jauh dari lokasi tersebut terjadilah gempa dengan kekuatan 5,3 Skala Richter. “Alhamdulillah saya sangat bersyukur tidak menetapkan kebijakan itu. Kalau sudah jadi dibangun dan ada gempa, pasti saya salah seorang yang bakal dihujat,” ujarnya. Dulu, rakyat setempat merasa keberatan jika daerahnya dibangun PLTN. “Suara rakyat kan suara Tuhan, jadi kalau mereka merasa keberatan, ya kita tidak jadi membangun PLTN disana,” paparnya lagi.

Seminar tersebut dilanjutkan dengan diskusi panel. Menghadirkan 3 narasumber yakni Rinaldi Dalimi selaku Guru Besar UI dan Anggota DEN, Ronggo Kuncahyo selaku Staf Ahli Menteri ESDM, dan Muhammad Nizam selaku Guru Besar Teknik Tenaga Listrik UNS. Menurut Rinaldi, PLTN hingga sekarang belum memiliki peluang, karena sedikitnya ada lima faktor yang menjadi kendala pembangunan PLTN. Kendala tersebut meliputi Batan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) belum siap menyediakan Sumber Daya Mausia (SDM), belum siap menyediakan bahan bakar nuklir, dan belum siap dalam menangani teknologi pengayaan uranium Indonesia masih memiliki potensi energi terbarukan yang aman, murah dan melimpah sampai saat ini Seperti energi surya, tenaga air, panas bumi, tenaga angin serta mikrohidro. “Jika dikelola dengan baik tidak hanya memenuhi kebutuhan akan listrik di Indonesia akan tetapi mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil. Dan nuklir merupakan pilihan terakhir,” tutup Rinaldi.[](red.uns.ac.id)

Skip to content