SV UNS Usung Tema Coping with The New Normal dalam Coaching Corner

UNS-Mengusung tema Coping with The New Normal, Sekolah Vokasi (SV) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta kembali mengadakan Vocational Coaching Corner. Kegiatan ini dilaksanakan pada Jumat (5/6/2020) melalui aplikasi Zoom Meeting yang diikuti oleh lebih dari 200 peserta aktif dari berbagai daerah. Dalam Coaching Corner seri ke-4 ini menghadirkan Ovide Decroly Wisnu Ardhi,M.Eng. yang merupakan dosen D-3 Teknik Informatika UNS dan Jauhari, M.Sn., dosen D-3 Desain Komunikasi Visual UNS.

Dalam acara ini, Ovide menyampaikan materi yang sesuai dengan bidangnya, yakni Peluang dan Tantangan Pembelajaran Daring sebagai Media Transformasi Merdeka Belajar. Berbeda dengan Jauhari yang membawakan materi Aplikasi Virtual Photoshoot untuk Meningkatkan Penjualan Produk Secara Online.
Pandemi Covid-19 membuat berbagai kegiatan diubah menjadi daring, termasuk kegiatan belajar-mengajar. Pada akhir tahun 2019, Kementerian Pendidikan juga mulai mencanangkan Merdeka Belajar bagi mahasiswa. Tentu pada masa pandemi seperti ini terdapat tantangan tersendiri untuk mewujudkan merdeka belajar melalui pembelajaran daring.

Ovide menyampaikan bahwa akan ada 8 kegiatan kampus merdeka, yakni magang, proyek di desa, mengajar di sekolah, pertukaran mahasiswa, penelitian, kegiatan wirausaha, proyek independen, dan proyek kemanusiaan.
“Kegiatan magang ini dapat dilakukan di berbagai instansi maupun perusahaan, magang yang diwacanakan juga dapat berlangsung selama beberapa semester. Lalu dapat didukung dengan kegiatan kewirausahaan berupa pengembangan wirausaha secara mandiri oleh mahasiswa yang dibuktikan dengan proposal kegiatan kewirausahaan yang dilakukan. Lalu mahasiswa juga dapat mengambil kelas atau semester di perguruan tinggi luar maupun dalam negeri yang nantinya dapat dikonversikan,” ungkapnya.

Saat ini pembelajaran dilakukan secara daring hingga sekolah maupun perguruan tinggi mulai membuka kembali aktivitas belajar mengajar. Hal ini memiliki peluang untuk pengembangan teknologi yang ada. Model penerapan teknologi tersebut memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan seperti persepsi kegunaan penggunaan, perspektif kemudahan penggunaan, sikap terhadap pengaplikasian, perilaku untuk menggunakan, pengaplikasian sistem, user experince, dan pembiayaan.

“Kemudahan penggunaan dapat meyakinkan pengguna bahwa teknologi informasi yang akan diaplikasikan adalah suatu hal yang mudah, bukan beban bagi mereka. Lalu yang tak kalah penting adalah user experience, misal saja ringan dan cepat saat dibuka, menu navigasi simple serta mudah dipahami, desain konsisten, serta memuat informasi yang penting pada layar aplikasi. Kemudian pembiayaan juga harus diperhatikan dalam membangun sebuah sistem agar mampu meningkatkan sistem tersebut,” paparnya.

Selain aktivitas pada sektor pendidikan, sektor ekonomi juga terganggu sejak pandemi melanda Indonesia. Salah satu hal yang bisa dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari ialah dengan bertransaksi secara daring. Dalam menarik konsumen, pelaku usaha harus mampu memaksimalkan tampilan visual dari produk yang akan dijual. Proses fotografi tentu melibatkan banyak orang, terutama fotografi komersial yang meliputi foto produk, pemotretan model, pemotretan event, dan sebagainya.

Jauhari mengungkapkan salah satu cara yang dikakukan oleh fotografer dalam menghadapi new normal ini ialah dengan virtual photoshoot atau pemotretan virtual.
Virtual photoshoot merupakan Teknik pemotretan yang mengandalkan teknologi internet dengan aplikasi sosial media seperti Facetime, Zoom, Google Duo, Whatsapp, Skype, dan lain sebagainya. Jadi, mengambil objek foto melalui tampilan layar dari objek foto yang terlihat dari perangkat layar komputer atau gawai. Peralatan yang dibutuhkan juga tidak sebanyak pemotretan konvensional,” jelas Jauhari.

Dalam proses virtual photoshoot, fotografer tidak berhadapan langsung dengan objek foto sehingga sulit untuk memperoleh feel agar dapat menghasilkan foto yang memiliki nilai artistic dan estetik tinggi. Selain kendala tersebut, hal yang menjadi kendala yakni sinyal internet dan kemampuan gear yang dimiliki oleh pihak yang akan melakukan pemotretan membutuhkan waktu lebih lama.

Jauhari juga menjelaskan bahwa virtual photoshoot ini tidak akan menggeser pemotretan secara langsung, melainkan hanya alternatif selama pandemi ini berlangsung.
“Langkah yang dilakukan dalam melakukan virtual photoshoot ini tidak jauh berbeda dari yang dilakukan secara langsung. Kita harus mencari spot yang pencahayaannya bagus, jika di dalam ruang sebaiknya menggunakan pencahayaan natural dari cahaya pintu atau jendela. Produk yang akan difoto dapat dipotret menggunakan kamera, setelah itu dilakukan proses editing agar foto yang dihasilkan semakin bagus,” tutupnya.Humas UNS/Bayu

Skip to content