Substansi dan Respons Reviewer Artikel Ilmiah ala Webinar PWK UNS

UNS – Program Studi (Prodi) Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar webinar Penulisan Artikel Ilmiah melalui aplikasi Zoom dan siaran langsung kanal Youtube Fakultas Teknik (FT) UNS, Selasa (16/6/2020). Dimoderatori oleh Dr. Paramitha Rahayu, webinar tersebut menghadirkan dua pemateri dari Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) Institut Teknologi Bandung (ITB) yaitu Dr. Delik Hudalah dan Dr. Fikri Zul Fahmi.

Di hadapan ratusan peserta, Dr. Delik mengulas perihal Struktur dan Substansi Artikel Ilmiah, khususnya pendahuluan (introduction) sebagai bagian krusial dalam artikel ilmiah. Ia pun menjelaskan, thesis statement atau pernyataan tesis menjadi hal paling sentral dalam pendahuluan maupun artikel keseluruhan meski dalam praktiknya tidak eksplisit tertulis. Sebab, thesis statement memuat argumen pokok penulis yang harus dipegang sepanjang penulisan artikel hingga mampu menggugah minat pembaca.

“Misal diminta menggambarkan makalah atau artikelmu dalam satu kalimat, maka itu ada pada thesis statement. Dengan thesis statement yang bagus, setidaknya secara teknik presentasi bisa dikatakan setengah masalah selesai. Karena dia mengkomunikasikan ide dari makalah kita, memberi arah ke mana makalah kita, dan menjelaskan posisi kita. Posisi kita harus jelas, thesis statement kita pun harus tajam dan bisa jadi mendorong antitesis dari peneliti lain,” ujarnya.

Selain thesis statement, judul menjadi hal penting dalam penulisan artikel ilmiah. Meskipun tidak sentral, judul memiliki peran dan fungsi objektif sekaligus subjektif.

Secara umum, kata Dr. Delik, dalam fungsi objektif judul harus informatif dan menggambarkan isi artikel sesungguhnya. Kemudian, judul artikel ilmiah harus efektif dan efisien. Artinya, hal yang tidak esensial dan terlampau teknis tidak perlu dimasukkan. Misalkan kata-kata metodologis seperti ‘studi’ dan ‘identifikasi’ yang pasti menjadi proses penulisan semua artikel ilmiah. Sebab, judul yang baik adalah judul yang tidak terlalu umum tetapi juga tidak terlampau spesifik hingga mengulas metodologinya.

“Yang penting juga, untuk judul gunakan kata kunci yang searchable dan populer di Google. Jangan gunakan diksi yang secara budaya terlalu personal dan hanya dipahami di komunitas atau negara kita saja. Sementara dari sisi subjektif, judul harus menarik. Bisa dihubungkan dengan isu terkini,” tutur Dr. Delik.

Dalam proses pendaftaran jurnal atau artikel ilmiah, tentu ada penolakan maupun revisi dari reviewer (pengulas) dan editor. Dr. Fikri Zul Fahmi pada kesempatan tersebut, menyampaikan beberapa tips dalam merespons surat keputusan atas jurnal atau artikel yang dikirim.

Pertama, ketika menerima surat keputusan, penulis jangan langsung merevisi. Sebelum itu, tunggu beberapa waktu, bersikap tenang, lalu buat beberapa rencana untuk merespons.

Kemudian, penulis dapat membaca komentar serta masukan yang diberikan reviewer dan tandai hal-hal penting. Jika komentar pendek, penulis cukup menyalin komentar tersebut dan membubuhkan respons pada lokasi revisi. Akan tetapi, jika banyak maka sebaiknya penulis membuat tabel respons.

“Ini supaya kita fokus pada apa yang diminta, bukan pada apa yang tidak diminta reviewer. Setiap komentar mereka, harus kita respons. Namun, sebelum menyampaikan respons kita harus berterima kasih terlebih dahulu,” terang Dr. Fikri

Untuk hal-hal yang disarankan reviewer, penulis sebaiknya mengikutinya. Akan tetapi jika penulis memiliki cara pandang lain, dengan sopan dapat menyampaikan argumentasi tentang alasan penolakan saran tersebut. Sementara jika artikel ditolak, tetap revisi artikel tersebut sebisa mungkin. Sebab ketika dikirimkan ke jurnal yang lain, ada peluang reviewernya sama dari jurnal sebelumnya. kemudian cari jurnal yang lain, yang lebih cocok.

“Ketika ditolak, ini bukan akhir dari segalanya dan bukan berarti artikel yang dikirim buruk. Tetapi belum cocok dengan jurnal yang dituju, belum waktunya. Kita bisa pertimbangkan dan revisi dulu sebelum dikirim ke jurnal lain,” tutupnya. Humas UNS/Kaffa/Dwi

Skip to content