Tarik Ulur Produksi dan Konsumsi Beras, KSI FP UNS Gelar Semnas Ketahanan Pangan

UNS – Nasi sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia menimbulkan dilema tarik ulur antara kebutuhan produksi dan konsumsi. Ketergantungan masyarakat Indonesia mengonsumsi nasi dan ketersediaan produksi beras untuk mencukupi kebutuhan tersebut tentunya memiliki dampak besar terhadap ketahanan pangan di Indonesia. Kelompok Studi Ilmiah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (KSI FP UNS) Surakarta menggelar seminar nasional untuk mengajak masyarakat, khususnya para mahasiswa, agar paham dan peduli terhadap kondisi pertanian di Indonesia.

Seminar nasional ini mengangkat tema “Dilema Beras; Ketahanan Pangan Vs Ketergantungan” dan diselenggarakan pada Sabtu (24/11/2018) di Aula Gedung B FP UNS. Pemukulan gong oleh Dekan FP UNS, Bambang Pujiasmanto, menandakan resmi dibukanya acara.

KSI FP UNS mengundang para ahli yang profesional dalam bidangnya untuk menjelaskan keadaan dan problem pangan di Indonesia, yaitu Triyana selaku Direktur Keuangan Perusahaan Umum Badan Usaha Logistik (Bulog), Tono selaku Kepala Subbidang Sumber Daya Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia, dan Ernoiz Antriyandarti selaku Dosen Agribisnis FP UNS. Seminar dimoderatori oleh Arifah Efiyanti, finalis mahasiswa berprestasi diploma tingkat nasional perwakilan UNS.

Direktur Keuangan Perum Bulog menyampaikan bahwa angka konsumsi beras di Indonesia tertinggi ketiga di dunia, sedangkan angka ketahanan pangannya berada di posisi 65 dunia, berdasarkan data Badan Pusat Statistik. Alumni FP UNS ini juga mengungkapkan bahwa kondisi pertanian di Indonesia saat ini masih banyak hal yang harus dibenahi, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Menurutnya, ada satu hal yang dapat dilakukan masyarakat Indonesia apabila ingin negaranya memiliki angka ketahanan pangan yang tinggi, yaitu merangsang penduduk Indonesia untuk menanam pangan sendiri.

“Pemerintah punya target di tahun 2045 bahwa Indonesia harus menjadi lumbung pangan dunia. Ini merupakan PR bersama, tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga dari akademisi dan juga masyarakat secara menyeluruh. Kita punya kemampuan dari sisi sumber daya yang berlimpah, tetapi juga perlu dukungan pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan produktivitas, ekonomi, dan sebagainya. Harapannya ke depan, semoga teman-teman akademisi setelah lulus tidak berlomba-lomba lagi menjadi PNS, tetapi mencoba meng-create sumber-sumber usaha baru, usaha yang kreatif, di bidang pangan. Masalah pangan itu tidak pernah ada habisnya, kok. Jadi, itu menjadi prospek bisnis tersendiri ke depan,” imbuh Tono, Kepala Subbidang Sumber Daya Pangan Kementan RI.

“Kalau kita perhatikan, kenapa banyak alumni pertanian itu yang tidak bekerja di sektor pertanian? Tentu saja karena income gap antara sektor pertanian dengan nonpertanian itu semakin lebar. Selisih sektor nonpertanian dan pertanian dari tahun ke tahun itu kan semakin tinggi. Berarti apa? Pendapatan sektor nonpertanian itu semakin tinggi, sementara kita sebagai manusia tentu saja ingin memiliki kesejahteraan yang baik. Ini merupakan salah satu penyebab kenapa regenerasi sektor pertanian itu semakin menurun,” ujar Arnoiz Antriyandarti.

Semnas ini merupakan bagian dari rangkaian acara Festival of Agri-Scient and Technology (FAST) 2018 yang diselenggarakan guna memperingati hari ulang tahun KSI FP UNS. Selain acara seminar nasional, dalam kesempatan tersebut juga diumumkan pemenang lomba esai nasional dan penyampaian hasil penelitian kecil mengenai beras dan kaitannya dengan ketahanan pangan Indonesia yang dilakukan oleh KSI FP UNS. Informasi terbaru dari serangkaian acara lainnya dapat diakses melalui IG: @ksifpuns atau @fastuns, dan blog: tulisan-kami.blogspot.com. humas.red.uns-Zul/Isn

Skip to content