Terima Beasiswa di Korea, Alumni UNS Wujudkan “Keisengannya” Menulis Gelar

UNS — Berawal dari keisengan menulis identitas diri “Prof. Dr. Farouq Heidar Barido S.Pt” pada kertas kecil untuk tas yang baru dibelinya dulu, alumnus Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Farouq Heidar Barido S.Pt kini tengah menempuh studi di Kangwon National University,_ Korea Selatan, dengan beasiswa BEST-KNU (Bring Excellent Student to Kangwon National University). Istimewanya lagi, saat ini Edo tengah menjalani integrated program untuk Department of Applied Animal Science.

“Saya merasa beruntung banget, saya bisa punya kesempatan untuk melanjutkan studi integrated program. Jadi selama empat tahun itu saya bisa apa ya motong masa studi untuk langsung doktor tanpa master program,” tutur Edo dalam sharing day #28 gelaran UNS Global Ambassador awal Oktober lalu.

Selain pengalaman studi di UNS, pada kesempatan tersebut Edo membagikan kisahnya saat menempuh Studi di Korea. Salah satunya terkait dengan budaya belajar, Edo bercerita bahwa setiap minggu mereka akan melakukan “weekly meeting” di hari Senin untuk membahas progres yang telah dilakukan selama satu minggu kepada Profesor. Selain itu target belajar di Korea ini tergolong tinggi dan jangka waktunya singkat. Sehingga tak jarang mahasiswa disana menambah jam belajar mereka untuk menyelesaikan target yang diberikan.

Dijelaskan pula oleh mahasiswa asal Kendal ini, salah satu kendala yang dihadapinya di Korea adalah bahasa. Edo bercerita jika Korea termasuk negara yang menghargai bahasanya sehingga mahasiswa baru khususnya mahasiswa internasional diwajibkan untuk mengambil kelas bahasa (Korean languages level satu dan dua). Meski begitu Edo mencari solusi dengan cara membuat terjemahan sendiri dan mempersiapkan buku referensi berbahasa inggris.

Kemudian mahasiswa lulusan Fakultas Pertanian (FP) UNS ini memberikan saran kepada peserta yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri bisa mempersiapkan diri dari semester 5 sampai 7. Hal ini sebagai antisipasi mempersiapkan beberapa persyaratan yang membutuhkan waktu seperti nilai kemampuan bahasa.

Selain itu Edo juga memberikan tips untuk mendapat beasiswa studi ke luar negeri berdasarkan pengalamananya dulu. Seperti ketika membuat esai dia menyarankan peserta untuk mengetahui kondisi diri sendiri dan menjelaskan keunggulan diri secara halus. Kemudian terkait dengan rencana penelitian ia menyarankan untuk banyak membaca referensi sesuai bidang keilmuan, kemudian mencaritahu sistem perkuliahan di universitas yang dituju serta membuat penelitian terkait permasalahan di Indonesia yang hasilnya bisa diimplementasikan.

Tak hanya menjelaskan tentang proses studinya, awardee Global Challenge batch pertama tahun 2016 ini juga membagikan cerita kesehariannya disana. Seperti biaya hidup, cara Edo mengatur waktu, informasi tentang kerja paruh waktu dan tempat-tempat yang pernah dikunjunginya.

“Selama kita punya tekat tertentu jangan pernah takut untuk merealisasikannya. Selama kita punya doa, dari orang tua, doa kita dan konsistensi dari kita sendiri buat mau mencapai target kita, nggak ada yang gak mungkin buat dicapai,” tutur Edo.

Secara khusus untuk peserta yang saat ini masih menjadi mahasiswa di UNS, Edo menyarankan untuk memanfaatkan kesempatan yang ditawarkan oleh universitas, salah satunya program Global Challenge. Edo juga mendorong peserta untuk berani menuliskan impian-impian mereka dan merealisasikannya karena menurutnya “Nothing is impossible to achieve!” HUMAS UNS

Reporter: Ratri Hapsari
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content